Kamis, 26 Agustus 2010

Pertanyaan Di Tengah Malam

Malam ini aku tidak tahu apa yang hendak aku tulis sebenarnya. Rasa-rasanya otakku penuh dengan pikiran-pikiran yang aku tidak tahu itu apa. Aneh bukan? Menurut aku aneh jika kau bangun dan sadar tapi kau tidak tahu apa yang kau pikirkan. Ataukah mungkin aku terlalu memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan. Aku bukan seorang pemikir. Aku mungkin seorang perasa, yang memikirkan hal-hal kecil yang bagi orang lain bahkan aku sendiri tidak penting. Lalu apa bedanya? Itulah yang aku pertanyakan lagi.

Inikah yang disebut orang "galau"? I don't know absolutely. Tapi jika ini galau, galau karena apa? Sedangkan aku sendiri tidak tahu apa yang aku pikirkan. Semakin aku bertanya maka semakin semua hal yang tidak aku tahu itu berputar-putar dalam pikiranku. Maka semakin galaulah aku. Bingung? Aku sendiri juga makin bingung.

Coba aku ingat dan aku urutkan apa yang kira-kira sedang aku pikirkan. Pertama, aku berpikir liburan lebaran nanti saat hampir semua teman-teman kampusku pulang ke rumah dan kampung halaman masing-masing untuk berkumpul dengan keluarga, aku ke mana? Karena rasanya aku tidak akan menikmati libur lebaran di kota pelajar yang seperti kota mati pada saat libur lebaran ( jatinangor,red ). Yang masih aku pikirkan adalah tempat-tempat yang mungkin jadi tempat "berteduh" selama aku dalam liburan tersebut. Kedua, masih berhubungan dengan libur, aku benar-benar rindu pada kedua orang tuaku, rindu kepada saudara-saudaraku, rindu rumahku dan rindu kampungku. Hampir delapan bulan tidak pulang ke rumah rasanya sangat lama dan sangat memilukan. Percakapan melalui telepon atau dunia maya tidak mengobati rasa rinduku. Sekarang aku menyadari bahwa sesuatu yang nyata itu lebih baik daripada sesuatu yang abstrak. Ketiga, tak bisa kupungkiri, aku masih memikirkan "dia". Dia, sebut saja Lukas (bukan nama sebenarnya), sedang berada di suatu tempat nun jauh di sana. Percakapanku dengan Lukas hanya terjadi melalui dunia maya. Seperti yang aku katakan lagi bahwa sesuatu yang nyata lebih baik dari sesuatu yang abstrak. Yah,aku merindukannya juga. Terlalu sulit bagiku untuk melupakan masa lalu yang telah lewat. Keempat, aku memikirkan pola hidupku akhir-akhir ini. Rasanya pola hidupku sudah rusak berat dan susah untuk diperbaiki lagi. Bangun kesiangan, "bertengger" di depan laptop sepanjang hari, mengisap rokok, dan tidur saat waktu mendekati subuh adalah hal yang berulang-ulang terjadi dan berulang-ulang juga aku berjanji pada diri sendiri untuk merubahnya. Tapi apa yang terjadi? Tidak ada perubahan. Semakin lama rasanya aku semakin tenggelam dalam rutinitas yang buruk itu. Akibatnya, sosialisasi dengan dunia luar berkurang, kesehatan terganggu, banyak tugas dan tanggung jawab yang terabaikan. Hal inilah yang membuat aku kadang-kadang merasa hidupku benar-benar tidak berguna.

Baru empat hal yang bisa aku jabarkan. Aku merasa masih ada hal lain yang masih lari-lari dalam pikiranku. Tapi aku sendiri tidak tahu persis apa itu. Lalu, bagaimana aku harus mengatasi rasa "galau" ini? Itulah pertanyaan yang sebenarnya pada malam menjelang subuh ini.


Continue Reading...

Selasa, 17 Agustus 2010

Indonesiaku di umur 65 tahun

Tanah airku Indonesia, negeri elok amat kucinta.
Tempat tumpah darahku yang mulia
Yang kupuja spanjang masa
Tanah airku aman dan makmur
Pulau kelapa nan amat subur
Pulau melati pujaan bangsa
Sejak dulu kala...
( Rayuan pulau kelapa, Ismail Marzuki)

17 Agustus 65 tahun yang lalu, sebuah negara bernama Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Kemerdekaan dari semua jenis penjajahan. Kemerdekaan yang didapatkan dengan menumpahkan banyak darah dan air mata. Setiap tahun, pada tanggal ini, seluruh rakyat Indonesia bersukacita menyambut "pertambahan umur" sang Ibu pertiwi. Bendera dan umbul-umbul terpasang di hampir semua tempat meramaikan pesta ini. Yah, pertambahan umur memang selalu menjadi suatu berkat yang tidak ternilai harganya. Pertambahan umur membuktikan bahwa seseorang atau sesuatu itu masih hidup dan masih ada.

Indonesia, sebuah negara yang elok rupawan. Sebuah negara yang kaya alam dan budayanya. Sebuah negara yang memiliki sejarah yang hebat dan menakjubkan. Sebuah negara yang memiliki bangsa dan suku bangsa yang besar. Sebuah negara yang memiliki segalanya. Sebuah negara yang jika dia mau bisa menjadi negara besar. Sebuah negara di mana rakyatnya kini bagai tikus kelaparan di lumbung padi. Sebuah negara yang para pemimpinnya kini sudah tak bernurani. Sebuah negara yang berkedok demokrasi tetapi mengabaikan aspirasi rakyatnya. Sebuah negara yang diam saja saat hak miliknya direbut. Sebuah negara yang mempunyai segudang masalah yang tidak pernah terpecahkan.

Kemana negeriku yang dulu banyak dipuja bangsa? Kemana negeriku yang dulu hidup dalam damai? Kemana negeriku yang dulu tidak akan membiarkan sejengkal tanahnya pun direbut? Kemana ngeriku yang dulu penuh dengan orang-orang berani menentang jaman? Miris rasanya mendengar kekecewaan yang terlalu banyak pada negeri ini. Dan aku adalah salah satu dari mereka yang menyimpan banyak kekecewaan. Sering terlontar ucapan untuk pindah kewarganegaraan ataupun ucapan memuja negara lain secara berlebihan. Apakah nasionalisme berkurang? Bisa jadi kawan. Tapi apa jadinya jika sudah tidak ada orang-orang yang mencintai negerinya sendiri?

Namun, seburuk apapun negeri ini di mata orang dan di mataku sendiri. Akan selalu ada cinta yang sangat besar untuknya. Di sini aku dilahirkan, di sini aku dibesarkan, di sini aku diberi makan, di sini aku menimba ilmu, di sini aku berpijak, di sini aku hidup. Akan selalu ada semangat untuk membangun negeri ini. Akan selalu ada pujaan untuk negeri ini. Aku yakin di hati yang paling dalam setiap orang yang kecewa, masih ada rasa bangga hidup dan memiliki negeri yang elok ini. Melalui tulisan ini, teriring doa kepada Tuhanku semoga Dia selalu menjaga Indonesia dan bangsanya. Semoga Dia selalu melindungi dan memberkati pemimpin bangsa ini. Semoga kelak nantinya Indonesia akan menjadi negara yang besar yang hidup dalam damai. Semoga negeri ini tidak akan pernah lapuk ditelan jaman. Aku tidak tahu kapan itu akan terjadi. Entah berapa puluh kali tanggal 17 Agustus lagi. Tetapi, aku hanya ingin mengungkapkan betapa bangganya aku menjadi bagian dari bangsa ini dan betapa cintanya aku akan negeri ini.

Dirgahayu Indonesiaku.






Continue Reading...

About

Blogroll

About