Sabtu, 18 Desember 2010

Malam Minggu

Di sinilah saya, duduk di sebuah sofa berhadapan dengan laptop si sebuah coffee house di salah satu sudut Kota Bandung. Malam ini malam minggu. Malam yang katanya spesial buat orang-orang tertentu. Buat saya sendiri, malam minggu adalah malam yang sama dengan malam-malam lainnya. Tidak ada yang spesial. Bisa jadi karena saya seorang jomblo yang tidak berkencan pada malam ini.

Di penghujung desember ini, saya disibukkan dengan tugas kuliah beserta ujian dan tetek bengeknya. Penat, tentu saja. Bosan hampir setiap malam berkutat dengan microsoft word, buku dan sebagainya. Jenuh seharian mengurung diri di dalam kamar kosan memandangi monitor sambil berkoar-koar di dunia maya.

Di sinilah saya duduk, mencoba mengerjakan tugas yang dari 2 jam yang lalu tidak tersentuh karena pikiran saya sama sekali tidak ada di situ. Mungkin malam ini memang malam spesial. Malam spesial untuk otak saya beristirahat dari segala penat apapun itu. Mungkin lebih baik saya pulang dan bercumbu dengan ketenangan dan berkencan dengan kenikmatan selimut.

Harapan saya, semoga esok lebih baik dari hari ini. Itu saja, tidak lebih.

Ngopi Doeloe, Hasanuddin, Bandung
Sabtu, 18 Desember 2010
Pukul 23.14
Continue Reading...

Selasa, 07 Desember 2010

Garuda Itu Terbang Lagi

"Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, Kuyakin hari ini pasti menang..". Petikan lagu Netral ini, masih terngiang-ngiang di telinga saya. Betapa tidak, malam ini malam kebangkitan Tim Garuda, Tim Merah Putih atau apapun sebutan untuk Tim Nasional Sepakbola Indonesia. Timnas Indonesia malam ini menunjukkan "taring"nya sebagai macan Asia Tenggara dengan mengalahkan Thailand 2-1 setelah sempat tertinggal. Thailand, negara yang mendominasi sepakbola Asia Tenggara selama beberapa tahun terakhir ini, harus tunduk di stadion kebanggaan milik Indonesia, Gelora Bung Karno. Dengan kekalahan ini juga, Thailand juga tidak lolos ke babak semifinal Piala AFF tahun 2010. Malaysialah yang akan menemani Indonesia melaju ke babak selanjutnya.

Rasa bangga, rasa haru, rasa terima kasih bercampur jadi satu melihat 3 pertandingan Timnas Indonesia dalam pergelaran Piala AFF 2010. Pertandingan pertama melumat Malaysia dengan skor 5-1, pertandingan kedua mempermalukan Laos dengan skor telak 6-0 dan pertandingan ketiga malam ini menundukkan Thailand 2-1. Sejak dilatih oleh pelatih asal Austria Alfred Riedl, sepakbola Indonesia sedikit menunjukkan kemajuan. Selain itu yang menjadi fenomena adalah dengan masuknya pemain naturalisasi seperti Christian Gonzales dan Irfan Bachdim dalam tim nasional Indonesia. Terutama yang saya sebutkan kedua. Bachdim menjadi idola baru di Indonesia. Wajar karena 2 golnya dalam 3 pertandingan pertamanya serta tampang seperti pemain sinetron dan paling kinclong dari semua pemain Timnas.

Malam yang indah, malam perayaan bagi kebangkitan sepakbola Indonesia, malam euforia walaupun piala AFF belum berakhir tapi itu sudah lebih dari cukup untuk saat ini. Paling tidak Garuda yang sudah lama tidur akhirnya mulai mengepakkan sayapnya lagi. Lupakan tentang si striker Gonzales, lupakan tentang si tampan Bachdim, lupakan tentang si legend Bambang Pamungkas atas 2 golnya ke gawang Thailand. Hanya teriakkan satu kata "Indonesia".

( Teriakkan : Nurdin Halid turun!, juga boleh :))
Continue Reading...

Jumat, 03 Desember 2010

Mundur Sebelum Berperang

"Kamu usahain lulus Agustus 2011. Kalo gak lulus bulan segitu, biaya kuliah kamu tanggung sendiri'. Duaaarrr !! Kata-kata itu seperti sambaran petir di siang bolong di telinga saya. Walaupun sejujurnya, saya memang berniat untuk lulus pada waktu tersebut. Mimpi yang bukan tidak mungkin untuk diwujudkan.

Menginjak semester 7 dalam studi saya di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisip Unpad, saya mulai dirongrong dengan pertanyaan "kapan beres?", "kapan wisuda?", "udah skripsi blum?". Terus terang saya lebih memilih ditanya apakah saya ngorok atau tidak pas tidur daripada dilontarkan pertanyaan tersebut. Tapi sadar atau tidak sadar saya merasa memang umur terus bertambah. Masih banyak hal yang ingin saya lakukan dan tidak berharap menghabiskan waktu untuk mengejar gelar Sarjana (S1) dalam waktu yang lama. Yah, walaupun kuliah itu masa-masa paling indah (menurut saya) dan sangat yakin nantinya saya akan merindukan momen tersebut.

Saya terobsesi bahkan sangat berambisi untuk lulus secepatnya. Tidak peduli kata orang bahwa lulus cepat tidak akan menjamin akan langsung dapat kerja. Dalam pemikiran saya, setiap tahap harus dilewati dulu dengan fokus dan sebaik mungkin. Tahap selanjutnya? Nanti ada masa untuk memikirkannya.

Mulailah saya bersama-sama teman "riweuh" mencari judul skripsi yang tepat. Ketemu dosen, ngurus ini itu dan akhirnya saya dapat pembimbing. Duaaaarrr! Petir di siang bolong kembali menyambar di telinga saya. Pembimbing yang ditunjuk untuk saya adalah dosen pembimbing yang paling dihindari oleh hampir semua mahasiswa di jurusan saya. Dosen killer dan dosen yang tidak bisa diajak berkompromi. Galau. Stress. Bingung. Semuanya bercampur jadi satu. Gimana masa depan saya? Kalo dia dosen pembimbingnya, 99% saya pesimis akan lulus pada target yang sudah ada.

Setelah pertimbangan yang agak lama dan setelah mendengar pendapat dari senior-senior yang udah pernah berurusan secara intim dengan beliau, maka saya memutuskan untuk memulai lagi dari awal. Istilahnya mundur sebelum berperang. Belum sampai di medan tapi menyerah duluan. Tapi perlu ada klarifikasi di sini. Saya bukan menyerah dan saya bukan pengecut. Hanya muncur untuk meracik strategi yang lebih bagus untuk memenangkan pertempuran. Kalau tau musuh punya senjata yang lebih canggih, lebih cerdik, lebih berkuasa, mempunyai pasukan yang berpuluh-puluh kali lebih banyak, siapa yang mau mati konyol?




Continue Reading...

About

Blogroll

About