Jumat, 30 Desember 2011

Catatan Akhir Tahun

Sebuah renungan, sebuah pengakuan

Waktu, salah satu hal yang tidak dapat kembali di dunia ini. Tak terasa setahun lagi telah aku lewati. Dalam beberapa jam ke depan, aku dan seluruh dunia akan memasuki tahun baru. Apa yang istimewa dari sebuah tahun baru? Mengapa semua orang membicarakan tahun baru? Aku sampai hampir bosan mendengar rencana-rencana orang-orang yang akan merayakan malam pergantian tahun. Bukan berarti aku tidak senang dengan pergantian tahun, tapi terus terang aku iri karena mereka merayakan hari bahagia itu dengan orang-orang yang mereka sayangi, sedangkan aku hampir pasti merayakan malam pergantian tahun jauh dari keluarga. Ya sudahlah, aku tahun ini mungkin kurang beruntung.

"Jangan pernah menoleh ke belakang", kata seorang teman kepadaku. Kawan, ijinkan aku sekali ini melihat ke belakang. Aku ingin melihat apa yang telah aku lakukan selama setahun ke belakang. Dengan mengingat-ingat apa yang telah aku lewati, aku banyak belajar.

Aku belajar bahwa hidup tidak selamanya senang dan tidak selamanya sedih. Mereka berjalan berdampingan yang walaupun berlawanan selalu berjalan seiring tanpa pernah terpisah.

Aku belajar bahwa apa yang kita miliki sekarang suatu saat akan hilang tanpa kita tahu waktunya kapan.

Aku belajar bahwa kehilangan seseorang yang kita cintai akan merobek relung hati yang paling dalam dan dihantui duka yang sangat menyakitkan.

Aku belajar bahwa ikhlas adalah cara yang paling tepat untuk menerima kepergian seseorang walaupun itu sangat sulit.

Aku belajar bahwa hidup penuh dengan kejutan. Ada saat di mana kita akan mengalami hal yang paling mustahil sekalipun dan terlintas dalam pikiranpun tidak pernah.

Aku belajar bahwa persaudaraan yang erat tidak tergantung dari hubungan darah. Sahabat adalah keluarga yang kita pilih yang bisa lebih dekat daripada keluarga sedarah.

Aku belajar bahwa seorang yang kamu anggap sahabat bisa menjatuhkanmu dan menjadi musuhmu. Sebaliknya musuh terbesarmu bisa menjadi teman terbaikmu.

Aku belajar bahwa sesulit apapun keadaan keluargamu, mereka akan selalu ada di sampingmu untuk mendukungmu dan selalu mengirim doa untukmu.

Aku belajar bahwa perbedaan tetaplah perbedaan. Ada perbedaan yang sama sekali tidak dapat disatukan karena semuanya di luar kemampuanmu.

Aku belajar bahwa tidak ada yang mustahil jika kita bermimpi, berharap dan berusaha.

Aku belajar bahwa menyia-nyiakan waktu yang ada akan membawamu kepada penyesalan mendalam pada saatnya nanti.

Aku belajar bahwa apa yang ada pada kita saat ini tidak pernah menjadi milik kita. Dari awal kita memang tidak punya apa-apa dan nantinya kita tetap tidak punya apa-apa. Sang Penciptalah pemilik semuanya.

2011. Kehidupan yang luar biasa. Banyak hal yang membuatku menangis sampai tidak bisa mengeluarkan air mata lagi dan juga banyak hal yang membuatku tertawa sampai aku tidak bisa menahan air mataku yang ingin mengalir. Syukur yang tidak pernah berhenti untuk Tuhanku atas segala yang telah aku dapatkan dan segala yang telah diambil dariku. Semoga aku dan kamu menjadi manusia yang lebih baik. Manusia yang tidak jatuh pada lubang yang sama. Manusia yang tahu caranya bersyukur. Manusia yang berkenan di hadapan Tuhan.

Thank you, 2011. Welcome 2012. Cheers !!
Continue Reading...

Phakse, Kota Persinggahan Nafas Champasak

Catatan Yang Tertinggal
Phakse, 2 Desember 2011

"Kesempatan tidak datang dua kali.. Explor terusss sampe mampuusss.. "

Hari masih gelap ketika kami dibangunkan oleh kondektur local bus jurusan Thakek-Pakse. Dia memberitahu kami bahwa kami telah sampai di Kota Pakse. Bis tersebut seharga 60.000 kip/orang dan dipesan langsung di terminal Thaekek. Hari itu sekitar pukul 05.30, kami turun dan melihat sekeliling. Ini adalah pertama kalinya kami menginjak kota ini. Hari itu tanggal 2 Desember 2011, hari ketiga kami berada di Laos untuk mengurus segala hal yang akan kami butuhkan untuk ekpedisi ini. Sebelumnya ada 2 (dua) orang yang menuju ke utara tepatnya ke Kota Udom Xai dan 2 (dua) orang lagi stay di Thaekek untuk mengurus hal-hal yang belum beres. Kami ditugaskan menuju ke selatan. Hal yang pertama kami pikirkan adalah penginapan. Tanpa ragu-ragu kami memanggil tuktuk (angkutan umum khas Laos) dan menyuruh sopirnya untuk mengantarkan kami ke penginapan yang sesuai dengan kantong kami. Setelah kami tiba di salah satu penginapan yang tidak terlalu mahal tetapi nyaman, kami segera merebahkan badan dan tertidur sampai tengah hari karena perjalanan panjang yang kami lalui dari Vientiane ke Thaekek dan dari Thaekek ke Pakse.  

Setelah cukup beristirahat, kami mencari makan siang dan pilihan kami jatuh kepada rumah makan di depan penginapan. Karena teman saya seorang Muslim maka, kami makan makanan yang mengandung ayam. Aman. Kemudian, kami memulai berkeliling kota dengan berjalan kaki dan diteruskan dengan menyewa motor. Kota Pakse merupakan ibu kota dari Propinsi Champasak. Kota ini tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlalu kecil. Banyak terdapat guest house dan hotel di pusat kota serta banyak wisatawan yang berkeliaran. Pakse merupakan kota persinggahan bagi wisatawan-wisatawan yang ingin melakukan perjalanan wisata di kawasan selatan negara Laos. Dari Pakse ada beberapa kawasan pariwisata andalan yang dapat diakses dengan mudah seperti Bolaven Plateau, 4000 island, Wat Phou dan lain-lain. Beberapa di antaranya menyediakan perjalanan wisata menyusuri Sungai Mekong dengan menggunakan perahu. Kawasan-kawasan pariwisata tersebut tidak menyediakan penginapan dan dapat dinikmati dalam 1 (satu) hari jadi mau tidak mau, wisatawan harus menginap di Pakse. Di Pakse hampir setiap guest house atau hotel berhubungan langsung dengan travel agent yang menyediakan trip-trip wisata sehingga sangat mudah untuk mengunjungi kawasan pariwisata yang diinginkan. Wisatawan hanya tinggal bilang mau ke mana dan kapan, maka resepsionis akan segera menelpon travel agent dan kita akan dijemput pada waktu yang telah ditentukan. Pembayaran dapat dilakukan langsung di guest house atau hotel. Selain itu, jika kita datang ke warung internet atau tempat penyewaan motor maka petugas akan memberikan kita peta kota kepada wisatawan agar mudah untuk berkeliling kota. Keren!

Sepanjang barat Kota Pakse dilalui oleh Sungai Mekong. Sore itu kami menyebrangi sungai Mekong melalui sebuah jembatan yang disebut Lao-Japan Bridge. Disebut demikian karena jembatan tersebut merupakan jembatan yang dibangun oleh pemerintah Jepang sebagai tanda persahabatan dengan pemerintah Laos. Selain jembatan tersebut, ada beberapa bangunan di Laos yang dibangun oleh pemerintah Jepang. Jika dari Kota Thaekek setelah menyebrangi Friendship Bridge maka di seberangnya adalah wilayah Thailand, berbeda dengan menyeberang Lao-Japan Bridge. Setelah menyeberang, maka daerah seberang Sungai Mekong tersebut masih merupakan wilayah negara Laos. Daerah perbatasan Laos dan Thailand masih sekitar 68 km lagi dari jembatan. 
Champasak Shangha College. A college for monks

A bridge over Mekong river, a present from Japan's government for Laos
Pada malam hari, suasana Kota Pakse hampir mirip dengan Kota Vientiane karena banyak wisatawan asing yang memenuhi jalan, rumah makan dan kafe-kafe. Tetapi hal tersebut hanya sampai sekitar pukul 23.00 karena pada tengah malam, jalanan mulai sepi dan hanya terlihat beberapa pemuda yang duduk di depan rumah mengitari meja untuk mengobrol sambil meneguk bir. Hal ini bisa dibilang sebuah tradisi di Laos.

Masih Phakse, 3 Desember 2011 

Pagi tepat pada pukul 8.00 kami dijemput oleh mobil travel yang akan membawa kami ke Bolaven Plateau. Cukup membayar 160.000 kip/orang, kami akan dibawa berkeliling dari pukul 8 pagi sampai pukul 6 sore menyusuri dataran tinggi Bolaven yang merupakan salah satu tujuan wisata yang cukup terkenal di Laos. Perjalanan kami dimulai dari sebuah perkebunan teh yang disebut Ongya Tea Plantation. Perkebunan teh tersebut adalah milik sepasang suami istri yang sudah terbilang tua. Setiap hari perkebunan mereka dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan yang akan menikmati dataran tinggi Bolaven. Walaupun tidak terlalu luas, perkebunan tersebut menyajikan pemandangan yang bagus dan udara yang sangat segar. Selain itu, di perkebunan tersebut juga memperlihatkan proses pembuatan teh. Setiap wisatawan juga dipersilahkan untuk menikmati segelas teh yang diproses langsung di tempat tersebut. Segelas teh hangat dan baunya wangi sangat pas untuk udara yang cukup dingin khas perkebunan teh. Dari Ongya Tea Plantation, kami dibawa menuju Tad Fane Waterfall. Air terjun yang disebut air terjun kembar ini setinggi hampir 120 meter. Disebut air terjun kembar karena terdiri dari dua air terjun yang terbentuk dari dua aliran air yang berbeda dan membentuk satu aliran yang kemudian menuju ke Sungai Mekong. Air terjun Tad Fane hanya bisa dinikmati dari jauh karena untuk mencapainya, kita harus menuruni tebing dan memakan waktu yang agak lama sedangkan travel agent sendiri telah menetapkan harus berapa lama kita berada di situ. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju air terjun yang lainnya. Gnenuang Waterfall merupakan tujuan selanjutnya. Berbeda dengan Tad Fane, Gnenuang Waterfall dapat dinikmati dari dekat. Disediakan tangga untuk turun ke tempat aliran air tersebut jatuh. Di sekelilingnya terdapat taman dan hutan yang dapat digunakan bersantai. Tidak hanya wisatawan asing, saat kunjungan kami, banyak wisatawan lokal yang datang untuk menikmati keindahan air terjun ini. Setelah cukup lama menikmati Gnenuang Waterfall, kami menyusuri jalan terus ke timur melewati daerah bernama Pa Xong. Tibalah kami di Pa Xong coffee plantation, sebuah perkebunan kopi yang cukup besar. Di sana kami melihat puluhan orang membagi tugas untuk mengolah kopi yang baru dipetik. Kopi yang baru dipetik ditumpuk kemudian dilepas kulitnya dengan menggunakan mesin sederhana, kemudian dimasukkan ke dalam sebuah bak dan di sana ada beberapa orang yang bertugas untuk membersihkan kopi tersebut sampai benar-benar bersih. Setelah bersih dari kulitnya, maka kopi tersebut kemudian dijemur di bawah terik matahari lalu disangrai (digoreng tanpa minyak) dan digiling menghasilkan kopi bubuk yang rasanya sangat enak. Kami dipersilahkan mencicipi kopi yang langsung diolah di Pa Xong Coffee Plantation. Kopinya enak dan wangi. Tidak heran jika kopi tersebut juga diekspor ke negara-negara lain. 
Ongya Tea Plantation
Gnenuang Waterfall
Tujuan terakhir kami sebelum makan siang adalah Khok Pung Thai Ethnic Village. Desa ini terletak sekitar 103 km dari Kota Pakse. Desa yang ditinggali oleh suku Katou ini terletak di pinggir jalan tetapi yang unik, masyarakatnya tidak bisa menggunakan bahasa Laos yang sehari-hari dipakai oleh masyarakat Laos pada umumnya. Mereka menggunakan bahasa daerah mereka sendiri. Ada satu orang yang lancar berbahasa Inggris sehingga ia ditunjuk untuk menjadi local guide bagi wisatawan yang datang. Di Desa Khok Pung Thai ini, terdapat satu sekolah alternatif di mana guru-gurunya didatangkan dari Thailand, Singapura, Prancis dan beberapa negara yang bekerja sama dengan pemerintah Laos. Desa ini merupakan salah satu desa yang sedang dalam proses pengembangan yang ditinjau langsung oleh pemerintah Laos. Masyarakat Katou masih sangat menjaga adat istiadat mereka. Mereka hampir semuanya menganut kepercayaan kepada roh-roh. Pada umur 30-40 masyarakat di desa ini sudah harus membuat peti mati untuk persiapan. Jika seseorang meninggal karena kecelakaan, maka orang tersebut tidak boleh dimasukkan ke dalam peti karena dianggap mendatangkan sial. Jenazahnya akan diletakkan di dalam hutan sampai waktu di mana sial yang dibawa sudah hilang. Yang unik lagi, di desa ini perempuanlah yang bekerja di ladang dan menjadi petani sedangkan kaum laki-laki tinggal di rumah untuk merebus air untuk istri-istri mereka. Menurut local guide yang menemani kami, inilah salah satu alasan mengapa di desa tersebut perempuan lebih berumur panjang daripada laki-laki. Perempuan juga dari umur sekitar 14 tahun sudah merokok. Rokok yang mereka gunakan adalah tembakau yang dibakar pada sebuah bambu yang berdiameter sekitar 2 cm. Setiap laki-laki dari masyarakat Katou boleh mempunyai maksimal 4 orang istri. Bahkan ada sebuah rumah yang dihuni oleh 68 orang. Wow! Rumah mereka adalah rumah panggung yang dibuat untuk mencegah binatang masuk ke dalam rumah. Makanan mereka ada nasi ketan yang diolah masih dengan cara tradisional yaitu ditumbuk. Sisa-sisa dari padi yang ditumbuk akan diberikan kepada peliharaan mereka seperti babi dan ayam yang bebas berkeliaran di sekitar rumah. Lauk mereka adalah daging babi dan daging anjing. Mereka sangat jarang makan daging ayam karena ayam menurut mereka lebih baik untuk dipelihara. Untuk mengambil air mereka mempunyai satu sumur terbuka yang digunakan untuk masyarakat desa untuk mencuci pakaian dan mandi. Ketika saya menanyakan di mana toilet, dengan senyum local guide tersebut “In the forest”. Seperti anak Palawa Unpad juga ternyata. Hahahaha.. 
Salah satu wanita dari Desa Khok Pung Thai
Binatang peliharaan
Perut kami sudah lapar ketika kami meninggalkan desa Khok Pung Thai. Betapa tidak, dari awal perjalanan sampai tengah hari kami belum makan. Kami hanya diberi air putih oleh sang sopir yang juga sekaligus guide kami hari itu karena guide yang sering menemani wisatawan tidak bisa pada hari itu. Itulah sebabnya biaya yang sebelumnya 170rb kip dikurangi menjadi 160rb kip. Ada salah pengertian antara kami dengan travel. Kami mengira uang yang kami bayarkan sudah termasuk makan siang, ternyata tidak. Kami dibawa semakin ke timur ke kawasan wisata bernama Ban Xean Fang. Di kawasan ini ada sungai yang mengalir yang merupakan anak Sungai Mekong. Di tengah-tengahnya ada air terjun yang lebarnya sekitar 10 meter tetapi tingginya mungkin hanya sekitar 5 meter. Air terjun ini bernama Tad Hang Waterfall dan merupakan pemandangan yang sangat indah saat kami menikmati makan siang dari restaurant yang berada persis di pinggir sungai. Sungai tersebut cukup lebar dan terdapat banyak jeram. Sungai ini mengingatkan saya kepada Sungai Citarum karena anak-anak kecil yang menikmati sore itu dengan berenang dan ada jembatan kayu yang sudah “ditambal” sana sini. Selain itu, kita juga melihat beberapa gajah yang bisa ditunggangi mengelilingi padang rumput dengan membayar 25rb kip.
Restoran dengan pemandangan sungai

Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 ketika kami dipanggil oleh sopir karena sudah waktunya kami kembali ke Pakse. Saya dan Fariz diantarkan sampai ke terminal untuk naik bis menuju kembali ke Thaekek dan bergabung dengan tim advance yang lain serta menunggu tim United yang akan tiba keesokan harinya. Kembali duduk di atas bis seharga 60rb kip ditemani lagu pop bernuansa dangdut yang tidak satupun bahasanya bisa saya mengerti.
Continue Reading...

Takut atau Pesimis? Keduanya.

Sore ini, aku menangis di depan seorang dosen. Kenapa aku menangis? Takut. Kenapa takut? Tidak yakin. Kenapa tidak yakin? Menyadari kesalahan dan kekurangan. Kenapa menyadari kesalahan dan kekurangan harus menangis? Karena aku orang bodoh yang berpikir bahwa aku pintar. Karena aku orang malas yang selalu menyia-nyiakan waktu dan tidak pernah menghargainya. Karena aku orang yang hanya bisa berbicara tetapi tidak melakukan. Karena aku sebenarnya tidak bisa tapi terlalu percaya diri bahwa aku bisa. Penyesalan datang di akhir, memang selalu benar. Aku pernah mengatakan bahwa suatu saat aku akan menyesali semua waktu yang terbuang percuma. Sekarang waktunya di mana aku mengingat-ingat kembali kesalahanku, menyadarinya, kemudian hanya bisa tertunduk lesu sambil meneteskan air mata. Sekarang waktunya di mana aku benar-benar tidak bisa memandang ke depan karena menurutku semua yang di depan itu sangat abu-abu bahkan tiba-tiba bisa menjadi hitam. Aku takut. Tak pernah setakut ini. Bahkan kata-kata penyemangat yang aku tempelkan di seluruh dinding kamar tidak berguna. Kemana semangatku? Kemana rasa optimisku? Mungkin sedang hilang ditelan gelapnya masa depan. Aku harap dia segera kembali.
Continue Reading...

Kamis, 15 Desember 2011

Indonesia Padjadjaran Gigantic River Cave Expedition, Laos 2011

"Berawal dari ruangan bercat warna kuning berukuran sekitar 3x5 meter, dibumbui dengan silang pendapat dan perdebatan panjang, dan inilah kami PALAWA UNPAD, sebagai tim Asia pertama yang telah telah menyusuri Gua Khoun Xe di Propinsi Khammouane, Republik Laos demi perhimpunan, almamater dan bangsa"

- Lao PDR, 29 November - 13 Desember 2011 -
Continue Reading...

Selasa, 22 November 2011

Fragment #5

Air mata karena mengenangmu kembali jatuh dari pelupuk mataku. Bahkan aku tidak tahu kenapa aku harus meneteskannya. Ibarat bendungan yang berusaha menahan air, tapi malam ini bendungan itu hancur, jebol. Hey, sedang apa kau di sana? Bagaimana di sana? Apakah kau bahagia? Apakah kau merindukan aku seperti aku merindukan kau? Aku menunggu namamu muncul di dalam telepon genggamku untuk sekedar mengucapkan selamat pagi atau menanyakan kabarku. Hal yang paling mustahil terjadi tapi tetap aku lakukan. Ah, rindu memang bangsat! Dia bisa mengoyak-ngoyak hati sampai sedemikian rupa kemudian hilang meninggalkan hampa.

- mrt
Continue Reading...

Minggu, 13 November 2011

Seratus !

3 Agustus 2011 - 11 November 2011

Semua orang meributkan hari ini. Katanya tanggalnya bagus. 11-11-11. Banyak yang berbondong-bondong buat nikah hari ini atau bertunangan hari ini. Biar gampang diingat. Tetapi, ada yang terlewat dan hampir terlupa. Kematianmu. Mengapa harus mengingat kematianmu? Pertanyaan bodoh. Aku tidak mengingat tetapi selalu teringat. Iya sayang, di tanggal yang bagus ini, di tanggal yang hanya ada sekali seumur hidup ini, tepat 100 hari kau meninggalkan dunia ini.

Setiap ada peringatan akan angka-angka ini, aku selalu memutar memori lama. Selalu seperti itu. Aku mengenangmu dengan cara itu. Atau mungkin itu sesuatu yang dibuat dan pada akhirnya menjadi alami. Terlalu naif mungkin, tetapi inilah kenyataannya. Aku tidak bisa menghilangkan pikiran tentangmu.

Hari ini tepat 100 hari saat kau terbaring tak berdaya di atas tanah dan di alam yang dulu kau cintai. Hari ini tepat 100 hari aku mendengar raungan dan rintihan seorang ibu yang begitu sangat mencintaimu dan begitu sangat kehilanganmu. Hari ini tepat 100 hari aku bertemu langsung dengan kekasihmu setelah aku yang tersenyum kepadaku dan mengisyaratkan agar kami kuat. Hari ini tepat 100 hari aku mengaga, melongo, terdiam kemudian histeris tak percaya atas semua yang menimpamu. Iya sayang, hari ini tepat 100 hari. Biarkanlah aku sekali ini berfantasi dengan pikiranku tentangmu, Biarkanlah aku sekali ini kembali mengenang dirimu dalam kesendirianku.

Setelah ini, aku akan tetap mengenangmu tapi tidak dengan kesedihan. Aku mengenangmu dengan kekuatan yang telah aku kumpulkan. Aku mengenangmu dengan semua ingatan yang aku punya tentang dirimu sampai nafas terakhirmu. Dan tepat beberapa tahun saat kita pertama kali bertemu sampai detik ini, aku masih menyimpan cinta untukmu.

100. Hanya sebuah angka buatan manusia. Angka yang tidak akan bisa mengungkap ribuan rindu yang menggebu dan jutaan kelabatan bayangan di dalam ingatan. 100. Hanya sebuah angka. Tak usah kau peduli sayang. Beristirahatlah dan tersenyumlah dalam lelapmu.

Continue Reading...

Kamis, 27 Oktober 2011

Aku Menulisnya Untukmu

Siang ditelan malam, malam ditelan siang. Manusia tetaplah manusia yang terkadang menentang arus kemudian dipermainkan nasib. Begitu juga aku tetaplah aku yang dipermainkan kata-kata dan suasana dalam malam ini tetap bersimbah rindu.

Rindu ini tak berujung, juga tak tau dari mana awalnya. Tanyakan pada urat nadiku. Dialah yang mengantarkannya dari potongan hatiku menuju sisi otakku. Jika rindu adalah permainan nasib, aku tak ingin bersahabat dengan nasib. Dia tak lebih dari seorang pembunuh berdarah dingin yang mengoyak-ngoyak relung jiwaku tanpa belas kasihan dan tanpa sepengetahuanku. Akhirnya aku hanya melihat kepedihan dan kelelahan. Kepedihan karena rindu yang tak berbalas dan kelelahan karena rindu yang tak ada habisnya menggelayuti pikiran dan perasaanku.

Continue Reading...

Rabu, 26 Oktober 2011

231011, 22 - Tak Hanya Sebuah Angka

Happy birthday to you,
happy birthday to you,
happy birthday
happy birthday
happy birthday to you

Happy birthday Rara, wish you all the best, God bless you always.

23 Oktober 2011, nyanyian dan ucapan berdatangan kepadaku. Doa dan harapan agar aku mendapatkan yang terbaik dalam hidup juga satu persatu tertulis melalui blackberry messenger, sms, twitter, dan facebook.

23 Oktober 2011, genap sudah aku berumur 22 tahun. Umur yang sudah cukup dewasa untuk ukuran seorang manusia. Umur yang sudah cukup tua untuk seorang mahasiswa strata 1. Tapi apalah arti sebuah umur jika kedewasaan dinilai dari tingkah laku dan kebijaksanaan dalam mengambil sebuah keputusan.

23 Oktober 2011, aku telah bernafas panjang dan telah melalui banyak hal. Aku tertawa, aku menangis, aku bahagia, aku bersedih, aku berteriak dan aku terdiam. 22 tahun umur yang cukup untuk belajar apa arti hidup dan tahu apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan kebahagiaan.

23 Oktober 2011, tak pernah terhenti rasa terima kasihku untuk ayah dan ibu yang masih sehat dalam umur mereka yang tidak muda lagi dengan segala kasih sayang yang tak terduga. Untuk saudara-saudara yang masih ada di sampingku dengan setia untuk mendukungku dalam setiap langkahku. Untuk sahabat-sahabat di sekelilingku yang selalu bisa membuat aku menemukan arti kebersamaan dan indahnya tertawa. Untuk setiap orang yang mengenalku dan memberikan senyuman terbaik kepadaku bahkan pada saat mereka tidak ingin tersenyum. Untuk mereka yang membenciku karena dengan adanya mereka aku bisa menyadari kesalahanku dan menjadikanku manusia yang lebih baik.

23 Oktober 2011, tak pernah terputus doa agar semua orang yang aku sayangi mendapat kebahagiaan di jalan yang mereka pilih. Doa agar semua orang yang belum beruntung dapat merasakan kebahagiaan yang aku rasakan. Doa agar aku menjadi seorang tidak sempurna tetapi dapat memberikan yang terbaik dari apa yang aku punya. Doa agar aku menjadi seorang yang tidak mengecewakan orang lain dan dapat memberi kebahagiaan kepada orang lain.

23 Oktober 2011, Terima kasih Tuhanku untuk semua hal yang terjadi, semua hal yang Engkau berikan dan semua hal yang Engkau ambil. Semuanya baik dan semuanya luar biasa.

Continue Reading...

Selasa, 18 Oktober 2011

Penundaan dan Keegoisan

"Kapan kamu lulus"? "Kapan kamu wisuda?" Oh My God, pertanyaan-pertanyaan itu asli bikin galau! Tapi wajar sih, soalnya saya bukan lagi mahasiswa baru atau mahasiswa semester 3 atau 4. Saya mahasiswa semester 9! Inget, SEMBILAN! Kalau dihitung-hitung, saya sudah memasuki tahun kelima di kampus ini (baca : Unpad). Dibilang angkatan tua, sudah biasa. Ditanyain kapan lulus, udah sering banget. Ditanyain skripsi udah sampai mana, sudah bosan.

Semuanya berawal dari dulu, ketika saya berjanji dalam hati dan berjanji kepada beberapa teman bahwa saya akan lulus 4 tahun dengan predikat cumlaude. Hari berlalu seperti biasanya, kuliah, ujian, semester pendek, dan begitu seterusnya sampai sampailah saya pada semester 8 di mana saya memulai bimbingan skripsi untuk pertama kalinya. Mengecek transkrip nilai, ah IPK saya tidak sampai 3,5 hanya berkutat di 3,00 - 3,45. Predikat cumlaude, bablas. Memulai seminar pada bulan April yang lalu, beradasarkan perhitungan saya bisa lulus 4 tahun. Saya bisa lulus bulan Agutus. Tapi skripsi atau status mahasiswa bukan matematika. Bulan berikutnya, saat saya menelpon ibu untuk mengirimkan uang tiket ke Makassar, saya bilang saya mau pulang awal bulan Mei. Ternyata, rencananya saya tunda karena saya tergiur untuk ikut kompetisi futsal antar jurusan. Waktu itu saya berpikir bahwa ini tahun terakhir saya. Saya harus memberi sesuatu kepada jurusan saya dan melampiaskan kecintaan saya terhadap futsal. Pada bulan Juni, barulah saya pulang untuk melakukan penelitian. Masih terpatri dalam hati bahwa saya akan lulus bulan Agustus. Kenyataannya lagi, tanggal wisuda bulan Agustus dimajukan karena bulan puasa. Saya realistis. Gak mungkin kekejar bulan Agustus dengan terpotongnya hari kuliah karena libur Lebaran. Maka, saat ditanyai kapan lulus, saya dengan penuh keyakinan menjawab bulan NOVEMBER. Bulan november, mama dan keluarga bisa datang ke Bandung buat wisuda saya.

Kamis, tanggal 25 Oktober 2011 adalah hari terakhir pendaftaran wisuda gelombang 1 bagi para sarjana-sarjana baru kampus saya. Dan saya hampir mustahil untuk mendaftar wisuda gelombang itu. Menuju sidang, ternyata tidak segampang yang saya bayangkan. Dengan banyaknya revisi saat seminar draft dan banyaknya kegiatan organisasi yang saya ikuti, tidak mudah untuk mendaftar sidang. Pupuslah harapan untuk wisuda bulan November dan begitu berat hati saat saya menyampaikan kepada ibu ayah dan kakak saya bahwa mereka tidak bisa datang bulan November ke Bandung untuk merayakan kelulusan saya. Sedih sudah pasti, merasa bersalah apalagi. Beruntunglah saya mempunyai keluarga yang begitu perhatian dan pengertian. Mereka tidak mempermasalahkan kapan saya akan wisuda dan menganggap itu sudah rencana Tuhan. Tapi saya yakin seyakin-yakinnya dalam salah satu ruang hati mereka, ada kekecewaan karena saya mengingkari janji dan tidak membuktikan kata-kata saya.

Saya sering bingung dengan diri saya sendiri. Sebenarnya, apa yang saya cari? Sebelum menginjakkan kaki di tanah pasundan ini, saya bertekad dalam hati bahwa saya akan menjadi orang yang berhasil dan membanggakan bagi kedua orang tua saya. Saya akan menjaga martabat keluarga dan membahagiakan orang-orang yang menyayangi saya. Saya tidak lulus dalam waktu yang cepat, salah satunya karena kegiatan yang membludak. Sebut saja kegiatan pecinta alam, futsal, dan yang terbaru adalah komunitas fans klub bola kecintaan saya. Mereka bukan kambing hitam. Mungkin benar, mereka menyita waktu saya tapi sayalah yang memilih dan memutuskan untuk menjalani semuanya. Saya tidak mau menjadi manusia yang biasa-biasa saja. Saya ingin menjadi berguna paling tidak untuk diri saya sendiri. Saya masih ingin mengunjungi tempat-tempat indah dan jauh dari penat. Saya masih ingin berpertualang dengan status mahasiswa karena menurut pendapat banyak orang, dunia kerja adalah "neraka" bagi orang-orang bebas seperti saya. Tapi beda cerita kalau saya mendapatkan pekerjaan sesuai dengan hobi saya.

November, sidang sarjana kemudian berangkat ke Laos bersama organisasi pecinta alam saya. Desember, perjalanan ke Lombok dan mendaki gunung Rinjani. Januari ke Karimun Jawa dan Jambi. Februari, wisuda. Rencana yang tersusun dalam otak saya. Rencana yang sangat sempurna sebelum saya memasuki dunia kerja. Janji yang dulunya saya ucapkan untuk wisuda pada bulan Agustus, saya ingkari karena keinginan hati yang menggebu-gebu. Ucapan yang tidak saya buktikan mungkin karena keegoisan. Ayah, ibu, maafkan anakmu yang tidak menepati janji ini. Anakmu hanya ingin menjadi orang yang tidak sama dengan orang lain. Maafkan untuk ego yang terlalu tinggi ini.

"What is the point of being alive if you don't at least try to do something remarkable?" -John Green-
Continue Reading...

Rasa Baru

Cinta, hal paling rumit di dunia. Lebih rumit dari rumus fisika atau matematika manapun. Karena cinta melibatkan perasaan. Perasaan yang timbul begitu saja tanpa adanya komando. Cinta yang pada saat bersamaan bisa membuat orang bahagia dan menderita.

Berbicara tentang cinta dan dirimu, masih teringat jelas dalam ingatan sosok seorang mantan kekasih yang sudah berada di nirwana. Sosok yang penuh dengan kenangan dan meninggalkan bekas yang mendalam dalam salah satu potongan hatiku. Bagiku dan dalam keyakinanku, dia adalah cinta pertamaku. Orang yang bisa membuat aku bisa merasakan indah dan nikmatnya mencintai dan dicintai.

Telah berlalu 2 bulan semenjak aku melihat jasadnya terbaring kaku dalam peti jenazah dan mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir. Telah berlalu 1 tahun 5 bulan semenjak terakhir aku bertatap muka dengannya sangat dekat dan dia menghapus air mataku yang jatuh begitu saja karena sebuah kata perpisahan. Telah berlalu 2 tahun 11 bulan semenjak aku dan dia mengikrarkan janji menjadi sepasang kekasih. Telah berlalu 3 tahun 7 bulan semenjak aku pertama kali melihat sosoknya yang gagah, kokoh dan penuh misteri.

Aku lelah menghitung waktu. Aku lelah memutar memori lama. Bukan karena aku ingin melupakannya. Tetapi melakukan hal itu membuat aku jatuh sejatuh-jatuhnya dalam kesedihan dan merubah pikiranku untuk mengikhlaskannya. Ya Tuhan, begitu indahnya cinta pertama dan begitu menyakitkannya cinta pertama.

Dalam penantian dan dalam perjalanan melanjutkan hidupku, aku bertemu dengan banyak kaum adam. Tetapi tidak kan pernah ada yang seperti dia. Seperti lagu Band Naif "Karena Kamu Cuma Satu". Itu sebuah kenyataan dan aku tidak boleh terkurung dalam bayangan masa lalu. Aku punya hak dan aku harus menemukan orang lain yang sebaik atau lebih baik dari dia. Rasa baru, itu yang mungkin sedang aku cari. Pencarian yang tidak tahu kapan akan berakhir. Terus terang saja, aku ingin segera mencicipinya.
Continue Reading...

Jumat, 30 September 2011

Selalu Akan Berubah (Mungkin)

Apa yang istimewa dari hari ini? Tidak ada. Seperti biasa, bangun di saat matahari sudah melewati puncaknya dan beraktifitas ketika umat muslim akan melakukan shalat ketiga kalinya hari ini. Terus terang aku tidak tahu lagi ini pola hidup yang seperti apa. Tengah malam seperti ini, aku masih segar dan tidak ada pertanda kantuk sama sekali. Malam dan siang telah berganti fungsi. Entah sudah berapa lama aku tidak menikmati segarnya udara pagi dan tetesan embun. Aku lebih sering melihat langit hitam dan merasakan hembusan angin malam. Entah sampai kapan semua akan kembali kepada asalnya. Mungkin besok, lusa, minggu depan, bulan depan atau tidak sama sekali.

Time changes, people changes. Termasuk aku. Semakin hari aku merasa bukan diriku yang dulu. Aku yang dulu suka bertualang, malah lebih sering menolak ajakan untuk menginjak tempat baru. Apakah karena rutinitas mengerjakan skripsi? Mungkin iya. Aku seorang mahasiswa yang sedang dihantui pertanyaan kapan lulus. Apakah hidup hanya masalah gelar atau pencapaian akademis? Paling tidak itu adalah salah satu hal yang diiginkan ibu dan ayahku dengan tetesan air mata, perasan keringat dan cucuran darah. Mereka yang mempunyai keinginan kuat agar anaknya bisa bersekolah setinggi-tingginya dan dapat mengangkat martabat keluarga. Aku tidak ingin menyia-nyiakannya. Jika sekarang aku berubah, biarkan saja. Aku manusia bebas yang menerima dan mengalami perubahan. Lantas, akankah selamanya begini? Tentu tidak. Aku akan kembali berpetualang. Sebentar lagi, setelah semuanya selesai, jika Tuhanku berkenan.

Kamar 6b, 18 September 2011.
Continue Reading...

Rabu, 21 September 2011

Hujan Pertama

Jatinangor, di sinilah aku sekarang, di kota tempat peraduan nasib jutaan manusia. Setengahnya adalah mereka yang sedang beradu nasib dengan ilmu dan kertas. Sudah lama sekali sejak hujan terakhir turun membasahi tanah ini yang diganti oleh panasnya sang matahari yang perkasa dan dinginnya hembusan angin saat bulan menyapa. Hari ini, hujan pertama dalam musim yang baru. Masih tercium bau tanah yang basah. Syukur yang begitu besar kepada Sang Pencipta atas berkat yang tak terhingga. Syukur untuk hujan pertama di bulan ini. Semoga bisa mengobati kekeringan. Kekeringan hati karena kerinduan.
Continue Reading...

Senin, 19 September 2011

Tak Ada Upacara dan Bunga

Kau tau? Aku ingin menulis di "dindingmu" bahwa aku sangat merindukanmu. Jika perlu, kuaktifkan tombol caps lock pada laptopku untuk menulis semua yang kurasakan. Tapi kau tau, semenjak kepergianmu, aku malah merasa, aku ini siapa? Aku mungkin hanya dari masa lalumu yang ingin kau hapus. Tapi benarkah aku ingin kau hapus dari ingatanmu? Lalu apa arti ucapan selamat pagi, selamat malam, kata rindu, kata penyemangat dan pertanyaan-pertanyaan bodoh yang kau kirimkan padaku walaupun kita terpisah oleh jarak yang semakin jauh?

Aku tidak tau. Sampai kau meninggalkan dunia pun, aku benar-benar tidak bisa mengerti apa yang ada di dalam pikiranmu dan arti dari semua tindakanmu. Kau benar-benar manusia yang kompleks bagiku. Bahkan saat kau tidak ada pun, kau masih bisa membuatku frustasi. Ahh, entah apa nama rasa ini. Kau manusia yang penuh dengan kejutan. Mungkin itu yang membuat orang mencintaimu.

Aku memohon maaf jika tidak bisa memberimu apa-apa. Aku tidak membuatkanmu acara peringatan atau menanam bunga di makammu. Aku rasa orang tidak perlu tau bagaimana aku mengenangmu. Toh kau dulu bilang kau tidak suka bila semua hal dipublikasikan. Aku mengenangmu dengan caraku. Cara yang hanya aku, kau dan Tuhan yang tau. Hal terakhir ini yang bisa membuat aku merasa memilikimu seutuhnya.
Continue Reading...

Minggu, 11 September 2011

Ikhlas Sepenuhnya (Aku Harap)

40 hari sudah semenjak kepergianmu. Sekarang, hidup akan terus berlanjut. Tidak ada lagi rasa sedih dan tidak ada lagi air mata. Aku tidak pernah berhenti berharap dan berdoa semoga kau mendapat kebahagiaan abadi di sana. Doa juga untuk kebahagiaan mama, kakak dan adik yang kau tinggalkan. Berbicaralah kepada Bapa di surga agar dia memberikan keikhlasan penuh bagi kami menjalani sisa hidup ini. Full of peace and love, dear Willson :)

Continue Reading...

Sabtu, 10 September 2011

Hidup terus berjalan

Hidup itu berjalan terus menerus selama matahari masih terbit dari timur dan terbenam di barat. Hidup itu berjalan selama dunia berputar dan pagi berganti malam serta sebaliknya. Tetapi hidup yang aku dan kamu hidupi pasti ada perhentian. Cuma sejenak. Tidak lama. Sekedar untuk menarik nafas dan kemudian kembali berjalan. Terkadang yang menjadi masalah adalah jika aku berhenti terlalu lama dan lupa arah mana aku akan berjalan selanjutnya. Perhentian itu seperti candu dan susah untuk bergerak dari sana. Perlu usaha yang lebih untuk lepas. Aku ada di perbatasan antara keapatisan dan kemauan. Keapatisan untuk melanjutkan apa yang seharusnya aku lanjutkan dan kemauan untuk mengejar apa yang seharusnya aku kejar. Aku melihat orang lain sudah jauh di depan meninggalkan aku. Jika aku tidak berlari, maka mereka akan semakin meninggalkan aku jauh di belakang tanpa menoleh sedikitpun. Aku harus berlari lebih kencang jika aku ingin menyusul atau bahkan mendahului mereka. Kenapa? Karena jika aku diam dalam keapatisan aku sama dengan mati. Karena mimpi yang aku punya sedang tertawa menari-nari mengejekku, memintaku untuk mengejar mereka sampai dapat. Karena hidup itu harus berjalan dan tidak akan menungguku.
Continue Reading...

Minggu, 04 September 2011

(Masih) Mengenangmu

Sudah sebulan semenjak aku terdiamdan mengecek handphone hampir setiap menit menunggu berita tentangmu. Dalam hatiku bergolak rasa khawatir bahwa kau akan pergi untuk selamanya. Hal yang paling menyakitkan adalah rasa khawatir itu benar. Kau benar pergi dan tidak akan kembali.
Sudah sebulan aku tidak bisa berhenti memikirkanm, berpikir mengapa semua ini terjadi. Berpikir tentang rencana Tuhan selanjutnya. Ini semua benar-benar di luar intuisiku.
Aku sekarang bisa tertawa. Aku tidak menangis. Aku sudah tidak berduka karena kematianmu. Aku benar-benar menyadari bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti akan datang tidak tahu kapan. Aku hanya mengenangmu. Mengingat hal yang dulu pernah terjadi. Waktu yang kita lewati berdua. Waktu yang sangat melibatkan emosi dan semua curahan perasaan. Waktu dimana aku mengenalmu secara utuh dan begitupun sebaliknya. Kenangan-kenangan itu yang menyayat-nyayat hatiku. Aku rasanya terperangkap dalam dimensi waktu itu. Aku ingin bergerak maju dan keluar. Keyakinanku, sekarang kau berada di tempat yang indah, tempat dimana tidak ada sedih, marah dan kecewa. Yang ada hanya kedamaian dan kebahagiaan. Tempat yang juga akan menjadi tempatku nanti. Jika sekarang kau benar-benar bahagia, tidak ada alasan bagiku untuk tidak bahagia. Bukankah cinta yang tulus adalah turut bahagia melihat orang yang kita cintai bahagia?
Ya sayang, aku tidak bersedih. Aku selalu tahu kalau kau sangat benci melihatku menangis. Aku hanya mengenangmu. Aku merindukanmu.

Di dalam kamar seorang teman.
Bandung, 3 September 2011.
Continue Reading...

Kamis, 01 September 2011

Kantukpun Akan Kubeli

Seandainya kantuk bisa dibeli atau diisi ulang, mungkin aku akan menyediakan uang ribuan setiap malam. Siang jadi malam dan malam jadi siang. Dunia ini sudah terbalik. Atau mungkin duniaku saja. Terus, siapa yang harus kutuntut atas ketidaksesuaian ini? Apakah kantuk yang tak kunjung datang atau malam yang terlalu bersahabat? Ah, bingung. Aku hanya ingin tidur dan bangun pada waktu yang seharusnya seperti ketika aku masih berseragam putih merah dulu.
Continue Reading...

Senin, 22 Agustus 2011

Mimpi

Aku mencintai malam karena aku akan segera terlelap dan selalu yakin akan bertemu dirimu dalam mimpi. Mimpi, satu-satunya tempat aku bisa merasakan kehadiranmu, melihatmu secara utuh, kau berbicara kepadaku dan memanggil namaku. Aku membenci pagi karena pada saat itu mimpi akan berakhir. Mengakhiri percakapanku denganmu dan membuatku tersadar bahwa kau sudah tidak ada. Aku ingin terus tidur dan terus bermimpi. Masih banyak hal yang ingin kubicarakan denganmu. Banyak sekali.
Continue Reading...

Sabtu, 20 Agustus 2011

Mana Mungkin Aku Setia

"Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat adalah kenyataan
bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang
Sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati
Hatiku seperti tak di tempatnya dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada air mata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada.
AKU BUKAN HENDAK MENGELUH, TAPI RASANYA TERLALU SEBENTAR KAU DISINI
Mereka mengira akulah kekasih yang baik bagimu sayang
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik
Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua
Tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta
sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini
Selamat jalan, kau dari-Nya dan kembali pada-Nya
kau dulu tiada untukku dan sekarang kembali tiada
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku
Selamat jalan, calon bidadari surgaku... "
-BJ Habibie, tribute to Ainun Habibie-
Continue Reading...

Jumat, 12 Agustus 2011

In Loving Memory

"Thanks for all you've done
I've missed you for so long
I can't believe you're gone
You still live in me
I feel you in the wind
You guide me constantly

I've never knew what it was to be alone, no
Cause you were always there for me
You were always there waiting
And ill come home and I miss your face so
Smiling down on me
I close my eyes to see

And I know, you're a part of me
And it's your song that sets me free
I sing it while I feel I can't hold on
I sing tonight cause it comforts me

I carry the things that remind me of you
In loving memory of
The one that was so true
Your were as kind as you could be
And even though you're gone
You still mean the world to me

I've never knew what it was to be alone, no
Cause you were always there for me
You were always there waiting
But now I come home and it's not the same, no
It feels empty and alone
I can't believe you're gone

And I know, you're a part of me
And it's your song that sets me free
I sing it while I feel I can't hold on
I sing tonight cause it comforts me

I'm glad he set you free from sorrow
I'll still love you more tomorrow
And you will be here with me still

And what you did you did with feeling
And You always found the meaning
And you always will
And you always will
And you always will

Ooo's

And I know, you're a part of me
And it's your song that sets me free
I sing it while I feel I can't hold on
I sing tonight cause it comforts me"

-Alter Bridge-

Continue Reading...

Rabu, 10 Agustus 2011

Live And Then Die, RIP Willson!

"Satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah kematian", kata seorang teman beberapa hari yang lalu. Dilahirkan, tumbuh dewasa, kemudian mati. Hidup rasanya sangat sederhana dengan sebuah siklus. Namun, Setiap orang memandang hidupnya dan orang lain dengan cara yang berbeda-beda. Banyak orang akan membantah bahwa kehidupan itu sangat sederhana. Banyak orang akan berkata bahwa kehidupan itu tidak semudah dan sebatas yang dibayangkan. Lalu bagaimana dengan kematian? Aku hanya bisa menerka-nerka apa yang akan terjadi setelah aku mati. Membayangkan bahwa ada dua pilihan antara surga dan neraka. Surga enak, neraka tidak enak. That's all.

Berbicara soal kematian, masih hangat dalam pikiranku tentang kematian Willson Joshua. Dia seorang mantan kekasih, seorang kakak, seorang guru dan berarti banyak untukku pada masanya. Pada saat aku menulis ini, sudah genap seminggu dia pergi meninggalkan dunia ini dengan cara yang menurutku sangat tiba-tiba, mengejutkan dan juga mengenaskan. Aku tidak dapat menahan air mata. Aku rasanya jatuh dari tempat yang sangat tinggi dan terhempas begitu keras saat mendengar berita kematiannya. Pikiran dan otakku bagaikan kaset yang memutar memori lama. Tiga tahun mengenalnya dengan separuhnya menjadi pasangan adalah waktu yang cukup lama bagiku. Terlalu banyak kenangan bersamanya. Terlalu banyak tawa, tangis, amarah, pelukan, malam yang kami lewati bersama. Dan bahkan pada saat kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan, kami masih berkomunikasi lewat sms, telepon, dan dunia maya. Hubungan terdalam yang pernah aku jalani dengan seorang pria.

Umur 26 tahun, umur yang masih sangat muda. Yah, semua orang berkata begitu, menyayangkan kepergian yang begitu cepat. Aku sendiri masih mengingat perbincangan di salah sudut kampus Unpad Jatinangor sekitar pukul 01.00. Dia bertekad untuk membahagiakan ibunya, melihat kakak perempuannya menikah dan melihat adik laki-lakinya menjadi seorang sarjana. Dia berkata jika semuanya sudah tercapai dia akan pergi mencari kebahagiaannya sendiri. Tapi, rasanya sekarang dia tidak bisa melihat langsung semuanya itu. Dia sudah pergi meninggalkan dunia dengan kenangan baik maupun buruk.

Aku diajak berpikir positif bahwa mati muda adalah suatu hal yang baik. Berpikir positif bahwa orang baik biasanya cepat dipanggil oleh Sang Pencipta dan berpikir positif bahwa dia sudah bahagia di alam yang lain. Seminggu kepergiannya, air mata rasanya tidak berhenti membasahi pipi. Tidak sedetik pun aku tidak memikirkannya, mengingat semua yang telah kami lalui bersama. Aku tidak ingin mendramatisir kepergiannya. Aku tidak ingin terlihat sedih dan ingin terlihat baik-baik saja. Tetapi semuanya mengalir begitu saja, bersifat alami.



Robert Benchley said "Death ends a life but not relationship". Kematian mengakhiri hidup tetapi tidak dengan hubungan. Walaupun sekarang aku sudah berbeda alam denganmu, akan selalu ada hubungan di antara kita, antara kau dengan keluarga, kau dengan sahabat, kau dengan orang-orang yang pernah mengenalmu. Kenangan dan hal yang pernah kita alami akan aku simpan di salah satu sisi hatiku selama mungkin. Setelah ini aku berharap dan berdoa semoga tidak ada lagi air mata untukmu tapi semangat untuk meneruskan hidup. Sehingga nanti kau dari sana tersenyum melihat aku bahagia serta orang-orang yang kau cintai bahagia. Tidurlah dalam damai sayang, abang, sobat.. Sampai bertemu lagi pada saatnya di tempat yang penuh dengan kebahagiaan abadi.. I always love you..



Continue Reading...

Sabtu, 04 Juni 2011

Tertunda tapi tidak Terkubur

Beberapa bulan yang lalu, saya sangat senang dan sangat bergairah karena mendapat pesan dari seorang senior saya di PALAWA UNPAD (Perhimpunan Pecinta Alam Universitas Padjadjaran). Beliau mengajak saya untuk mendaki Gunung Everest. Wow! Gunung Everest, puncak tertinggi dari Pegunungan Himalaya, puncak tertinggi di dunia. Siapa yang tidak mau ke sana? Apalagi untuk seorang anggota organisasi pecinta alam seperti saya. Itu suatu mimpi yang benar-benar ingin saya wujudkan. Tidak terbayang rasanya, saya menapaki gunung es untuk pertama kalinya dan itu di gunung yang ingin saya daki dari dulu.

Namun, kenyataan berkata lain. Keberangkatan yang dijadwalkan pada Bulan Oktober tahun ini, kemungkinan besar tertunda sampai tahun depan. Penundaan ini karena mempertimbangkan banyak hal. Dan sudah bisa ditebak, yang menjadi permasalahan utama adalah uang. Untuk mencapai puncak tertinggi itu, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kadang-kadang dalam hal ini saya menjadi iri dengan orang yang sepertinya begitu gampang mengeluarkan uang. Kalau bahasa slang saya dan teman-teman "Tuh orang kayak berak duit aje". Tapi iri pun tidak ada gunanya. Toh, uang di ATM saya gak bakal langsung nambah, segitu-gitu aja.

Kembali ke topik, jadi kapan saya akan menapaki puncak tertinggi di dunia? Mungkin Oktober tahun ini atau bisa jadi Oktober tahun depan. Who knows? Yang jelas sekarang, tahun ini saya harus lulus kuliah. Setelahnya, terserah saya! Kalau memang rejeki, saya pasti akan ke puncak tertinggi itu suatu saat nanti. Impian itu hanya tertunda, tapi tidak pernah terkubur. Tidak sama sekali.

Tetap semangat,
Rara!





Continue Reading...

Senin, 02 Mei 2011

Orang berpendidikan?

2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tanggal tersebut (kalau saya tidak salah) adalah tanggal lahir dari Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Setiap tanggal ini, semasa saya SD, SMP dan SMA selalu ikut upacara bendera untuk memperingatinya. Selama 4 tahun di tingkat universitas? Tidak sekalipun! Apakah karena nasionalisme yang berkurang? Saya juga tidak tahu.

Pendidikan, merupakan salah satu kebutuhan pokok selain pangan, sandang dan pangan pada saat sekarang ini. Tanpa pendidikan, maka untuk mendapatkan ketiga kebutuhan pokok lainnya agak sulit. Kemanapun anda sekarang, akan muncul pertanyaan, di mana anda sekolah atau kuliah? Lulusan universitas apa? Sekarang sedang menempuh s2 dimana?. Hal-hal tersebut menandakan bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dan seringkali menjadi ukuran atau patokan tingkat sosial seseorang.

Tetapi di Indonesia, tidak semua orang dapat menikmati indahnya bersekolah. Tidak semua orang dapat mengecap pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Masalahnya tidak lain adalah ekonomi keluarga. Yang tidak sekolah adalah orang-orang tidak mampu, itu benar. Yang merasakan sekolah adalah orang yang mampu, itu tidak sepenuhnya benar karena ada orang-orang yang tidak mampu yang rela melakukan apapun agar anggota keluarganya bisa mengecap pendidikan. Contohnya orang tua yang dulunya tidak sekolah dan menyadari bahwa sulitnya hidup tanpa pendidikan. Orang tua tersebut akan berbuat apa saja agar anaknya tidak merasakan seperti apa yang dia rasakan. Dan beruntunglah anak yang mempunyai orang tua seperti itu.

Kenyataannya, di sekitar saya banyak anak orang mampu atau berlebihan, malah menyia-nyiakan pendidikan mereka. Meninggalkan kuliah, foya-foya, dan melakukan hal-hal yang tidak berguna. Jangankan anak-anak yang orangtuanya berlebihan, anak yang orangtuanya cukup pun mengikuti arah pergaulan yang mengabaikan pendidikan.

Hal tersebut menjadi pelajaran bagi saya yang mempunyai orang tua cukup dan tidak berlebihan bahwa saya datang jauh ke tempat ini untuk kuliah dan memperoleh pendidikan yang layak. Saya harus menyadari bahwa jauh di seberang pulau sana, ayah dan ibu saya membanting tulang untuk saya dan jika saya hanya bermain-main dan membuang-buang waktu berarti saya bersenang-senang di atas cucuran darah dan keringat mereka. Jika saya melakukan hal tersebut, pantas rasanya disebut anak durhaka. Seperti yang saya katakan tadi bahwa masih banyak orang di luar sana yang tidak merasakan indahnya masa sekolah dan betapa nikmatnya masa menjadi mahasiswa. Cara mengucap syukur atas semua kesempatan ini? Menjadi pribadi yang lebih baik, melakukan tanggung jawab dan menjadi manusia yang layak disebut berpendidikan. Sederhana tapi sulit.

Continue Reading...

Selasa, 19 April 2011

Doa dari Papandayan

Angin berhembus kencang malam ini. Aku segera mengambil jaket dan kaos kaki sebagai alat defense (istilah keren, tapi ternyata biasa aja). Kalau tidak salah membaca GPS (Global Positioning System), aku sekarang berada di ketinggian 2100 mdpl. Aku selalu suka dan bergairah saat melakukan hal-hal seperti ini. Kedinginan, tidur di tenda, bersenggama di depan api unggun sambil minum kopi hangat. Mungkin aku hanyalah secuil dari ratusan juta manusia di bumi ini yang menyukai bahkan mencintai hal ini. Agak aneh, menurut pendapat sebagian orang. Tapi inilah yang disebut hobi dan inilah gairah. Menyatu dengan alam, menurutku dan beberapa orang lainnya, yang tentunya juga menyukai hal ini, merupakan salah satu cara untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan.

Meskipun ragaku di sini, tapi pikiranku jauh melayang kepada dua sahabatku. Sahabat yang sangat aku cintai. Sahabat yang beberapa hari yang lalu menyakiti hatiku karena bertengkar hebat. Rasa-rasanya melihat mereka seperti itu lebih sakit daripada putus cinta. Aku berada di tengah dan berusaha untuk bersifat netral. Aku dalam kebingungan yang amat sangat.

Aku berdoa malam ini. Di atas ketinggian ini, berharap Tuhan mampir mendengar doaku dan menyapaku. Berdoa semoga kedua sahabatku kembali seperti dulu. Ya Tuhan, hanya itu. Hanya itu.

Gunung Papandayan,
16 April 2011, pukul 01.15
Continue Reading...

Rabu, 23 Maret 2011

Ibunda..

Oh ibu, saat aku menulis ini, rindu yang begitu memuncak ada di benak dan hatiku. Setelah aku menangis tersedu-sedu mendengar berita dari salah satu kawan terbaik bahwa ibundanya telah dipanggil Yang Kuasa. Aku takkan bisa membayangkan bila hal tersebut terjadi kepadaku. Aku tidak bisa membayangkan aku ditinggalkan oleh orang yang begitu aku cintai dan sangat mencintaiku.

Sangat ingin rasanya, aku sekarang pulang, bertemu denganmu, memelukmu, membasuh kakimu dan menciumnya, tempat surga berada. Aku ingin meminta maaf atas semua kesalahan dan kekeliruanku yang menyakiti hatimu. Bantahan dan kebohongan yang aku lontarkan rasa-rasanya tak terhitung lagi. Saat ini aku merasa layaknya seorang anak durhaka.

Oh ibu, ampuni anakmu ini. Maafkan anakmu yang sering keliru ini, yang sering tidak ingat arti kasih sayang dan pengorbanan. Nyawaku sekalipun rasa-rasanya tidak akan bisa menggantikan apa yang sudah ibu berikan kepadaku.

Aku rindu ibu, aku sayang ibu, aku cinta ibu.
Doaku, Tuhan, berikan beliau selalu kesehatan, kekuatan, kesabaran dalam hidup ini. Tuhan, berikan ibundaku kebahagian di dunia begitu juga jika nanti kelak bersama-Mu.

-Dirundung rindu, Rara-
Jatinangor, Delima Putih 6B
Continue Reading...

Kamis, 17 Maret 2011

Selamat datang saudaraku

Tanggal 17 Maret 2011, tepatnya hari Kamis, kami berdiri di lapangan komplek UKM Unpad menunggu sebaris orang-orang berpakaian lusuh menggunakan carrier dengan menggunakan baju seragam warna biru muda lengkap dengan syal berwarna kuning. Dengan sedikit bergetar, kami menanti. Sekitar pukul 13.00WIB, yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang. Mereka berjumlah 13 orang dan didampingi sekitar 8 orang dengan setelan lapangan dan tentunya dengan syal kuning melingkar di leher.

Hati saya bergetar melihat ke-13 orang tersebut meneteskanair mata, mencoba berdiri tegak walaupun kaki dan seluruh badan sudah lemas. Tiga tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 6 Maret 2008, saya mengalami hal yang sama dan berdiri di tempat yang sama dengan mereka. Tiga belas hari bukan waktu yang sebentar untuk sekedar bercengkrama dengan alam dan ditempa olehnya. Selama inilah, ke-13 orang tersebut dididik dan dilatih untuk menjadi manusia yang lebih mencintai Tuhan, alam dan sesamanya. Selama itu pula, 13 orang tersebut mendapatkan tekanan baik dari alam maupun dari manusia yang kami sebut pelatih.

Dan akhirnya pada 17 Maret 2011, 13 orang tersebut resmi menjadi bagian dari keluarga besar kami. 13 orang saudara muda kami. 13 orang yang nantinya akan melanjutkan roda organisasi. 13 orang yang akan belajar lebih banyak untuk mencintai dan mensyukuri ciptaan Tuhan. 13 orang yang kepadanya kami titipkan doa agar menjadi orang yang berguna bagi perhimpunan, almamater dan bangsa serta negara. 13 orang perkasa dan tangguh yang diharapkan menjadi orang yang peduli terhadap sesama. Yah, mereka adalah saudara muda kami, anggota baru dari perhimpunan yang kami banggakan.

Selamat datang saudaraku, PALAWA UNPAD angkatan XXV "CANDRIKA MANDALA". Selamat karena telah menjadi bagian dari pasukan Yellow Scarf. Semua ini hanya langkah awal menuju sebuah petualangan besar. Tuhan memberkati kita sekalian. Viva PALAWA!
Continue Reading...

Jumat, 18 Februari 2011

Marah

Anger always comes from frustated expetations. Mungkin benar bahwa saya sedang frustasi. Terlalu kompeks untuk diungkapkan apa yang bisa membuat saya seperti ini. Masalah cinta? Terus terang bukan sama sekali. Masalah akademik? Mungkin.

Saya tidak pernah suka dengan orang yang meledak-ledak dan sangat cepat marah karena dari kecil saya sudah sangat mengalami hal buruk berkaitan dengan kemarahan. Tapi sekarang malah saya yang meledak-ledak. Tidak bisa mengontrol emosi dan hampir mencelakakan orang lain yang notabene adalah teman dekat saya sendiri. Entah apa yang merasuki saya malam itu.

When anger rises, think of the consequences. Because for every minute you're angry you lose sixty seconds of happiness. Benar! Saat anda marah, anda tidak akan tahu apa yang sedang anda perbuat dan apa yang akan terjadi nantinya sebagai sebuah konsekuensinya. Saat marah, tidak ada rasa bahagia sedikitpun. Yang ada hanya ego dan perasaan bahwa kitalah yang paling benar.

Anger is a great force. If you can control it, it can be transmuted into a power which can move the whole world. Mengontrol emosi dan kemarahan adalah salah satu hal tersulit dalam hidup ini. Tetapi jika bisa, hal itu justru akan menjadi suatu kekuatan besar yang akan merubah hidup dan dunia anda.

Saat ini, saya sedang berusaha menenangkan diri. Berusaha untuk mencerna apa yang telah saya lakukan. Berusaha menerima kekurangan dan berbesar hati untuk memperbaikinya. Tidak ada gading yang tak retak. Tidak ada manusia yang sempurna. Maafkan saya untuk orang yang pernah tersakiti karena amarah saya.
Continue Reading...

Jumat, 04 Februari 2011

Kematian

Pagi ini, saya cukup kaget membaca berita bahwa artis sekaligus seorang anggota DPR, Adjie Massaid menghembuskan nafasnya yang terakhir. Kepergian yang tidak disangka-sangka karena katanya beliau kemarin masih melakukan aktifitas seperti biasa. Hal ini langsung mengingatkan saya pada teman sekaligus sahabat Vindy Vildiansyah yang beberapa minggu lalu juga pergi meninggalkan dunia ini. Tidak tiba-tiba karena dia masih sempat dirawat di rumah sakit dan kami masih sangat berharap dia dapat sembuh dan sehat kembali. Tetapi Tuhan berkata lain. Dia dipanggil pada suatu pagi. Menyedihkan mengingat dia adalah teman satu sekolah selama 6 tahun. Banyak kenangan. Dia adalah salah satu murid yang pintar dan salah satu saingan saya di masa SMP dalam hal akademik.

Seperti kita tahu bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Dunia hanya persinggahan sementara dan segala sesuatu di dunia ini akan ada akhirnya. Kita tidak tahu kapan akan meninggalkan dunia ini karena hal tersebut merupakan misteri yang hanya Tuhan yang tahu. Banyak orang termasuk saya takut akan kematian. Tapi jika disuruh memilih, apakah kita akan memilih untuk meninggalkan orang-orang yang kita sayangi atau melihat orang yang kita sayangi pergi meninggalkan kita? Saya tidak memilih kedua-duanya. Tapi di dunia ini, bukan saya yang menentukan kapan saya akan mati. Ada kuasa yang lebih besar yang berhak menentukan itu.

Teringat kata-kata di film Bucket List, cerita tentang dua orang laki-laki tua yang divonis akan meninggal sekitar 6 bulan lagi. Bahwa jika kita meninggal ada 2 hal yang akan ditanyakan kepada kita. Pertama "Apakah selama kamu hidup di dunia, kamu sudah bahagia?". Kedua "Apakah selama kamu hidup di dunia telah membahagiakan orang lain?". Pertanyaan kedua adalah pertanyaan yang juga saya pertanyakan sekarang. Apakah saya sudah membahagiakan orang lain? Jawabannya : Saya tidak tahu. Pertanyaan itu juga yang mengingatkan kita bahwa kita hidup tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Apa yang telah kita berikan kepada orang lain di sekitar kita? Rasanya sangat bijak jika mulai dari sekarang, kita berusaha untuk membuat orang lain bahagia dan kita bisa dengan yakin mengatakan "YA" pada saat kita ditanyai.

Soe Hok Gie pernah berkata dalam buku hariannya "Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan ke dunia. Yang kedua adalah mati muda. Yang tersial adalah umur tua". Selamat jalan untuk Adjie Massaid dan sahabat saya Vindy Vildiansyah. Semoga kalian telah cukup membahagiakan orang-orang yang ditinggalkan walaupun kalian mati muda. Selamat karena telah meninggalkan dunia yang fana dan memasuki hidup abadi. Karena setiap akhir adalah awal sesuatu yang baru.
Continue Reading...

Changes..

Mantan presiden Amerika Serikat, Benjamin Franklin pernah berkata bahwa "Berubah memang sulit tapi tidak berubah adalah fatal". Saya dulu membenarkan perkataan beliau. Benar bahwa semua hal di dunia termasuk saya harus berubah ke arah yang lebih baik. Tetapi bagaimana jika saya atau anda malah berubah ke arah yang tidak baik? Bukankah akan lebih fatal akibatnya karena bisa merugikan orang lain? Ya, ya, ya, saya tahu bahwa baik atau benar adalah salah satu hal yang paling relatif di dunia ini. Kebenaran menurut saya tidak akan selalu sama dengan kebenaran yang dipahami orang lain. Tapi lupakan masalah kerelatifan. Itu adalah urusan para ilmuwan dan saya bukan ilmuwan. Tapi atas dasar apa seseorang dikatakan ilmuwan? Itu juga tergantung pandangan orang lain.

Salah seorang teman saya juga pernah berkata "Time changes, people changes". Menandakan bahwa setiap orang akan berubah seiring berjalannya waktu. Itu pasti. Tapi dalam waktu yang cepat, itu belum pasti. Akan ada segelintir orang akan tetap pada sikap dan pemikirannya bagaimanapun badai zaman menghempaskannya. Saya kadang-kadang berpikir untuk menjadi seperti itu. Tapi, apakah saya bisa menentang zaman?

Akhirnya saya berpikir bahwa tidak ada salahnya berubah jika ke arah yang lebih baik. Lebih baik menurut saya tentunya. Saya sudah bosan dengan pendapat orang lain yang merasa selalu benar. Ini hidup saya dan saya yang bertanggung jawab atas hidup saya sendiri. Saya akan berubah karena keinginan saya sendiri. Bukan karena orang lain.
Continue Reading...

Sabtu, 29 Januari 2011

Negeri Sinetron

Indonesia, negara tempat saya bernaung sebagai warganya. Negara yang punya sejuta keunikan mulai dari alamnya, budayanya, adat istiadatnya, sampai kepada pemerintahannya. Negara ini bukan negara maju bukan pula negara miskin. Negara ini malah bisa dikategorikan sebagai negara yang kaya raya. Tetapi, pengelolaan kekayaan selalu menjadi masalah. Masalah klasik.

Indonesia itu negeri para pelawak. Setiap hari media cetak maupun elektronik menampilkan berita-berita yang bisa mengundang tawa. Tawa sinis tepatnya. Indonesia juga panggung sandiwara. Seperti lagu yang dinyanyikan oleh Nike Ardilla, salah satu penyanyi terkenal pada jamannya yang sudah wafat. Di Indonesia, kita tidak akan tahu siapa yang sebenarnya baik dan siapa yang sebenarnya jahat. Setiap orang, terutama di panggung politik, dapat memainkan perannya dengan baik dan sempurna. Dari sandiwara menjadi sinetron. Sinetron yang tidak putus-putus dan selalu menampilkan episode-episode baru yang tak kunjung selesai. Sinetron yang mempunyai banyak sutradara, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.

Bagaimana tidak, Gayus Tambunan, seorang pria buntet, botak dan seorang pegawai direktorat pajak bergolongan 3A mempunyai harta milyaran rupiah. Selain itu, selama menjalani masa tahanan, dia dapat keluar masuk sel dengan bebas sampai ke luar negeri. Setelah diperkarakan dengan segala tuduhan, dia hanya mendapat hukuman selama 7 tahun dan denda 300 juta rupiah. Dipandang dari segi non hukum dan orang awam seperti saya, hukuman dan denda tersebut saya rasa tidak sesuai jika dibandingkan dengan uang milyaran rupiah yang dihasilkan sebagai seorang mafia pajak. Itu kan uang negara. Didenda hanya 300jt, itu tidak seberapa. Uangnya akan masih nyisa banyak dan Gayus tidak akan jadi miskin walaupun sudah dipenjara. Entah hukum apa yang diterapkan di Indonesia. Rasanya hukum rimba atau hukum adat lebih adil daripada hukum yang disusun oleh orang-orang pintar dan dijalankan oleh orang-orang busuk.

Aktor yang kedua adalah Nurdin Halid. Sang ketua PSSI kita ini, menjadi bahan perbincangan serta bahan cemoohan beberapa bulan terakhir (sebenarnya dari dulu). Pria bermuka tebal yang tidak tahu diri, menganggap bahwa sepakbola Indonesia adalah ladang uang dan punya kakeknya. Liga Super Indonesia, liga resmi di bawah naungan PSSI dan FIFA yang sudah lama diselenggarakan di Indonesia sejauh ini tidak ada perkembangan sama sekali, Justru makin lama makin kacau. Jarang ada pertandingan yang diakhiri dengan damai dan konon katanya masih ada pengaturan skor dan pengaturan wasit. Hey, hey, jangan ikut2an Italia dong masalah calciopoli. Terus, apa yang bisa dibanggakan dari seorang Nurdin? Membawa Indonesia ke final Piala AFF? Bullshit! Itu bukan karena Nurdin. Itu murni karena pemilihan pemain dan racikan strategi yang pas dari seorang Alfred Riedl. Dan sekarang skenarionya adalah Nurdin tidak mau mundur dari kursi ketua PSSI karena merasa masih pantas untuk mendudukinya. Dasar muka badak!

Aktor selanjutnya, Aburizal Bakrie. Orang ini pernah tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Ical (panggilannya) adalah seorang konglomerat yang mempunyai perusahaan di mana-mana, juga sempat menjadi pejabat negara dalam waktu yang lama dan sekarang menjadi ketua umum Partai Golkar. Yang paling menarik perhatian dari seorang Ical adalah tentang PT. Lapindo miliknya yang beberapa tahun lalu menyemburkan gas dan lumpur yang menenggelamkan Porong dan Sidoarjo. Ribuan orang terpaksa harus pindah dan mencari tempat tinggal baru. Kabarnya juga, sampai sekarang, kerugian tersebut belum lunas dibayarkan. Selain hal itu, ada juga kasus pajak perusahaan tambang miliknya yang tidak dibayar. WTF! Memangnya, Ical udah bangkrut ya sampai menumpuk "utang"? Kalau memang sudah bangkrut, lalu dari mana uang untuk bikin pesta pernikahan besar-besaran anaknya, Ardi Bakrie?? Atau memang orang kaya sudah mati rasa terhadap penderitaan orang lain? Kalau begitu, sungguh berani dia memang spanduk bertuliskan "Ical for President 2014'. Mendingan beresin urusan dulu pak, baru nyalonin diri jadi presiden. Itu saran saya, tapi Bapak kan lebih pintar.

Masih banyak aktor-aktor yang lain, yang sekarang sedang naik daun dan menjadi buah bibir. Dan aktor dari segala aktor tentunya media di Indonesia yang terkadang terlalu berlebihan dalam memberitakan sesuatu. Membuat berita pengalihan di atas berita yang harusnya diberitakan. Begitu seterusnya. Pers yang harusnya bebas, sekarang ditunggangi kepentingan politik. Ah, muak rasanya jika segala hal dipolitisasi. Entah sampai kapan sinetron di negeri ini akan berakhir. Penonton sudah bosan. Entah apa juga yang diucapkan oleh para pejuang berdirinya negara ini dari alam sana. Perjuangan mereka dikotori oleh orang-orang yang haus kekuasaan. Tapi mereka beruntung tidak hidup di jaman sekarang karena mungkin mereka bisa menangis.
Continue Reading...

Jumat, 28 Januari 2011

Penolong

Bagi orang yang percaya Tuhan, pasti tidak ada penolong yang lebih handal daripada Dia. Tapi penolong yang akan saya ceritakan ini adalah sosok penolong lain yang bisa dibilang "asisten" Tuhan (paling tidak itu menurut saya).

Dia adalah seorang wanita yang saya kenal ketika akan memasuki SMA. Dikenalkan oleh seorang penyantun sekolah saya melalui email. Kata-kata yang paling menyenangkan dan paling ajaib menurut saya waktu itu adalah bahwa dia akan membiayai sekolah saya. Waktu itu, saya tidak tahu tampangnya, bagaimana orangnya, bahkan saya salah mengenali dia sebagai pria yang ternyata wanita karena namanya. Waktu itu juga saya dan keluarga sangat senang dan sangat bersyukur bisa mendapat berkat yang begitu besar. 3 tahun sekolah di sekolah yang paling bagus (waktu itu) di Kabupaten Tana Toraja, GRATIS! Dibiayai oleh orang yang tidak pernah saya tahu wujudnya dan hanya berhubungan lewat dunia maya.

Mendekati kelulusan SMA, saya mengikuti tes untuk masuk ke sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya melalui jalur beasiswa. Saya lulus jurusan Sastra Inggris, jurusan yang sebenarnya tidak terlalu saya minati. Saya sangat ingin masuk jurusan teknik. Tapi, itu beasiswa full selama 5 tahun pendidikan kuliah, kurang apa lagi? Saya bimbang.

Tibalah saya lulus SMA dan berkonsultasi dengan "penolong" saya. Saya menceritakan tentang beasiswa yang saya dapatkan dan keinginan saya untuk mengambil jurusan teknik. Dan lagi-lagi kata-katanya bikin saya dan keluarga speechless. Beliau mengatakan kalau ingin masuk jurusan teknik yang paling bagus ya di ITB. Semua biaya saya ke Bandung dan biaya bimbingan serta biaya hidup selama di sana akan ditanggung. Saya merasa orang yang sangat beruntung karena saya dibiayai oleh orang yang sampai menginjakkan kaki di Kota Kembangpun, belum saya tahu wujudnya.

Tetapi, keinginan saya untuk masuk jurusan teknik tidak kesampaian. Saya akhirnya masuk Jurusan Ilmu Pemerintahan di salah satu Universitas negeri di Bandung. Jurusan yang sangat jauh dari keinginan saya. Tapi justru "penolong' saya yang meyakinkan saya untuk tetap mengambil jurusan tersebut karena nilai ilmu sosial saya selalu stabil saat masih SMA. Dan sekarang saya akan memasuki semester kedelapan dan seluruh biaya kuliah dan biaya hidup sampai detik ini masih ditanggung oleh beliau.

Dari percakapan intens selama SMA dan setelahnya, saya sekarang tahu kalau dia adalah orang Indonesia keturunan Tionghoa. Dia sudah lama berkerja di Australia, tempat dia berkenalan dengan penyantun sekolah saya. Pada saat dia memutuskan untuk membiayai sekolah saya, beliau masih lajang dan baru menikah sekitar setahun setelahnya dan mempunyai anak dua tahun setelah pernikahan. Beliau seorang Kristiani. Ketika saya menanyakan kenapa dia mau membantu dan memberikan begitu banyak kepada saya, orang yang tidak pernah dia kenal sebelumnya, beliau menjawab bahwa harta yang dipakainya untuk membiayai saya adalah harta milik Tuhan yang dipercayakan dan disalurkan melalui tangan dia. Speechless (lagi). Saya tidak menyangka di jaman kayak gini, masih ada orang seperti beliau yang begitu mulia dan mau membantu sesama tanpa pamrih.

Walaupun tanpa pamrih, saya tau kalo suatu saat saya harus membalas semua kebaikan beliau. Entah bagaimana caranya. Biarlah Tuhan yang menunjukkan. Saat ini saya hanya bisa berdoa semoga beliau selalu diberi kesehatan dan berkat melimpah diberikan kepadanya. dari beliau saya belajar bahwa membantu orang tidak boleh setengah-setengah dan harta yang sekarang dimiliki hanya titipan Tuhan yang tidak akan kita bawa ke liang kubur.

Sebelum saya lupa, nama "penolong" saya ini adalah Indrawaty Tio :)

Continue Reading...

Minggu, 16 Januari 2011

Tahun 2011..

Tahun 2011...

Kata orang, tahun baru, harapan baru dan beberapa hal yang katanya juga harus baru. Itu kata orang. Kalo kata saya, tahun baru tidak semua harus baru. Karena semua hal yang telah dilalui tidak harus diganti. Mungkin lebih tepatnya tahun yang baru harus lebih baik dari tahun yang sebelumnya. Yang salah diperbaiki dan yang baik dipertahankan.

Saya merasa bahwa tahun 2010 adalah tahun yang cukup berat. Tahun 2010, saya melalui begitu banyak cobaan dalam segala hal. Mulai dari keluarga, percintaan, kuliah, persahabatan. Hampir semuanya. Tahun 2010, saya banyak belajar bahwa hidup itu tidak datar. Saya belajar bahwa hidup butuh perjuangan dan pengorbanan. Saya belajar bahwa kesabaran dan penyerahan diri kepada Tuhan adalah segalanya yang bisa membantu saya. Saya belajar uuntuk menjadi lebih dewasa. Saya belajar bahwa kesalahan bisa menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga.

Saya mengakui bahwa tahun lalu, saya banyak membuat kesalahan, Kesalahan yang membuat orang-orang termasuk diri saya sendiri kecewa. Kesalahan yang saya tahu tidak boleh saya lakukan lagi jika saya tidak ingin meneteskan air mata untuk menyesalinya.

Syukur yang begitu besar kepada Tuhan Yang Empunya kehidupan karena telah menyertai dan memberkati saya sehingga masih bisa berpijak di bumi ini, masih bisa menikmati sinar matahari, masih bisa merasakan hembusan angin dan masih bisa menatap orang-orang yang saya sayangi. Terima kasih Tuhan untuk segala kasih sayang yang begitu banyak yang telah Kau berikan kepada saya. Sekarang saya kembali datang di tahun yang baru dengan harapan yang baru serta doa yang baru. Doa meminta agar saya dapat menjalani tahun ini sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh Tuhan.

Toraja, 4111
Euforia tahun baru, Rara
Continue Reading...

About

Blogroll

About