Selasa, 22 November 2011

Fragment #5

Share it Please
Air mata karena mengenangmu kembali jatuh dari pelupuk mataku. Bahkan aku tidak tahu kenapa aku harus meneteskannya. Ibarat bendungan yang berusaha menahan air, tapi malam ini bendungan itu hancur, jebol. Hey, sedang apa kau di sana? Bagaimana di sana? Apakah kau bahagia? Apakah kau merindukan aku seperti aku merindukan kau? Aku menunggu namamu muncul di dalam telepon genggamku untuk sekedar mengucapkan selamat pagi atau menanyakan kabarku. Hal yang paling mustahil terjadi tapi tetap aku lakukan. Ah, rindu memang bangsat! Dia bisa mengoyak-ngoyak hati sampai sedemikian rupa kemudian hilang meninggalkan hampa.

- mrt

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About