Minggu, 26 Mei 2013

David Beckham, Never Ending Story

David Robert Joseph Beckham, lahir di Leytonstone, London 2 Mei 1975. Tempat dan tanggal lahir yang saya ingat sebagaimana saya mengingat tempat dan tanggal lahir orang-orang terdekat saya. Tidak ada yang aneh ketika anda menyukai seseorang dan anda mencari serta mengingat sesuatu dari orang tersebut. Saya mengagumi seorang Beckham ketika dia sudah berkarir selama 10 tahun di dunia sepakbola. Hal pertama yang saya tahu dia merupakan kapten kesebelasan Inggris dan bermain untuk Manchester United. Dia pemain sayap kanan dan memiliki crossing serta tendangan bebas yang sangat akurat. Ketika orang membicarakan golnya dari tengah lapangan tahun 1996 saat melawan Wimbledon, saya tidak akan tahu karena saya belum tahu dia pada saat itu. Tahun 2002 tatkala saya masih duduk di bangku SMP, saya yang masih labil menggunakan nama “Becks” di belakang nama ketika saya membuat alamat email yang pertama dan masih saya pakai sampai sekarang. Mayabecks2310@yahoo.com, terdengar sangat lumrah saat itu. Kami yang baru mengenal internet hampir setiap pulang sekolah nongkrong di warnet untuk sekedar chatting dengan orang tidak dikenal melalui MIRC. Kegiatan saya itu ditambah dengan mengumpulkan gambar-gambar Beckham ke dalam sebuah disket yang kemudian akan saya print dan saya tempelkan di sudut kamar atau sudut buku sekolah. Nama David pun saya usulkan menjadi nama keponakan pertama saya tetapi ibunya menolak karena dianggap terlalu pasaran. Daevin, menjadi nama keponakan saya itu. Beda sedikit.

Menjadi kapten Timnas Inggris 
Siapa sangka, kekaguman terhadap Beckham ini membuat saya menyukai Manchester United sampai sekarang walaupun setahun setelah saya mendeklarasikan diri sebagai fansnya, tepatnya tahun 2003 dia pindah ke Real Madrid. Kegiatan mengumpulkan gambar masih saya lakukan sampai SMA yang sudah mulai merambah pengguntingan koran atau majalah olahraga. Dengan menjadi seorang fans mau tidak mau saya mengetahui tentang kehidupannya sebagai selebritis karena dia begitu identik dengan sang istri, Victoria Adams, personil grup penyanyi wanita terkenal kala itu, Spice Girls. Beruntunglah La Liga atau Liga Spanyol masih disiarkan di tv lokal walaupun tidak serutin sekarang. Jadi saya masih bisa melihat dia sesekali bermain menggunakan baju putih bertuliskan BenQ Siemens saat itu. Dia masih pemain yang sama. Berlari kencang di sayap kanan kemudian memberikan umpan panjang ke kotak penalti di mana para striker sudah siap menyambut. Dia juga masih sering mengambil tendangan pojok dan tendangan bebas dengan gaya khasnya. Tahun 2006, dia mengundurkan diri menjadi kapten timnas Inggris pasca Piala Dunia di Jerman dan tidak memberikan gelar apa-apa bagi negaranya. Kemudian tahun 2007, pindah ke LA Galaxy, salah satu tim MLS, Amerika Serikat. Layaknya pasangan yang break dalam kondisi LDR, dia rasanya semakin jauh karena MLS tidak disiarkan di tv lokal. Saya hanya bisa melihat dia lewat youtube atau di berita-berita sepakbola.

Koleksi kala SMA

Salah satu pemain akademi yang sukses di tim utama, Dikenal dengan Class of '92

Sempat dipinjamkan ke AC Milan kemudian terakhir bermain di Paris Saint Germany tidak kurang dari 5 (lima) bulan, pertengahan Mei lalu dia mengumumkan untuk gantung sepatu menyusul Sir Alex Ferguson dan Paul Scholes, pelatih dan rekan setimnya dulu di Manchester United. Saya tidak terlalu kaget dan tidak terlalu sedih. Saya sudah menganggap dia “pensiun” ketika dia pindah ke Amerika Serikat. Bagi saya dan beberapa penggemar bola lainnya, jika seorang pemain sepakbola meninggalkan karirnya di Eropa dan bermain di benua lain atau di negara yang liga domestiknya tidak populer, itu sama saja dengan mengakhiri karir. Itu hanya pendapat pribadi tapi itulah kenyataannya.

Menjuarai MLS bersama LA Galaxy
Jadi sekarang David Beckham pensiun. Sedih karena saya tidak akan pernah lagi melihat cinta pertama saya berlari-lari di lapangan menggunakan jersey klub sambil memberikan crossing-crossing manis dan empuk bagi striker. Saya tidak akan melihat lagi tendangan bebas melengkung indah yang ditendang oleh pria bernomor punggung 7, 23 atau 32 itu. Tapi rasa sedih ini bisa terobati karena dia tidak akan langsung diam di rumah duduk di sofa empuk atau kursi goyang makan popcorn sambil nonton tv. Dia masih seorang selebritis dunia yang keluarganya diikuti paparazzi ke manapun. Dia masih seorang model merk-merk ternama, suami Victoria Adams, ayah dari anak-anak yang super lucu dan menggemaskan Brooklyn, Romeo, Cruz dan Harper. Dia masih tetap tampan dan mengagumkan. Ceritanya tidak akan berakhir di sini walaupun sudah saya mulai 11 tahun yang lalu. David Beckham, never ending story. Happy retirement, dear.


Continue Reading...

Jumat, 17 Mei 2013

Perjalanan ke Selatan dan Elvi Sukaesih

Catatan yang tertinggal..
Thaekek, 1 Desember 2011 

"Aku memuja mereka para pencipta nada indah yang membawaku terlelap tidur di atas kursi robek yang tidak empuk sama sekali.."

Kami bangun agak pagi hari ini karena kami berencana untuk mendatangi Kedutaan Besar Indonesia di Laos. Masih menggunakan sepeda yang kami sewa semalam, kami menyusuri pusat kota Vientiane dengan berboncengan. Sebelumnya, kami menuju morning market untuk mencari sarapan. Lagi-lagi sulit untuk menemukan makanan yang tidak mengandung babi sehingga kami hanya membeli peganan-peganan kecil (yang kami yakini tidak ada babinya) untuk mengganjal perut. Saya adalah seorang Kristen yang tidak ada masalah dengan babi, hanya saja rasanya tidak toleran jika saya makan daging babi dengan lahap di hadapan ketiga teman yang beragama Muslim.

Morning market

Dengan bermodalkan peta dan bertanya pada orang yang kami temui, akhirnya kami menemukan KBRI di Laos. Senang rasanya bertemu orang sebangsa di negara orang lain. Kami tidak perlu capek-capek untuk berbahasa Inggris atau menggunakan bahasa isyarat seperti yang kami lakukan kemarin. Salah satu petugasnya bernama Heni, merupakan salah satu alumni Universitas Padjadjaran Jurusan Hubungan Internasional FISIP sehingga dia langsung tahu ketika kami menyebutkan Palawa Unpad. Setelah berbincang dan mengutarakan maksud kedatangan kami, kami menyerahkan fotocopy paspor yang (katanya) akan sangat berguna jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Salah satu petugas KBRI menyayangkan tidak adanya pemberitahuan terlebih dahulu akan kedatangan kami sehingga mereka bisa bersiap-siap. Kami juga dipesankan untuk berhati-hati karena wilayah tempat gua yang akan kami telusuri masih terisolasi dan sulit bagi penduduknya untuk menerima kedatangan orang baru. Kami berfoto dengan para petugas KBRI dan kembali ke penginapan untuk mengambil barang-barang karena kami akan segera bertolak ke Thaekek, ibukota Propinsi Khammuoane yang akan menjadi titik temu kami dengan anggota tim lain yang akan datang dari Indonesia beberapa hari ke depan. Dengan diantarkan oleh sopir taksi yang sama saat pertama kali kami menginjakkan di Laos, kami tiba di South Terminal dan menuju Thaekek pukul 1 siang menggunakan bis VIP bertingkat 2 seharga 80.000 kip.

KBRI di Laos
South Terminal dan Bus VIP menuju Thaekek
Perjalanan dari Vientiane menuju Thaekek memakan waktu sekitar 7 sampai 8 jam. Sama dengan jarak tempuh dari Makassar menuju ke kampung saya, Toraja. Pemandangan sepanjang jalan cukup menarik. Perumahan penduduk yang banyak menjual makanan berupa daging babi, daging ayam serta ikan yang ditusuk dengan kayu tebal sekitar 15 cm. Makanan tersebut akan dipanaskan dengan dipanggang jika ada yang membeli dan akan dijual bersama nasi ketan atau sticky rice. Orang-orang Laos tidak suka makan nasi yang dikukus (steamed rice) seperti orang Indonesia . Perjalanan berkelok-kelok dan jauh itu tidak bisa mengalahkan rasa kantuk saya. Saya tertidur sepanjang sisa perjalanan.

Barang-barang diturunkan dari tuk-tuk
Kami tiba pada pukul 8.30 malam di terminal Thaekek dan langsung mencari penginapan dengan menggunakn tuk-tuk, kendaraan umum khas yang bentuknya seperti delman, hanya saja kudanya diganti dengan motor. Makan malam kami ramai dengan adanya Mr. Mee, lelaki berumur 32 tahun bertubuh kecil dan pendek, guide yang akan mengantarkan kami menuju Gua Khoun Xe, gua besar yang hendak kami telusuri dalam kegiatan World Gigantic Cave Expedition. Dengan bahasa inggris yang terbilang lancar, Mr. Mee menjelaskan tentang akses, perijinan dan dana untuk menuju ke gua tersebut sambil bercanda sesekali.

Setelah makan malam, saya dan Fariz bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan menuju Kota Phakse di sebelah selatan Kota Thaekek. Phakse merupakan ibukota Propinsi Champasak. Menggunakan tuk-tuk ke terminal Thaekek dan kami pun berangkat menuju Phakse pada pukul 11 malam dengan menggunakan bis ekonomi yang sesak oleh penumpang dan barang-barang bawaan mereka. Kami beristirahat panjang sambil mendengarkan lagu dangdut versi Thailand yang sengaja diputar keras-keras oleh sopir bis agar tidak mengantuk. Saat itulah saya benar-benar menyadari bahwa dangdut Indonesia jauh lebih bagus Berbanggalah kita memiliki Elvi Sukaesih, Ikke Nurjana, Iis Dahlia dan penyanyi dangdut Indonesia lainnya. Paling tidak cengkokan dan suara mendayu-dayu mereka lebih enak didengar. Hail dangdut!

Continue Reading...

Rabu, 15 Mei 2013

Hello Lao PDR! Hello Mekong River!

Catatan yang tertinggal
Vientiane, 30 Desember 2011 


"Gue ke luar negeri coy..."

Hari yang saya tunggu-tunggu akhirnya datang. Yup, sebentar lagi saya akan menginjak negara lain untuk pertama kalinya. Yang saya rasakan lebih dari rasa antusias. Dipercaya sebagai tim advance bersama 5 rekan Palawa Unpad lainnya yaitu, Anto, Alfia, Fikri, Fariz, Dayat, kami akan menuju Laos untuk mempersiapkan hal-hal demi kelancaran ekspedisi yang akan kami lakukan di sana. Berangkat sekitar pukul 05.30 dari Bandara Soekarno Hatta dan transit sekitar 3 jam di TCC Terminal, Kuala Lumpur, tibalah kami di Vientiane, ibukota Laos sekitar pukul 5 sore. Bandara yang terbilang sangat sepi. Bisa dibilang bandara di Vientiane ini lebih sepi daripada Bandara Husein Sastranegara di Bandung. Yang tampak turun dari pesawat dan mengantri di depan loket petugas administrasi sebagian besar adalah wisatawan asing. Membeli nomor baru dengan provider lokal adalah hal pertama yang kami lakukan begitu keluar dari terminal kedatangan karena provider Indonesia tidak akan berguna sama sekali di sini. Menggunakan taksi yang bentuknya lebih seperti mobil pribadi, kami menuju ke North Terminal untuk mengantar Dayat dan Fikri yang akan menuju ke Van Vieng dan Udom Xai untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Saya menebak, adanya North Terminal dan South Terminal dikarenakan bentuk wilayah Laos yang memanjang dari utara ke selatan sehingga tidak akan sulit bagi mereka yang akan bepergian untuk memilih jalur yang dikehendaki. Tebakan saya tampaknya hampir benar setelah mendengar penjelasan dari sopir taksi yang cukup fasih berbahasa Inggris.

Bandara Internasional Wattay, Vientiane

Kami diantar menuju Central City, pusat kota Vientiane, tempat yang paling ramai di Laos untuk mencari penginapan. Suasana malam di Central City bagus dengan adanya pasar malam di tepian Sungai Mekong, sungai yang melewati hampir seluruh wilayah barat Laos dan merupakan perbatasan antara Laos dan Thailand. Central City dipenuhi oleh wisatawan-wisatawan asing yang berlalu lalang. Jika Indonesia mungkin seperti Legian di Bali atau Malioboro. Laos merupakan salah satu destinasi wisata di Asia Tenggara yang diminati oleh wisatawan asing karena pemandangan alamnya yang istimewa. Di Laos ada banyak gua dan tebing bagi mereka yang suka kegiatan alam bebas. Ada juga kuil-kuil bagi mereka yang suka berwisata budaya dan spiritual. Laos merupakan negara Komunis. Tidak perlu menanyai om Google atau membaca buku, hal itu sudah bisa dilihat di hampir semua bangunan yang memasang bendera negara berdampingan dengan bendera bergambar palu dan arit. Sulit untuk mencari makanan halal bagi teman yang beragama Muslim karena sebagian besar restoran menjual daging babi sebagai menu utama. Bahasa juga merupakan kendala besar karena warga asli Laos yang bisa berbahasa Inggris sangat sedikit sehingga kami lebih banyak menggunakan bahasa isyarat.

North Terminal

Sebuah patung di tengah-tengah Kota Vientiane
Menyusuri kota dengan menggunakan sepeda sewaan membantu saya dan rekan lainnya menikmati malam yang panjang di Vientiane. Di sepanjang jalan banyak kumpulan pemuda mengitari meja, minum bir Lao sambil asyik mengobrol. Pada pukul 10 malam, jalanan sudah mulai sepi tetapi masih ada beberapa bar yang buka dan hanya dipenuhi oleh bule-bule.


Central City di malam hari
Kami kembali ke kamar hotel seharga 150 ribu kip/per malam (1 USD = 8000 kip). Kami tertidur lelap setelah seharian melakukan perjalanan panjang. Ah, kemarin saya masih tidur di kamar kosan saya di Jatinangor dan sekarang saya tidur di atas kasur hotel di negara tetangga di Utara. 
Continue Reading...

Senin, 13 Mei 2013

#ThankYouSirAlex

"I've got absolutely no script in my mind, I'm just going to ramble on and hope I get to the coe of what this football club's meant to be. First of all, its thank you to Manchester United. Not just the directors, not just the medical staff, not just the coaching staff, the players or the supporters, it's all of you. You have been the most fantastic experience in my life. I have been very fortunate to manage some of greatest player in the country, let alone Manchester United. All these players here today have represented your club the proper way. They've won the championship in a fantastic fashion. Well done to the players. 

My retirement doesn't mean the end of my relationship with the club, I'm able to now enjoy watching them rather than suffering with them, If you think about it, those last-minute goals, the comebacks, even the defeats, are all part of this great football of ours. Its been unbelievable, thank you for that.

I'd also like to  remind you that when we had bad times here, the club stood by me, the players stood by me and your job now is to stand by our new manager.

Before i start blubbering, i just want to pay tribute to Paul Scholes. He's unbelievable, one of greatest players this club ever had and will ever have. Paul, we wish you a good retirement and I know you'll be around to annoy me. Also I'd just like you to join me in wishing Darren Fletcher a speedy recovery. 

The players.. I wish the players every success in the future. You know how good you are. You know the jersey you're wearing, you know what it means to everyone here and don't ever let yourself down. The expectation is always there. I'm going home, well, I'm going inside for a while, and I want say thank you again from all the Ferguson family. Thank you.. "

Old Trafford, May 12th 2013
Sir Alex Ferguson, Manchester United's manager 1986 - 2013




Also for you, gaffer.. Thank you for all...
Continue Reading...

Rabu, 08 Mei 2013

Just A Bad Day Not A Bad Life (Maybe)

Ada apa dengan hari ini? Semuanya terasa tidak berjalan dengan lancar. Pekerjaan yang sedang aku lakukan, tidak sesuai dengan yang diharapkan walaupun  aku sudah berusaha keras. Hari ini aku pulang tertidur di atas kasur yang kuanggap empuk kemudian bangun dengan kepala pusing sambil membaca berita melalui smartphone. Berita mengejutkan, yang tadi pagi sempat kami perbincangkan bahwa pelatih Manchester United, klub kesukaanku akan mengundurkan diri. Tetapi kami tidak akan percaya sebelum ada pernyataan resmi karena media di Inggris itu lebih kejam dari ibukota dan ibu tiri. Pemberitaan mereka kadang-kadang seakan benar. Yang salah bisa menjadi benar dan bisa mengubah hidup seseorang. 

Semua orang dan teman-teman yang juga fans Manchester United ramai-ramai menulis status bbm, twitter "Thank you Sir Alex". Aku setengah kaget. Aku bangun, memeriksa semua berita yang bisa kubaca dan aku tercengang. Tidak bisa berkata apa-apa bahwa pelatih yang aku dan banyak orang kagumi akan pensiun. Speechless. Apa yang bisa kukatakan. Toh cepat atau lambat hari ini akan datang. Sir Alex bukan dewa atau Tuhan yang punya kehidupan kekal dan selamanya akan melatih United. Hanya aku tidak menyangka akan sekarang dan dalam keadaan hatiku yang sedang tidak baik. Aku benar-benar hancur hari ini.

Bagi sebagian orang, hal ini adalah sesuatu yang tidak biasa. Sedih karena orang asing yang jauh di sana dan sekalipun  tidak pernah bertemu apalagi mengobrol merupakan sesuatu yang berlebihan. Tetapi itulah kekuatan perasaan yang tidak bisa diukur. Aku menyebutkan konspirasi semesta. Seperti yang pernah kuceritakan bahwa aku sampai sekarang menjadi seorang fans Manchester United karena 2 (dua) orang yaitu David Beckham dan Sir Alex Ferguson. Pemain boleh datang dan pergi, tetapi ketika seorang pelatih yang dikagumi dan dihormati meninggalkan tim, rasanya seperti ini. Sedih. Siapa aku? Mengapa harus sedih? Toh tidak akan mengubah jalan hidupku. Benar juga. Tetapi aku tidak tahu kawan, inilah perasaan. Walaupun aku mendukung tim ini dari tempat yang sangat jauh dan boleh dibilang dari belahan dunia yang berbeda, aku merasa bahwa tim sepakbola ini sudah membawaku ke hal-hal yang luar biasa dalam perjalanan hidupku. Perjalanan yang tidak akan pernah aku lalui jika saja malam minggu aku hanya tidur atau menonton film tanpa peduli dengan 22 orang yang sedang memperebutkan sebuah bola dengan kaki mereka. Sepakbola itu universal. Manchester United itu universal. Setiap rasa itu pribadi dan original. Kita tidak tahu bagaiman hubungan itu akan terbentuk jika belum merasakannya. Sebut aku orang gila karena sedih untuk hal-hal yang tidak penting bagi sebagian orang. Sebut aku berlebihan karena menangis untuk orang yang belum meninggal sekalipun dia sudah renta. Apapun yang orang lain katakan, itu hak mereka. Aku hanya merasa sedih dan aku benci hari ini. 
Continue Reading...

Senin, 06 Mei 2013

Ucapan Dalam Diam

Seperti setahun kemarin, hari ini di mana aku mengucapkan selamat ulang tahun kepada yang raganya sudah membusuk di dalam tanah dan jiwanya sudah di nirwana. Apalah arti sebuah ucapan selamat yang tak tersampaikan. Kupikir begitu tetapi nyatanya hatiku tak sanggup menahan untuk tidak mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Aku hampir gila. Setiap aku melalui tanggal ini aku akan menangis mengenang semua yang sudah terlewat. Berharap sesuatu yang tak mungkin yaitu kehidupannya kembali. Siapa aku? Semuanya kehendak Yang Empunya hidup ini. Aku tak ada daya untuk melawan. 

Aku terdiam dalam isak tangis. Ulang tahun harusnya ada perayaan dan tawa. Mengapa harus mengeluarkan air mata? Ya sudah kubilang aku hampir gila. Atau mungkin sudah gila. Bagaimana mungkin aku bisa masih mencintai orang yang sudah tak ada wujudnya. Orang yang tidak mungkin ada lagi untuk sekedar berdiri di depanku. "Selamat ulang tahun", pernyataan bodoh karena pada kenyataannya dia tak pernah mengulang tahun kelahirannya sejak dia meninggalkan dunia yang penuh kehampaan. Ulang tahun hanya untuk orang yang masih hidup.

Tapi lagi-lagi jiwaku menolak semua kenyataan dan mulai lagi mengucapkan selamat ulang tahun. Ya, selamat ulang tahun Willson. Di manapun kau merayakannya dan siapa pun yang memperingatinya, kuharap kita akan sama-sama bahagia. Aku tahu kau bahagia di sana. Aku yakin sekali. Dari dulu kau memang selalu suka memberi kejutan dan meninggalkan aku tiba-tiba dalam tangisan. Kejutanmu tidak romantis kali ini. Menyakitkan. Tapi sudahlah, ini harusnya jadi hari bahagia. Setiap hari harusnya jadi hari bahagia. Apa gunanya hidup di dunia jika tidak bahagia. Aku tidak ingin marah kali ini. Aku ingin tertawa bahagia. Sekali lagi, selamat tanggal 7 Mei ya. I miss you yesterday, today and tomorrow.
Continue Reading...

About

Blogroll

About