Sabtu, 18 Desember 2010

Malam Minggu

Di sinilah saya, duduk di sebuah sofa berhadapan dengan laptop si sebuah coffee house di salah satu sudut Kota Bandung. Malam ini malam minggu. Malam yang katanya spesial buat orang-orang tertentu. Buat saya sendiri, malam minggu adalah malam yang sama dengan malam-malam lainnya. Tidak ada yang spesial. Bisa jadi karena saya seorang jomblo yang tidak berkencan pada malam ini.

Di penghujung desember ini, saya disibukkan dengan tugas kuliah beserta ujian dan tetek bengeknya. Penat, tentu saja. Bosan hampir setiap malam berkutat dengan microsoft word, buku dan sebagainya. Jenuh seharian mengurung diri di dalam kamar kosan memandangi monitor sambil berkoar-koar di dunia maya.

Di sinilah saya duduk, mencoba mengerjakan tugas yang dari 2 jam yang lalu tidak tersentuh karena pikiran saya sama sekali tidak ada di situ. Mungkin malam ini memang malam spesial. Malam spesial untuk otak saya beristirahat dari segala penat apapun itu. Mungkin lebih baik saya pulang dan bercumbu dengan ketenangan dan berkencan dengan kenikmatan selimut.

Harapan saya, semoga esok lebih baik dari hari ini. Itu saja, tidak lebih.

Ngopi Doeloe, Hasanuddin, Bandung
Sabtu, 18 Desember 2010
Pukul 23.14
Continue Reading...

Selasa, 07 Desember 2010

Garuda Itu Terbang Lagi

"Garuda di dadaku, Garuda kebanggaanku, Kuyakin hari ini pasti menang..". Petikan lagu Netral ini, masih terngiang-ngiang di telinga saya. Betapa tidak, malam ini malam kebangkitan Tim Garuda, Tim Merah Putih atau apapun sebutan untuk Tim Nasional Sepakbola Indonesia. Timnas Indonesia malam ini menunjukkan "taring"nya sebagai macan Asia Tenggara dengan mengalahkan Thailand 2-1 setelah sempat tertinggal. Thailand, negara yang mendominasi sepakbola Asia Tenggara selama beberapa tahun terakhir ini, harus tunduk di stadion kebanggaan milik Indonesia, Gelora Bung Karno. Dengan kekalahan ini juga, Thailand juga tidak lolos ke babak semifinal Piala AFF tahun 2010. Malaysialah yang akan menemani Indonesia melaju ke babak selanjutnya.

Rasa bangga, rasa haru, rasa terima kasih bercampur jadi satu melihat 3 pertandingan Timnas Indonesia dalam pergelaran Piala AFF 2010. Pertandingan pertama melumat Malaysia dengan skor 5-1, pertandingan kedua mempermalukan Laos dengan skor telak 6-0 dan pertandingan ketiga malam ini menundukkan Thailand 2-1. Sejak dilatih oleh pelatih asal Austria Alfred Riedl, sepakbola Indonesia sedikit menunjukkan kemajuan. Selain itu yang menjadi fenomena adalah dengan masuknya pemain naturalisasi seperti Christian Gonzales dan Irfan Bachdim dalam tim nasional Indonesia. Terutama yang saya sebutkan kedua. Bachdim menjadi idola baru di Indonesia. Wajar karena 2 golnya dalam 3 pertandingan pertamanya serta tampang seperti pemain sinetron dan paling kinclong dari semua pemain Timnas.

Malam yang indah, malam perayaan bagi kebangkitan sepakbola Indonesia, malam euforia walaupun piala AFF belum berakhir tapi itu sudah lebih dari cukup untuk saat ini. Paling tidak Garuda yang sudah lama tidur akhirnya mulai mengepakkan sayapnya lagi. Lupakan tentang si striker Gonzales, lupakan tentang si tampan Bachdim, lupakan tentang si legend Bambang Pamungkas atas 2 golnya ke gawang Thailand. Hanya teriakkan satu kata "Indonesia".

( Teriakkan : Nurdin Halid turun!, juga boleh :))
Continue Reading...

Jumat, 03 Desember 2010

Mundur Sebelum Berperang

"Kamu usahain lulus Agustus 2011. Kalo gak lulus bulan segitu, biaya kuliah kamu tanggung sendiri'. Duaaarrr !! Kata-kata itu seperti sambaran petir di siang bolong di telinga saya. Walaupun sejujurnya, saya memang berniat untuk lulus pada waktu tersebut. Mimpi yang bukan tidak mungkin untuk diwujudkan.

Menginjak semester 7 dalam studi saya di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisip Unpad, saya mulai dirongrong dengan pertanyaan "kapan beres?", "kapan wisuda?", "udah skripsi blum?". Terus terang saya lebih memilih ditanya apakah saya ngorok atau tidak pas tidur daripada dilontarkan pertanyaan tersebut. Tapi sadar atau tidak sadar saya merasa memang umur terus bertambah. Masih banyak hal yang ingin saya lakukan dan tidak berharap menghabiskan waktu untuk mengejar gelar Sarjana (S1) dalam waktu yang lama. Yah, walaupun kuliah itu masa-masa paling indah (menurut saya) dan sangat yakin nantinya saya akan merindukan momen tersebut.

Saya terobsesi bahkan sangat berambisi untuk lulus secepatnya. Tidak peduli kata orang bahwa lulus cepat tidak akan menjamin akan langsung dapat kerja. Dalam pemikiran saya, setiap tahap harus dilewati dulu dengan fokus dan sebaik mungkin. Tahap selanjutnya? Nanti ada masa untuk memikirkannya.

Mulailah saya bersama-sama teman "riweuh" mencari judul skripsi yang tepat. Ketemu dosen, ngurus ini itu dan akhirnya saya dapat pembimbing. Duaaaarrr! Petir di siang bolong kembali menyambar di telinga saya. Pembimbing yang ditunjuk untuk saya adalah dosen pembimbing yang paling dihindari oleh hampir semua mahasiswa di jurusan saya. Dosen killer dan dosen yang tidak bisa diajak berkompromi. Galau. Stress. Bingung. Semuanya bercampur jadi satu. Gimana masa depan saya? Kalo dia dosen pembimbingnya, 99% saya pesimis akan lulus pada target yang sudah ada.

Setelah pertimbangan yang agak lama dan setelah mendengar pendapat dari senior-senior yang udah pernah berurusan secara intim dengan beliau, maka saya memutuskan untuk memulai lagi dari awal. Istilahnya mundur sebelum berperang. Belum sampai di medan tapi menyerah duluan. Tapi perlu ada klarifikasi di sini. Saya bukan menyerah dan saya bukan pengecut. Hanya muncur untuk meracik strategi yang lebih bagus untuk memenangkan pertempuran. Kalau tau musuh punya senjata yang lebih canggih, lebih cerdik, lebih berkuasa, mempunyai pasukan yang berpuluh-puluh kali lebih banyak, siapa yang mau mati konyol?




Continue Reading...

Senin, 15 November 2010

Rasa dan penantian

Aku kecewa
Aku marah
Aku menangis

Tetapi

Aku tidak membenci
Aku tidak menaruh dendam
Aku tidak mengutuk

Hanya

Berdoa
Menanti tawa
Menanti hari yang indah
Menanti saat bahagia itu datang


Jika Tuhan adil dan masih peduli.
Continue Reading...

Minggu, 14 November 2010

Love Sucks !

"Sekarang cinta bukanlah sahabat bagiku
Sekarang kita berdua telah jadi musuh

Kata sayang juga sepertinya juga telah hilang

Mereka pergi angkat kaki jauh dari sini


Sorry, kita tidak sejalan

Sepertinya kita tak sepaham
Sorry, sorry


Sekarang aku berkawan dengan kesepian

Sekarang kita berdua sependeritaan

Belajar mengenal cinta arti kata sayang

Smoga esok lebih baik dari hari ini
Sorry, sorry, sorry"

Netral - Sorry

Lagu ini yang paling mewakili perasaan saya sekarang. Keangkuhan itu akhirnya runtuh. Air mata saya jatuh setelah sekian lama mencoba untuk tetap kuat di depan orang lain. Bahwa orang yang terlihat paling kuat adalah orang yang paling rapuh, itu benar. Saya terlihat kuat tetapi sebenarnya rapuh. Saya sedang putus asa dan terkungkung dalam pikiran yang itu-itu saja. Bosan. Perih. Marah. Semuanya bercampur aduk jadi satu. Kata bijak, ayat alkitab, nasehat rasa-rasanya tidak mempan dan tidak bisa memperbaiki keadaan. Yang saya butuhkan saat ini hanya teman untuk mendengar semua keluhan dan memberikan bahunya.

Saya berharap rasa ini cepat berlalu. Saya tidak mau menghabiskan air mata untuk hal yang tidak perlu. Saya tidak mau menghabiskan air mata jika nantinya akan menangis lagi.

Love sucks, isn't it? It can makes you smile but at the same time it can makes you cry. What the hell?!
Continue Reading...

Sabtu, 13 November 2010

Letters To God

Baru nonton film "Letters To God". Ceritanya tentang seorang anak yang terkena kanker otak dan hanya menunggu kematiannya. Hampir setiap hari dia menulis surat kepada Tuhan yang dimasukkan ke dalam kotak surat. Tukang pos bingung akan kemana mengirimkan surat tersebut karena tentunya tidak ada satupun yang tahu alamat Tuhan. Isi suratnya adalah tentang curahan isi hatinya tentang hari-harinya melewati masa-masa sulitnya menghadapi penyakit. Tidak hanya keluhan yang dilontarkan dalam suratnya, tetapi dia sempat untuk mendoakan orang-orang di sekitarnya. Di saat dia sekarat dan tau waktunya tidak akan lama lagi, dia masih yakin bahwa Tuhan masih melawatnya dan yakin Tuhan mempunyai rencana indah atas semua yang terjadi dalam keluarganya. Dia berterima kasih atas waktu dan orang-orang yang selalu ada di sampingnya untuk mendukungnya.

Sesak. Ingin menangis. Malu karena seorang anak kecil mempunyai iman, pengharapan dan kasih sedangkan aku tidak. Kata-kata yang aku ingat adalah "berhenti mengutip ayat-ayat alkitab untukku karena itu tidak akan menyembuhkan anakku". Kata-kata seorang ibu yang sudah putus asa dan keyakinannya hampir hilang bahwa anaknya akan sembuh. Aku merasa aku sedang ada di posisi itu di mana keyakinan dan harapan sudah hampir hilang. Posisi di mana kata-kata bijak dan kutipan ayat-ayat alkitab sudah tidak mempan lagi.

Haruskah aku juga mengirim surat kepada Tuhan? :
Continue Reading...

Jumat, 12 November 2010

Bencana Itu


Banjir bandang di Wasior, disusul tsunami di Mentawai, dan dilengkapi dengan letusan Gunung Merapi adalah serangkaian kejadian mengagetkan sekaligus menyedihkan yang terjadi di Indonesia beberapa bulan terakhir ini. Rangkaian bencana ini rasanya seperti sedang berlari marathon, saling susul menyusul dan menabrak siapapun yang ada di tengah-tengah arena. Demikian juga dengan bencana-bencana ini, berlomba-lomba menyapu semua yang ada termasuk nyawa manusia. Itu amarah Sang Pencipta yang ditandai oleh alam yang bergejolak. Entah ini hukuman atau peringatan kepada manusia dari Tuhan. Tuhan mungkin sudah gerah dan lelah melihat perlakuan manusia kepada alam dan sesamanya. Manusia terlalu angkuh. Manusia tidak mau bersyukur atas apa yang telah diberikan. Manusia melanggar amanat untuk menjaga bumi tempat tinggalnya. Rasa-rasanya lagi tsunami di Aceh dan gempa bumi di berbagai tempat yang sebelumnya telah terjadi belum cukup untuk memperingatkan bangsaku ini. Indonesia, negara yang dianugerahi kekayaan luar biasa luluh lantah oleh bencana yang bertubi-tubi.

Tetapi, semuanya sudah terjadi. Korban berjatuhan. Rasa panik dan tangis dimana-mana. Walaupun tidak mengalaminya secara langsung, ada rasa yang begitu sakit saat melihat orang-orang bergeletakan menjadi mayat. Ada rasa yang begitu sakit melihat orang tua yang sudah lanjut umur dan anak-anak mencari sanak keluarganya. Namun, setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Dari kejadian-kejadian tersebut, kita belajar untuk selalu bersyukur atas apa yang ada pada kita. Kita masih punya sanak keluarga, sahabat-sahabat yang mencintai kita. Kita masih bisa makan paling tidak tiga kali sehari dengan makanan yang enak-enak. Kita masih punya tempat tinggal yang layak. Kita masih punya pakaian yang bagus dan pantas. Pantaskah kita terus mengeluh di saat lebih banyak orang yang lebih menderita dan sakit daripada kita? Jika ada yang masih mengeluh di atas segala kelebihannya, bukankah akan mendatangkan murka Penciptanya dan akan mengambil semuanya daripadanya?

Duka cita yang begitu besar aku sampaikan kepada para korban bencana di negeriku ini. Jika aku diberi kesempatan, aku akan datang dengan segala kebesaran hati untuk memberikan apa yang bisa aku berikan. Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, ampunilah segala dosa dan kesalahan kami.


Continue Reading...

Jumat, 22 Oktober 2010

21 tahun


23 Oktober 21 tahun yang lalu, ada seorang ibu yang mempertaruhkan nyawa untuk kehidupan janin yang dikandungnya dan 23 Oktober 21 tahun yang lalu ada seorang ayah yang setia menunggu dan mendampingi dengan setia istrinya yang sedang berjuang melawan kesakitan. 23 Oktober 21 tahun yang lalu juga, lahir seorang bayi perempuan yang karena berkat Tuhan masih diberi nafas kehidupan sampai detik ini. Bayi perempuan itu adalah aku. Hari ini hari ulang tahunku yang ke 21. Sebuah umur yang masih muda tetapi dalam hal lain juga sudah memasuki ambang kedewasaan. 21 tahun telah berlalu. 21 tahun yang penuh rasa. Bahagia, sedih, kecewa, marah, merasa bersalah, merasa benar, merasa bersyukur. 21 tahun yang penuh cinta dari orang-orang yang luar biasa. 21 tahun yang penuh perjuangan. 21 tahun yang penuh pengorbanan. 21 tahun yang penuh dengan keluhan. 21 tahun yang menyenangkan. 21 tahun yang penuh berkat dan anugerah. 21 tahun yang sangat berharga.

Terima kasih Tuhan atas semua kasih, berkat, anugerah yang tak terhingga untukku. Terima kasih untuk ayah, ibu, saudara2, sahabat2, keluarga yang begitu menyayangiku. Terima kasih untuk nafas kehidupan yang masih Kau berikan sampai detik ini. Aku mengasihi-Mu.
Terima kasih ayah dan ibu untuk semua kasih sayang, pengorbanan, amarah, nasehat, pembelaan, pelukan, keringat, darah, tangisan yang telah ayah dan ibu berikan kepadaku. Aku berjanji tidak akan mengecewakan kalian berdua karena kalian adalah 2 makhluk teristimewa dalam kehidupanku dan aku sungguh-sungguh mencintai kalian berdua.
Terima kasih kakak dan adik untuk kasih, waktu untuk bermain dan bercengkrama, kalian adalah orang-orang luar biasa yang setia menemaniku dalam keadaan apapun. Aku teramat sangat menyayangi kalian.
Terima kasih sahabat-sahabatku untuk waktu, tawa, senyum, bahagia, bahu, pertengkaran, kesedihan yang telah kalian bagi untukku. Terima kasih karena kalian selalu ada untukku saat kubutuhkan dalam keadaan apapun. Kalian yang banyak mengajariku untuk tegar menghadapi hidup ini. Semoga momen-momen yang telah kita lewati tak lekang oleh waktu.
Terima kasih untuk seorang laki-laki yang pernah mengisi hari-hariku dengan cinta dan kasih sayang. Laki-laki yang pernah membuatku merasa berharga. Laki-laki yang telah mengajariku apa arti cinta dan apa arti sebuah pengorbanan dan keikhlasan. Laki-laki yang membuat aku tersenyum sekaligus menangis. Terima kasih untuk semuanya. Aku pernah mencintaimu dan akan selalu menyayangimu.

Semoga umur yang baru membuat aku semakin bijaksana, semakin dewasa dalam berpikir, berkata dan berbuat. Hidup masih panjang untuk dijalani. Masih banyak hal dan kejutan yang bakal terjadi selama Tuhan, ayah, ibu, saudara, sahabat ada di sampingku.
Continue Reading...

Kamis, 21 Oktober 2010

Aku, Wanita dan Pria

Menjadi seorang wanita seutuhnya adalah dambaan setiap kaum hawa walaupun menurut pendapat pribadiku hal tersebut adalah sebuah idealisme. Setiap orang (dalam hal ini wanita) mempunyai idealisme yang berbeda-beda. Semuanya tergantung persepsi tentang "wanita seutuhnya". Contohnya saja wanita yang dianggap "menyimpang" oleh lingkungan sosialnya karena menyukai sesama jenis, transgender, atau berperilaku dan berpenampilan seperti pria. Tetapi untuk "pelaku"nya hal tersebut dianggap wajar-wajar saja walaupun lingkungan berkata itu. Itu bebas-bebas saja karena hal tersebut adalah sebuah pilihan. Masing-masing orang punya pilihan dan tidak ada satupun manusia yang bisa menentukan itu salah atau benar. Tidak ada salah dan benar. Yang ada hanyalah biasa dan tidak biasa.

Aku, seorang wanita. Wanita yang kerap dianggap berperilaku menyimpang karena terkadang berpenampilan dan berperilaku layaknya seorang pria. Dari kecil sampai detik ini, hidupku kebanyakan dihabiskan bersama teman-teman pria. Karena menurutku berteman dengan pria jauh lebih menyenangkan daripada berteman dengan wanita. Pria lebih santai, lebih terbuka, lebih setia (dalam pertemanan tapi tidak dalam percintaan), lebih asik dan lebih banyak lagi "lebih" yang lainnya. Sangat menyenangkan berada di tengah-tengah teman-teman di mana kamulah yang menjadi makhluk paling cantik dan paling berbeda. Sangat menyenangkan jika mempunyai bahu yang siap untuk kamu pinjam untuk bersandar jika kamu membutuhkannya. Tetapi sekali lagi, itu bukan perilaku menyimpang. Itu hanyalah sesuatu yang tidak biasa.

Pada kenyataannya, sedekat apapun aku dengan teman bahkan sahabat priaku, ada kalanya aku bosan dengan obrolan mereka yang berputar-putar sekitar sepakbola, wanita dan sex (yang pertama aku sebutkan tidak ada masalah sama sekali :D ). Kadang-kadang aku merasa terdampar di sebuah planet yang isinya adalah makhluk-makhluk aneh yang mempunyai pemikiran dan logika yang tidak masuk akal. Intinya : dekat dengan pria tidak menjamin kamu betul-betul mengerti apa yang sebenarnya mereka pikirkan. Pemikiran mereka jauh lebih liar daripada yang pernah aku bayangkan. Over all, aku masih menikmati semuanya. Tidak tahu sampai kapan akan begini. Tetapi satu hal yang pasti, segala sesuatu akan kembali ke KODRATnya !




Continue Reading...

Senin, 11 Oktober 2010

Let's Do It !

Skripsi. Hanya satu kata itu yang terlintas dalam pikiranku ketika aku akan membuat tulisan ini. Harap maklum karena aku sedang ber-euforia tentang Mr. S ini. Rasa-rasanya sudah lama aku bermimpi untuk segera berkutat dengannya. Kenapa? Karena ini adalah salah satu tahap menuju Sarjana Ilmu Politik selanjutnya yang mau tidak mau harus aku lalui untuk memasuki tahap hidup yang lainnya. Dari sekarang aku harus membiasakan diriku untuk menatap layar laptop ditemani buku-buku dan sebatang rokok (jika diperlukan). Aku juga harus membiasakan diri untuk menutup akun-akun jejaring sosial seperti facebook atau twitter selama aku 'berkencan" dengan Mr. S karena kuakui mereka semua adalah pengganggu yang seringkali membuyarkan konsentrasiku.

Bertualang. Kata lain yang muncul sementara aku membuat tulisan ini. Begitu banyak keinginan yang berlari-lari di kepalaku. Aku ingin menapaki gunung-gunung, menyusuri pantai-pantai, mengelilingi kota bersejarah, makan makanan khas semua daerah. dan masih banyak hal lainnya. Aku secara tidak sadar maupun sadar telah menyusun dan merencanakan tempat-tempat yang ingin kukunjungi dalam waktu dekat ini. Rasanya akan sangat menyenangkan mengunjungi tempat-tempat yang jauh dan indah yang tidak pernah aku datangi sebelumnya. Sesuai dengan ucapan seorang teman, semakin indah tempat yang kita kunjungi kita akan semakin bersyukur dengan kepada Sang Khalik karena ciptaan-Nya.

Jadi, apa yang aku tunggu? Aku masih muda. Aku masih segar dan bersemangat. Masih banyak waktu untuk berjuang dan menikmati hidup. So, let's do it ! Tuhan bersama orang-orang berani. :)
Continue Reading...

Selasa, 28 September 2010

September

"Summer has come and passed

The innocent can never last

wake me up when September ends
like my father's come to pass
seven years has gone so fast
wake me up when September ends
here comes the rain again
falling from the stars
drenched in my pain again
becoming who we are
as my memory rests
but never forgets what I lost
wake me up when September ends
summer has come and passed
the innocent can never last
wake me up when September ends
ring out the bells again
like we did when spring began
wake me up when September ends
here comes the rain again
falling from the stars
drenched in my pain again
becoming who we are
as my memory rests
but never forgets what I lost
wake me up when September ends
Summer has come and passed
The innocent can never last
wake me up when September ends
like my father's come to pass
twenty years has gone so fast
wake me up when September ends
wake me up when September ends
wake me up when September ends"



(Wake Me Up When September Ends, Greenday)

September, bulan kesembilan tiap tahunnya. Bulan berakhiran "ber" yang pertama sebelum bulan-bulan "ber" lainnya. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan bulan ini. Hanya teringat lagu di atas malam ini. Waktu terlalu cepat berlalu. Tak terasa sebentar lagi memasuki bulan yang baru dan selanjutnya akan masuk kedalam tahun yang baru. Rasa-rasanya aku hidup dalam dunia yang penuh dengan lari marathon tapi aku sendiri berlari di tempat. Aku tidak menyadari waktu yang terus berjalan, yang aku tahu tidak akan pernah kembali dan nyatanya masih duduk di depan layar ini tanpa melakukan hal-hal yang berarti. Kemalasan sekarang menjadi keinginan yang tidak bisa kutolak. Begitu besar keinginan untuk berleha-leha, menganggap hampir setiap hal itu remeh. Percuma saja jika banyak mimpi dan keinginan tapi tidak ada aksi sama sekali. Hal itu hanya akan menjadi angin lalu dan akan menjadi omongan belaka seperti istilah NATO = No Action Talking Only. Aku sering berkata pada diriku sendiri " Ah, ngemeng doang lo ra. Buktinya mana??". Tapi buktinya kata-kata itu hanya menjad sekedar penyemangat untuk waktu yang tidak lama. Sebenarnya, aku sudah mengetahui apa yang harus aku lakukan. Tetapi, tidak ada gerakan untuk hal tersebut. Sekarang tinggal memilih akan menjadi seperti ini terus dan mati ditelan waktu atau bergerak dan menaklukkan dunia. Life is a choice, isn't it?

PS : September says to me, MOVE.. MOVE !!
Continue Reading...

Kamis, 26 Agustus 2010

Pertanyaan Di Tengah Malam

Malam ini aku tidak tahu apa yang hendak aku tulis sebenarnya. Rasa-rasanya otakku penuh dengan pikiran-pikiran yang aku tidak tahu itu apa. Aneh bukan? Menurut aku aneh jika kau bangun dan sadar tapi kau tidak tahu apa yang kau pikirkan. Ataukah mungkin aku terlalu memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan. Aku bukan seorang pemikir. Aku mungkin seorang perasa, yang memikirkan hal-hal kecil yang bagi orang lain bahkan aku sendiri tidak penting. Lalu apa bedanya? Itulah yang aku pertanyakan lagi.

Inikah yang disebut orang "galau"? I don't know absolutely. Tapi jika ini galau, galau karena apa? Sedangkan aku sendiri tidak tahu apa yang aku pikirkan. Semakin aku bertanya maka semakin semua hal yang tidak aku tahu itu berputar-putar dalam pikiranku. Maka semakin galaulah aku. Bingung? Aku sendiri juga makin bingung.

Coba aku ingat dan aku urutkan apa yang kira-kira sedang aku pikirkan. Pertama, aku berpikir liburan lebaran nanti saat hampir semua teman-teman kampusku pulang ke rumah dan kampung halaman masing-masing untuk berkumpul dengan keluarga, aku ke mana? Karena rasanya aku tidak akan menikmati libur lebaran di kota pelajar yang seperti kota mati pada saat libur lebaran ( jatinangor,red ). Yang masih aku pikirkan adalah tempat-tempat yang mungkin jadi tempat "berteduh" selama aku dalam liburan tersebut. Kedua, masih berhubungan dengan libur, aku benar-benar rindu pada kedua orang tuaku, rindu kepada saudara-saudaraku, rindu rumahku dan rindu kampungku. Hampir delapan bulan tidak pulang ke rumah rasanya sangat lama dan sangat memilukan. Percakapan melalui telepon atau dunia maya tidak mengobati rasa rinduku. Sekarang aku menyadari bahwa sesuatu yang nyata itu lebih baik daripada sesuatu yang abstrak. Ketiga, tak bisa kupungkiri, aku masih memikirkan "dia". Dia, sebut saja Lukas (bukan nama sebenarnya), sedang berada di suatu tempat nun jauh di sana. Percakapanku dengan Lukas hanya terjadi melalui dunia maya. Seperti yang aku katakan lagi bahwa sesuatu yang nyata lebih baik dari sesuatu yang abstrak. Yah,aku merindukannya juga. Terlalu sulit bagiku untuk melupakan masa lalu yang telah lewat. Keempat, aku memikirkan pola hidupku akhir-akhir ini. Rasanya pola hidupku sudah rusak berat dan susah untuk diperbaiki lagi. Bangun kesiangan, "bertengger" di depan laptop sepanjang hari, mengisap rokok, dan tidur saat waktu mendekati subuh adalah hal yang berulang-ulang terjadi dan berulang-ulang juga aku berjanji pada diri sendiri untuk merubahnya. Tapi apa yang terjadi? Tidak ada perubahan. Semakin lama rasanya aku semakin tenggelam dalam rutinitas yang buruk itu. Akibatnya, sosialisasi dengan dunia luar berkurang, kesehatan terganggu, banyak tugas dan tanggung jawab yang terabaikan. Hal inilah yang membuat aku kadang-kadang merasa hidupku benar-benar tidak berguna.

Baru empat hal yang bisa aku jabarkan. Aku merasa masih ada hal lain yang masih lari-lari dalam pikiranku. Tapi aku sendiri tidak tahu persis apa itu. Lalu, bagaimana aku harus mengatasi rasa "galau" ini? Itulah pertanyaan yang sebenarnya pada malam menjelang subuh ini.


Continue Reading...

Selasa, 17 Agustus 2010

Indonesiaku di umur 65 tahun

Tanah airku Indonesia, negeri elok amat kucinta.
Tempat tumpah darahku yang mulia
Yang kupuja spanjang masa
Tanah airku aman dan makmur
Pulau kelapa nan amat subur
Pulau melati pujaan bangsa
Sejak dulu kala...
( Rayuan pulau kelapa, Ismail Marzuki)

17 Agustus 65 tahun yang lalu, sebuah negara bernama Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Kemerdekaan dari semua jenis penjajahan. Kemerdekaan yang didapatkan dengan menumpahkan banyak darah dan air mata. Setiap tahun, pada tanggal ini, seluruh rakyat Indonesia bersukacita menyambut "pertambahan umur" sang Ibu pertiwi. Bendera dan umbul-umbul terpasang di hampir semua tempat meramaikan pesta ini. Yah, pertambahan umur memang selalu menjadi suatu berkat yang tidak ternilai harganya. Pertambahan umur membuktikan bahwa seseorang atau sesuatu itu masih hidup dan masih ada.

Indonesia, sebuah negara yang elok rupawan. Sebuah negara yang kaya alam dan budayanya. Sebuah negara yang memiliki sejarah yang hebat dan menakjubkan. Sebuah negara yang memiliki bangsa dan suku bangsa yang besar. Sebuah negara yang memiliki segalanya. Sebuah negara yang jika dia mau bisa menjadi negara besar. Sebuah negara di mana rakyatnya kini bagai tikus kelaparan di lumbung padi. Sebuah negara yang para pemimpinnya kini sudah tak bernurani. Sebuah negara yang berkedok demokrasi tetapi mengabaikan aspirasi rakyatnya. Sebuah negara yang diam saja saat hak miliknya direbut. Sebuah negara yang mempunyai segudang masalah yang tidak pernah terpecahkan.

Kemana negeriku yang dulu banyak dipuja bangsa? Kemana negeriku yang dulu hidup dalam damai? Kemana negeriku yang dulu tidak akan membiarkan sejengkal tanahnya pun direbut? Kemana ngeriku yang dulu penuh dengan orang-orang berani menentang jaman? Miris rasanya mendengar kekecewaan yang terlalu banyak pada negeri ini. Dan aku adalah salah satu dari mereka yang menyimpan banyak kekecewaan. Sering terlontar ucapan untuk pindah kewarganegaraan ataupun ucapan memuja negara lain secara berlebihan. Apakah nasionalisme berkurang? Bisa jadi kawan. Tapi apa jadinya jika sudah tidak ada orang-orang yang mencintai negerinya sendiri?

Namun, seburuk apapun negeri ini di mata orang dan di mataku sendiri. Akan selalu ada cinta yang sangat besar untuknya. Di sini aku dilahirkan, di sini aku dibesarkan, di sini aku diberi makan, di sini aku menimba ilmu, di sini aku berpijak, di sini aku hidup. Akan selalu ada semangat untuk membangun negeri ini. Akan selalu ada pujaan untuk negeri ini. Aku yakin di hati yang paling dalam setiap orang yang kecewa, masih ada rasa bangga hidup dan memiliki negeri yang elok ini. Melalui tulisan ini, teriring doa kepada Tuhanku semoga Dia selalu menjaga Indonesia dan bangsanya. Semoga Dia selalu melindungi dan memberkati pemimpin bangsa ini. Semoga kelak nantinya Indonesia akan menjadi negara yang besar yang hidup dalam damai. Semoga negeri ini tidak akan pernah lapuk ditelan jaman. Aku tidak tahu kapan itu akan terjadi. Entah berapa puluh kali tanggal 17 Agustus lagi. Tetapi, aku hanya ingin mengungkapkan betapa bangganya aku menjadi bagian dari bangsa ini dan betapa cintanya aku akan negeri ini.

Dirgahayu Indonesiaku.






Continue Reading...

Minggu, 04 Juli 2010

Satu Tahap Menuju Sarjana Ilmu Politik


Satu tahap menuju sarjana ilmu politik, rasa-rasanya seperti aku akan sidang draft atau sidang skripsi. Tapi bukan itu. Aku tidak sedang dalam proses itu. Yah, aku sedang dalam salah satu tahap menuju kelulusan walaupun bayangannya sendiri belum aku lihat sama sekali. Aku sedang dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN). KKN merupakan salah satu sebut saja mata kuliah yang harus diambil oleh mahasiswa semester 6 seperti aku saat ini. Di mana mahasiswa ditugaskan ke desa-desa yang telah dipilih universitas untuk (katanya) mewujudkan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat (berat ya bahasanya). Bukankah itu salah satu tahap untuk menuju sarjana karena mau tidak mau, suka atau tidak suka aku harus ikut.

Aku memilih KKN pada bulan Juli. Bulan yang menurutku tepat untuk "berlibur" melepaskan penat dari kota pelajar Jatinangor ini. Pada KKN ini mahasiswa dibebaskan untuk memilih desa yang hendak dia tempati. Pilihanku pada desa yang belum pernah aku dengar sebelumnya, Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur. Entah mengapa aku memilih desa tersebut. Tetapi besar keyakinanku bahwa desa manapun yang aku pilih semuanya akan baik-baik saja. Di saat banyak teman yang memilih untuk sekelompok dengan teman geng atau teman kelas, aku memilih jalan yang berbeda. Aku memilih untuk sekelompok dengan orang yang belum pernah aku kenal sebelumnya dengan harapan aku akan mendapatkan banyak teman baru dari fakultas yang lain.

Diawali dari tanggal 1 Juli dan diakhiri tanggal 30 Juli. Begitu banyak hal yang terjadi selama satu bulan itu. Canda tawa, air mata, marah, kecewa, semuanya terjadi. Hidup dengan 18 kepala dan pemikiran yang berbeda bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Tetapi aku kira di situlah poin pentingnya. Banyak pelajaran berharga yang aku dapatkan. Belajar untuk saling menghormati dan menghargai orang lain adalah pelajaran yang paling berharga yang aku dapatkan. Persahabatan dan persaudaraan juga adalah hal lain yang aku peroleh.

Aku hanya berharap semoga kebersamaan selama sebulan itu tidak berlalu begitu saja. Tetapi akan terus diingat dan menjadi kenangan yang manis. Karena itu hanya terjadi satu kali seumur hidup ( yah kecuali ada yang ngulang jadi mahasiswa baru :D ). Melalui tulisan ini aku juga mau meminta maaf kepada teman-temanku 17 orang yang lainnya jika ada perkataan atau perbuatanku yang menyinggung atau tidak menyenangkan selama sebulan kita bersama (semoga aja gak banyak).

So, what's next? Setelah ini selesai akan ada babak baru dalam perjalananku menuju seorang sarjana ilmu politik. Yah, skripsi sudah menantiku dan terus terang saja, aku sudah tidak sabar untuk "bergumul" dengan Mr.S itu. Kuharap semuanya tetap berjalan lancar. Jika kesannya ingin cepat-cepat lulus, memang begitu. Aku terkadang menjadi seorang idealis jika membahas masalah ini. Tetapi dalam hati yang paling dalam, aku akan sangat berat untuk meninggalkan masa-masa indah menjadi anak kuliahan. Sangat banyak hal yang terjadi selama 3 tahun menjadi mahasiswa baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Namun, biarkan waktu yang menjawab. Perjalanan masih sangat panjang karena suatu akhir merupakan suatu awal kehidupan yang baru.


Continue Reading...

Rabu, 02 Juni 2010

Aku Harus Rela

Ini bukan judul lagu Ahmad Dhani yang baru. Ini suatu hal yang harus aku lakukan sekarang. Ada yang bilang, sesuatu itu baru terasa sangat berarti saat dia pergi meninggalkanmu. 99,99% tepat dengan apa yang aku rasakan. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa sakit dan rasa sedihku. Benar kata salah satu temanku bahwa menahan sakit sambil tersenyum adalah hal yang sulit. Tapi apakah dengan begitu aku harus terus menangis. Maaf, aku bukan orang yang mau mengeluarkan air mata untuk sesuatu yang aku tahu akan terjadi pada akhirnya. Aku sok kuat. Karena aku memang sedang mencoba untuk kuat. Aku benci diri sendiri pada saat aku lemah. Aku rasanya ingin membunuh orang yang memandang aku lemah. Aku tidak suka. Rasanya aku ingin berteriak kepada semua orang bahwa aku baik-baik saja. Aku masih bertahan dan aku masih akan terus hidup.

Aku tahu aku jatuh. Jatuh sejatuh-jatuhnya. Rasanya baru kemarin aku merasakan masa-masa indah dan bahagia. Rasanya baru kemarin aku merasakan terbang tinggi. Tetapi keadaan berbalik. Aku terhempas dan rasanya sangat sakit sekali. Sakitnya masih terasa sampai saat ini. Aku meratap. Aku bersedih. Aku terpuruk. Tetapi ada dorongan yang kuat dalam hatiku untuk bangun. Aku tidak bisa begini terus. Hidup harus dilanjutkan. Masih banyak hal yang perlu dilakukan. Masih banyak hal yang harus disyukuri. Terlalu bodoh jika pupus harapan dan menyia-nyiakan hidup. Hidup terlalu indah untuk diratapi dan ditangisi.

Tuhan, maafkan kebodohan hambaMu yang tidak tahu bersyukur ini. Tuhan, maafkan hambaMu yang terlalu sering mengeluh padahal dia tahu masih ada orang yang jauh lebih menderita. Tuhan, berikan hambaMu ini jiwa yang lapang untuk menjadi orang yang ikhlas. Aku tahu ketika aku tidak bisa berjalan, Kau akan selalu ada di sampingku siap menggendong aku.
Continue Reading...

Kamis, 13 Mei 2010

Ambillah waktu

Ambillah waktu berpikir, itu adalah sumber kekuatan
Ambillah waktu bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber dari ketenangan
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati
Ambillah waktu untuk untuk memberi, itu membuat hidup terasa berarti
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan
Continue Reading...

Rabu, 12 Mei 2010

Kita Masih Muda (Secara Angka)

Umur pada dasarnya buat aku bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Toh, pada saatnya nanti tidak satupun dari kita yang tidak akan mati. Kecuali dalam cerita film tentunya. Umur 20 tahun yang sudah kulangkahi sekarang adalah suatu umur yang menurut kebanyakan orang adalah umur yang sudah cukup dewasa untuk melakukan dan mempertanggungjawabkan perbuatan. Umur 20 yang datang padaku bulan Oktober tahun lalu ini dulunya adalah suatu hal yang sangat aku takutkan. Aku merasa bahwa aku belum cukup siap untuk bersikap lebih dewasa dan bertanggungjawab lebih dalam hidup. Tetapi pada kenyataannya pada saat umur itu datang, tidak ada perubahan yang berarti padaku baik dalam berpikir dan bersikap. Aku sering bertanya-tanya sendiri dalam hati mengapa aku masih sering bersikap layaknya anak kecil dan jarang sekali rasanya bersikap layaknya seorang wanita dewasa. Namun, aku bertanya lagi. Seseorang dianggap dewasa ditinjau dari segi mana? Penampilan, sikap, cara bertutur kata atau apa? Sesuatu yang relatif bukan??

Tapi ya sudahlah. Mau umur kepala 2 atau kepala 3, aku tetap merasa muda. Terserah mau dianggap dewasa atau tidak. Karena aku merasa dewasa menurut pemikiranku sendiri. Semakin berpikir semakin menggerogoti otak sendiri. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan sebenarnya. Kita masih muda. Perjalanan masih panjang. Masih banyak waktu untuk berpikir dan memperbaiki apa yang kita anggap salah. Jangan menyia-nyiakan waktu untuk meratapi apa yang sudah lewat. Masih banyak yang bisa kita lakukan dari sekedar menyesali apa yang terjadi di masa lalu. Yeah, kita masih muda. Tidak perlu terlalu khawatir akan hari esok. Hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Bisa jadi besok kita sudah menjadi orang sukses atau bisa jadi kita malah mati. Tidak ada yang tahu. Lakukan apa yang bisa dilakukan hari ini dengan hal terbaik yang kita miliki. Mengutip yang ditulis dalan Alkitab "Janganlah kamu malu karena kamu muda". Mengapa harus malu? Aku justru bangga disebut ANAK MUDA. Bahkan terkadang anak mudalah yang bisa membawa sebuah perubahan besar. Trust it !


Continue Reading...

Minggu, 25 April 2010

Berharap Dia berubah pikiran

Sudah mendeskripsikan apa yang sedang aku rasakan sekarang. Rasa kecewa, marah, dendam, kesal, semuanya bercampur jadi satu. Sesuatu yang aku takutkan dari dulu benar-benar terjadi sekarang. Rasa takut kehilangan itu akhirnya jadi kenyataan. Aku kehilangan dia. Belum sepenuhnya atau mungkin juga sepenuhnya. Rasanya begitu lebay tiap menulis di blog harus mengutarakan isi hati tentang kekecewaan. Rasanya seperti aku tidak pernah mengalami kebahagiaan. Tapi bukan seperti itu yang terjadi sebenarnya. Rasa sakit dan kecewa entah kenapa lebih mudah untuk diungkapkan. Atau mungkin dengan kata lain, aku terlalu manusiawi. Ya,manusia yang hanya mengingat Tuhan saat aku sedang dalam kesusahan dan jarang mengucapkan syukur ketika aku sedang bahagia. Betapa berdosanya aku..

Aku bosan mendengar kata-kata bahwa "jika ada pertemuan akan ada perpisahan". Mengapa harus bertemu jika pada akhirnya akan berpisah juga?? Adakah sesuatu di alam ini yang bisa diatur sendiri oleh manusia? Yah,aku tau jawabannya. Tidak ada ! Semuanya berjalan atas kehendak Tuhan dan ada yang menyebutnya hukum alam. Apapun namanya. Lalu, kemana hubungan yang aku perjuangkan selama ini? Sangat sakit rasanya mengetahui semuanya berakhir dengan cara dan waktu seperti ini. Tapi sekali lagi, bukan aku yang mengatur semuanya. Ada yang lebih berkuasa dari sekedar manusia kecil seperti aku. Dia tempat aku menyampaikan doaku. Berharap semuanya akan baik-baik saja. Berharap semuanya berjalan seperti yang aku inginkan. Tapi apa dayaku. Aku sama sekali tidak punya kuasa untuk menentukan perasaan atau hati seseorang. Aku hanya bisa menerima dengan ikhlas apa yang terjadi karena hanya itu yang bisa aku lakukan selain terus berdoa berharap Dia berubah pikiran untuk mengembalikan dia ke tanganku. Karena Dia tau bahwa aku sangat mencintainya lebih dari apapun..

Oh God, just You that i need for this moment...nobody else..







Continue Reading...

Jumat, 19 Maret 2010

Fragment #4

Hidup yang tidak pernah diuji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi.

- Aris Toteles
Continue Reading...

Broken Heart

Broken Heart?? Istilah yang tidak asing di telingaq dan kalian semua. Kalo dimasukin dalam bahasa indonesia katanya sih "patah hati". Wew. Mungkin banyak di antara kalian yang pernah ngerasain. Dan klo kalian bertanya, apakah aq pernah mengalaminya, akan aq jawab "aq baru saja mengalaminya". Itu hanya makna kiasan pada dasarnya. Hatimu tidak akan benar-benar patah. Itu hanya rasa. Yah,rasa. Bahkan sampai detik ini, aq tidak akan melupakan bagaimana rasanya. Sakit. Sesakit-sakitnya. Sakit yang bisa menguras air mata tapi juga bisa membuat air mata bahkan terlalu sulit untuk mengalir.

Satu tahun dua bulan, waktu yang tidak sebentar bagiq untuk membina sebuah hubungan dengan seseorang. Selama itu, begitu banyak hal yang terjadi. Susah dan senang. Berantem trus baikan. Semuanya indah-indah saja. Aq tidak menyangka akhirnya akan seperti ini. Yang ada hanya penyesalan dan penyesalan. Tapi penyesalan juga gak ada gunanya karena pada kenyataannya, aq tidak bisa memutar kembali waktu untuk memperbaiki semuanya. Kenapa semuanya berakhir? Terlalu panjang dan terlalu sulit untuk aq ungkapkan. Kejadiannya begitu cepat masih dengan masalah yang tidak pernah selesai kami bicarakan. Sama-sama keras, suku, gak nyaman, dan alasan-alasan klise lainnya, menurutku.

Aq tidak menyerah. Setelah aq menyadari bahwa aq masih sangat sayang, aq berusaha untuk memperbaiki semuanya. Tapi semuanya sepertinya terlambat. Rasanya mustahil untuk seperti dulu lagi. Yang bermain adalah keegoisan dan emosi. Tentu saja tidak akan ada jalan keluar. Tiga bulan gak ketemu, aq memendam rindu yang teramat dalam padanya. Lebih daripada rindu yang biasanya. Dia pulang dan berada satu pulau denganku. Yang kuinginkan saat itu hanyalah bertemu dengannya walaupun hanya sebentar. Tapi semua harapan itu tidak terjadi. Dia tidak menemuiku sama sekali !!! Dengan alasan yang menurutku bodoh tapi masuk akal. Tapi aq harus bagaimana?? Gak ada yang bisa aq lakukan selain berharap dan terus berharap. Sampai akhirnya aq sadar bahwa gak ada gunanya aq berharap karena dia gak akan pernah menemui aq lagi. Rasanya sakit menerima kenyataan itu. Tapi itulah yang harus aq hadapi saat itu sampai sekarang.

Aq masih sering bertanya-tanya, apakah dia merasakan apa yang aq rasakan saat ini?? Rasa sakit karena patah hati??? Rasa tidak nyaman karena kerinduan yang begitu dalam tapi tidak tersalurkan?? Hanya Tuhan dan dia yang bisa menjawabnya. Sementara aq, hanya bisa menunggu di sini. Hanya bisa berharap bahwa suatu saat, entah kapan dia akan datang menemuiku dan mengatakan bahwa dia juga merasakan hal yang sama denganku. Aq bodoh. Yah,memang aq bodoh. aq bodoh karena masih mengharapkan sesuatu yang sangat sulit untuk terjadi. Aq bermimpi. Yah,memang aq bermimpi. Tapi tidak ada yang salah dengan mimpi. Semuanya akan jadi kenyaataan jika diiringi dengan doa dan terus menggantungkannya. Semuanya qlakukan hanya untuk dia. Dia yang telah menyakiti hatiku. Dia yang telah meneteskan air mataku. Dia yang sangat aq benci tetapi juga sangat aq sayangi.
Continue Reading...

Sabtu, 16 Januari 2010

Fragment #3

"Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan"

_Soe Hok Gie_
Continue Reading...

Sabtu, 09 Januari 2010

Saya Menyebutnya, Diskriminasi!

Hidup jauh dari orang tua adalah sesuatu hal yang sudah pernah aq ramalkan sebelumnya. Suatu saat aq akan pergi jauh dari kampung halaman ke suatu daerah yang belum pernah aq injak sebelumnya. Meninggalkan keluarga bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Delapan belas tahun hidup di tengah keluarga dan kerabat dekat adalah sesuatu yang bisa dijadikan alasan mengapa begitu berat meninggalkan mereka. Meneruskan pendidikan ke bangku kuliah adalah satu-satunya alasan kenapa aq harus meninggalkan mereka.

Di sinilah aq, di suatu kota di pinggir Bandung bernama Jatinangor. Tempat universitas yang aq masuki berdiri dengan gagah. Sesuatu tempat yang baru dan bahkan aq dengar pertama kali ketika ada saudara yang ternyata meneruskan pendidikan di IPDN. Di sinilah aq, memulai hidup yang baru sebagai seorang mahasiswi perantauan dengan menyewa sebuah kamar kosan di dekat kampus. Semuanya baik-baik saja. Semuanya ada di sini. Teman yang sangat baik juga qdapatkan di sini. Walaupun kenyataannya aq berbeda dengan mereka. Berbeda suku bangsa, berbeda adat istiadat dan berbeda agama. Aq yang notabene adalah seorang kristiani merupakan kaum minoritas di antara kumpulan orang-orang yang mayoritas muslim. Namun, perbedaan itu bukan suatu masalah yang besar buat aq bergaul dengan mereka. Dalam persahabatan kami tidak ada yang menyinggung agama sama sekali. Kami saling menghormati.

Tibalah suatu saat ketika menjelang natal. Saat-saat yang paling aq nantikan karena hanya pada waktu itulah aq mempunyai kesempatan untuk pulang ke kampung halaman dan berkumpul dengan keluarga. Ada ujian, tidak masalah karena aq bisa meminta ujian susulan dan menurut perhitunganku ujian akan selesai sebelum tanggal keberangkatanq. Tapi semuanya tidak semulus yang aq kira. Selalu saja ada hal yang menghambat. Ternyata ada praktikum yang mengakibatkan jadwal beberapa ujian diundur. Awalnya aq tidak panik. Gampanglah. Bisa minta ujian susulan pada dosen yang bersangkutan. Dan ternyata lagi-lagi tidak segampang yang aq kira. Di sinilah permasalahannya. Seorang dosen yang tidak terlalu aq kenal sebelumnya dengan gampangnya menyuruh aq untuk membatalkan tiket. Dalam hatiku "tai banget lo. lo kira gw berak duit bisa batalin tiket begitu aja?". Selanjutnya dia menanyaiku, "kamu pulang buat apa?" aq jawab "saya mau pulang liburan bu,saya mau natalan ama keluarga". Katanya "oh kamu mau liburan, yah itu urusan pribadi kamu. Resiko jadi mahasiswa kalau ada yang kayak gini". What the fuck?? Ini natal bu!! Hari raya besar agama saya dan saya hanya sekali setahun pulangnya!!. Bahkan ujian susulan pun tidak bisa?? Tapi kata-kata itu tidak aq keluarkan karena aq tau posisi aq saat itu.

Aq tidak menyangka bahwa masih ada orang yang seperti itu. Maaf kalau aq menyebutnya diskriminasi. Teman-teman (maaf) muslim ingin merayakan hari raya besar bersama keluarga pasti dan bisa kujamin tidak ada yang mengalami hal seperti aq. Tidak satupun baik aq maupun mereka yang mau merayakan malam hari raya di pesawat ataupun di ruang kelas ,menghadapi kertas ujian. Aq tau aq adalah seorang minoritas. Tapi aq membayar kewajiban yang sama. Kenapa hari rayaku hanya ada libur kurang dari 3 hari dan hari raya yang lain liburnya bahkan sampai tiga minggu dengan mengambil beberapa hari kuliah. Salahkah aku menyebutnya sebuah diskriminasi? Maaf kalau aq terlalu blak-blakan. Aq tidak ada maksud sama sekali untuk menyinggung agama yang lain. Aq hanya mengungkapkan isi hati. Semoga yang membaca tulisan mengerti.

Continue Reading...

Fanatisme Yang Mungkin Tumbuh Atau Mati

Bicara tentang sepakbola tidak akan ada habisnya. Teman2 saya kadang heran melihat anak cewek seperti saya sangat tertarik dengan olahraga yang identik dengan kaum adam ini. Tapi saya adalah salah satu dari ribuan bahkan jutaan kaum hawa yang senang dengan olahraga ini. Seperti layaknya politik, sepakbola juga mempunyai dinamika. Mungkin itu yang saya rasakan sekarang. Suatu fanatisme yang mulai muncul karena dikelilingi oleh para penggila sepakbola. Tapi saya yakin "fanatisme" yang satu ini bukan seperti yang anda pikirkan sekarang.


Bermula saat pertama kali saya tertarik dengan sebuah klub bola yang berasal dari negeri pizza. Klub bola itu adalah Juventus. Dilanjutkan dengan ketertarikan pada klub bola dari negeri Ratu Elizabeth, Manchester United. Sampai saya duduk di semester 3 di ilmu pemerintahan fisip unpad, saya tidak peduli dengan klub bola ataupun pertandingan di dalam negeri. Saya melihat bahwa dari semua klub bola di Indonesia tidak ada yang bagus satu pun. Saya seringkali mencibir jika ada pertandingan liga indonesia. Walaupun saya sendiri berasal dari suatu daerah yang mempunyai klub bola sendiri, saya tidak pernah mendukung klub bola tersebut dengan cara apapun. Sampai saatnya, saya kuliah di Jawa Barat tepatnya di Jatinangor, beberapa kilometer dari kota Bandung. Kota yang terkenal dengan sebutan Tanah Pasundan, Bumi Parahyangan dan masih banyak lainnya. Saya bertemu dengan teman-teman yang sebagian besar adalah Orang Sunda. Terus terang, saya sangat tertarik untuk mempelajari bahasanya dan dari situlah, saya mulai masuk ke dalam dunia Pasundan, saya rasa.


Kebanyakan dari mereka adalah para lelaki (biar macho kedengarannya) yang merupakan pendukung Persib, sebuah klub bola yang terkenal dari Kota Bandung. Mereka akrab dengan sebutan Viking. Hampir setiap hari mereka membicarakan klub kesayangan mereka itu. Saya tidak menimpali kala itu karena saya tidak menahu apa yang mereka bicarakan. Karena inginnya saya menonton bola secara langsung pada suatu saat, saya menerima ajakan untuk menonton pertandingan Persib melawan Pelita di Stadion Jalak Harupat yang terletak di Kabupaten Soreang, yang juga terletak beberapa kilometer dari Kota Bandung. Walaupun hampir semua teman saya pasti tau kalau keinginan terbesar saya tetaplah menonton pertandingan langsung Manchester United di Old Trafford dan keinginan itu tidak tau kapan akan terwujud. Saya juga tidak menolak ketika salah satu dari teman saya menawarkan baju kaos bertuliskan "PERSIB 1933" untuk saya kenakan. Maka itulah pengalaman pertama saya menonton pertandingan bola secara langsung. Saya bebas berteriak apapun, ikut menyanyikan lagu untuk memberi semangat para pemain dan tidak berhentinya saya tersenyum melihat euforia dan ekspresi muka para penonton yang sebagian besar adalah Viking.


Semenjak hari itu, entah kenapa saya mulai tertarik dengan liga indonesia. Mulai mencoba menonton pertandingannya, mulai "nimbrung" pada saat teman2 saya membicarakan Persib, mulai ikut bernyanyi lagu mars mengikuti teman2 saya yang lain dan mulai mengenali satu2 nama pemainnya. Saya juga mulai bersorak senang saat klub bola asal kota bandung ini memenangkan pertandingan dan akan mengumpat pada saat dia kalah. Saya tidak ingin mencap diri saya sebagai seorang Viking. Saya juga belum berani mengatakan kalau saya cinta Persib. Tetapi entah apa nama perasaan itu. Sebuah fanatisme yang baru berupa benih dan mungkin akan tumbuh ataupun akan mati. Saya sendiri tidak tau. Biarlah waktu yang menjawab.
Continue Reading...

About

Blogroll

About