Minggu, 31 Desember 2023

2023; What A Ride!

"Let go of the past, but keep the lessons it taught you" - Chiara Gizzi

Penghujung tahun ini akan kugunakan untuk sedikit mereview dan berefleksi apa yang telah kulalui selama setahun belakangan. Satu hal yang bisa kupastikan, aku terperangkap dalam dunia pekerjaan yang telah merubahku (walaupun tidak sepenuhnya) menjadi orang yang berbeda dari aku yang sebelumnya.

Melihat postingan tulisan selama 2023, aku tidak menghasilkan satu tulisan pun. Semua tulisan hanya berakhir menjadi draft lalu berdebu tanpa disentuh lagi. Hanya ide awal lalu menguap tanpa inspirasi untuk melanjutkan. Menulis adalah salah satu pelampiasan emosi yang kupunya sejak dahulu. Terlihat dari aku selalu mempunyai diari dan catatan dalam bentuk apapun tentang apa yang kualami dan rasakan real time. Entah itu terkait keluarga, percintaan, persahabatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Tidak ada yang luput. Aku juga dapat menceritakan hal-hal tersebut dengan cara yang menarik dalam sebuah tulisan. Selama setahun ini, hal tersebut tidak mampu aku lakukan. Bahkan untuk membaca buku demi menambah kosa kata atau inspirasi sudah sangat jarang kulakukan. Aku hanya bisa menamatkan 3 (tiga) buku. Itu jelas sebuah degradasi. Aku lebih banyak menatap layar handphone. Membaca maupun menulis sudah tidak menjadi pelarian yang menyenangkan.

Padatnya pekerjaan dengan sebagian besar waktu dihabiskan di kantor membuatku tidak berkesempatan untuk memasuki dunia pergaulan yang baru. Lingkar pertemananku hanya sebatas kantor dan ditambah sedikit dari kantor lain di bawah naungan instansi yang sama. Tentu saja ini berbeda dengan aku yang dulu mempunyai banyak lingkar pertemanan. Namun, untuk yang satu ini mungkin seperti yang diucapkan banyak orang bahwa seiring bertambahnya umur, semakin mengecil pula lingkar pertemanan. Salah satu beban berat yang harus ditanggung orang dewasa. Dengan lingkar pertemanan yang itu-itu saja, perbincangan pun hanya seputar itu-itu saja. Benar bahwa kami berbagi beban dan kesah tetapi membicarakan hal yang 'sama' dalam kurun waktu yang lama justru meningkatkan tingkat stress. 

Selain itu, aku juga mulai jarang beribadah secara offline. Begitu hari libur tiba, hal yang ingin kulakukan hanyalah tidur dan enggan untuk bangun menuju ke gereja untuk beribadah secara offline dan bergaul dengan orang-orang yang tidak dekat denganku. Aku malas berbasa-basi. Bagi mereka yang ingin aku segera mendapatkan jodoh (salah satunya dengan bertemu di gereja) ini adalah kabar yang buruk.

Akupun bisa dikatakan tidak menjaga pola makan sehat karena memakan apa saja yang menurutku enak untuk mengurangi tingkat stress karena pekerjaan yang menumpuk. Aku sempat memulai olahraga tetapi lagi-lagi tidak maksimal karena tidak ada waktu atau aku kelewat lelah untuk bergerak. Saat waktu luang tiba, yang kupikirkan hanyalah berbaring.

Aku yang dulu suka bepergian dan mengunjungi tempat-tempat baru. Jika dihitung, dengan pendapatan yang tidak seberapa, aku bisa berlibur setidaknya ke satu atau dua tempat baru dalam setahun. Tahun ini aku hanya sempat berlibur satu kali. Aku beberapa kali ke luar kota untuk dinas tetapi aku menggunakan waktu yang ada untuk bercengkarama dengan teman-teman lama yang sudah lama tidak aku temui. Sebagian besar pendapatanku untuk memenuhi beban adat (sebagai orang Toraja) yang tidak murah dan juga memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada dasarnya semua cukup-cukup saja namun sulit untuk mempunyai simpanan.

Aku menyadari bahwa setelah bekerja dan sepenuhnya menjadi orang dewasa, tanggung jawab juga semakin berat. Aku terkadang iri dengan mereka yang tampak berkecukupan dan segalanya begitu mudah. Sementara aku harus bekerja begitu keras dan mendapatkan yang tidak sebanding dengan tenaga serta waktu yang kukerahkan. Pemikiran ini kadang datang saat lelah melanda dan beban hidup terasa berat. Aku juga sangat sering mengeluarkan umpatan-umpatan untuk melampiaskan emosi karena menemui ketidakadilan dan harus sering berhadapan dengan orang bebal nan bodoh. Aku mudah dikuasai amarah dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain. Walaupun di sisi lain amarahku yang meledak-ledak menjadi hiburan bagi sebagian orang. 

Namun, tidak semuanya tidak baik. Selalu ada dua sisi dalam segala hal. Salah satu caraku bertahan selama ini adalah dengan melihat sisi baik dalam setiap hal yang kualami. Menutup tahun ini, aku melihat seberapa jauh aku sudah melangkah. Seberapa keras aku sudah bekerja. Aku mampu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang rasanya mustahil untuk diselesaikan dengan segala kondisinya. Permasalahan-permasalahan yang datang baik dalam keluarga maupun dalam pekerjaan bisa terselesaikan dengan baik. Meskipun aku jauh, aku masih bisa bercengkrama dengan kedua orang tua yang menua dengan baik juga dengan saudara-saudaraku yang selalu peduli. Lingkar pertemananku yang tergolong banyak pun masih tetap terjaga walaupun hanya berkomunikasi melalui grup whatsapp. Sehingga ketika bertemu setelah sekian lama, rasanya baru bertemu kemarin. Sahabat-sahabatku pun tidak pernah lelah mendengarkan segala keluh kesahku dan menemaniku menangis. Aku masih bisa makan makanan enak yang kumau, membeli barang yang kuinginkan dan kemampuan untuk memberi. 

Aku selalu kembali pada keyakinan bahwa selalu ada pelangi setelah hujan. Kesulitan selalu disertai kebaikan. Meskipun aku tidak seperti dulu lagi tetapi aku menjadi tumpuan bagi orang lain terutama keluarga. Melihat orang tua tersenyum rasanya sangat cukup. Melepas lelah di dalam kamar kecil nan nyaman dan berkasur empuk pun sudah cukup. 

Di tahun baru, aku tidak ingin membuat resoluasi yang muluk-muluk. Toh resolusiku banyak yang tidak berjalan lancar. Aku hanya ingin diberi kelapangan hati untuk menerima jalan hidupku saat ini dan lebih banyak bersyukur atas semua yang kumiliki. Semoga tahun ini penuh dengan kebahagiaan. Lebih banyak tawa daripada tangis. Lebih banyak melakukan hal-hal yang disukai. Kuharap itu juga terjadi pada kalian yang membaca tulisan ini. Cheers!



Continue Reading...

Sabtu, 10 September 2022

Don't Lose Yourself

"It is one thing to lose people you love. It is another to lose yourself. That is a greater loss" - Donna Goddard

Berada di tempat dan kondisi baru sejak dulu bukanlah masalah besar bagiku. Aku selalu yakin dapat beradaptasi dengan cepat di manapun aku berada. Kemampuan itu tidak bisa dimiliki semua orang. Aku pernah membaca ini di suatu tempat "yang bertahan hidup bukanlah mereka yang kuat tetapi mereka yang mampu beradaptasi". Ungkapan itu sama sekali tidak salah. Apalagi di dunia yang makin gila ini. Makin banyak kejadian aneh dan makin banyak tantangan yang belum pernah ditemui atau terbayangkan sebelumnya. Dunia yang semakin gila menuntut banyak hal, menuntut kita untuk beradaptasi sedemikian rupa sehingga perlahan membuat kita kehilangan diri. Aku tidak ingin. Seberapa besar pun badai menghantam hidup, aku tidak ingin kehilangan hal yang membentukku menjadi manusia yang seperti sekarang. Aku ingin menjadi orang yang tetap berdiri tegak di tengah terpaan hujan. Aku ingin menjadi orang yang tetap bangga dengan apa yang kulakukan dan menjadi apapun diriku. Karena sebesar-besarnya kehilangan adalah kehilangan diri sendiri.

"Aku tidak ingin menjadi pohon bambu, aku ingin menjadi pohon oak yang menentang angin". Begitulah kata Soe Hok Gie kita dia dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit yang mempertaruhkan apa yang dia punya. Kejadian hari ini membuatku semakin sadar bahwa jalan kebenaran itu sulit, terjal dan berbatu. Dengan berpegang pada kebenaran, aku bisa saja terombang-ambing dalam pusaran ombak yang tak tahu di mana ujungnya. Atau aku bisa saja tertusuk duri tajam yang akan menggoreskan luka-luka yang tak tahu kapan sembuhnya. Namun, apalah arti hidup ini jika tidak berprinsip dan tak punya pegangan. Aku pernah mengalami hal-hal sulit, di mana aku berpikir aku tidak akan bisa bertahan. Aku berhasil melewatinya. Hal-hal tersebut membawaku ke tempat di mana aku berdiri sekarang. Aku tidak bisa berhenti begitu saja. Aku harus menyelesaikan apa yang sudah aku mulai. Jalan ini akan semakin terjal dan semakin sulit. Aku harus bertahan sekuat-kuatnya dan sebaik-baiknya. Aku akan melewati ini. 

Tulisan ini akan selalu menjadi pengingat bahwa aku pernah berjanji pada diriku sendiri untuk tetap teguh di jalan yang telah aku pilih. "Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku". Tuhan pasti akan menolong. Mungkin ini adalah salah satu jalan yang harus kutempuh untuk menjadi manusia yang lebih baik, manusia yang lebih utuh.

Suatu hari di tempat baru


Continue Reading...

Kamis, 14 April 2022

Twenty Five Twenty One; Mari Merayakan Masa Muda

"Youth is the gift of nature, but age is a work of art" - Stanislaw Jerzy Lee

Drama Korea berlatar tahun 90-an mulai banyak diminati sejak kesuksesan Reply Series. Di saat masalah hidup udah banyak, menonton drama slice of life menjadi pelarian yang menyenangkan. Twenty Five Twenty One (2521) hadir membawa vibes 90-an yang menyenangkan dan cerita yang fresh. 2521 menceritakan kisah masa muda seorang atlit anggar yang diperankan oleh Kim Tae Ri (Na Hee Do). Gue dari dulu tau kalau akting Kim Tae Ri adalah satu dari yang terbaik. Kim Tae Ri yang terhitung jarang terlibat dalam drama sukses bikin gue penasaran dari awal sama 2521. Ada juga Nam Joo Hyuk (Baek Yi Jin) yang sudah berpengalaman dalam dunia drama dengan ketampanan yang gak pernah luntur *penting*. Ngebahas drama ini bakal bikin banyak merenung padahal pas nonton mah banyak senyum-senyumnya.


Gue sebagai anak 90-an tentunya seneng banget bisa ada drama lagi yang bisa menonjolkan kekhasan masa itu. Masa terbaik dengan generasi terbaik *kibas rambut*. Mulai dari barang elektronik, fashion, culture dan lain sebagainya. Vibes 90-an selalu berhasil bikin gue mengenang masa-masa indah saat remaja. Masa-masa cinta pertama dan malu-malu kucing *serta malu-maluin*. Kim Tae Ri, Nam Joo Hyuk and the gank pun berhasil banget jadi anak remaja 90-an yang kelakuannya bikin geli-geli seneng gimana gitu. Cerita masa remaja tentunya gak bakal jauh dari masalah cinta dan persahabatan. Tapi 2521 mengemasnya dengan cara yang lebih menarik dan gak sama dengan drama latar 90-an lainnya. Karena nonton drama ini gue jadi sedikit tau tentang olahraga anggar yang bisa dibilang olahraga kurang populer *di kalangan gue*. Nonton ini juga bikin kita tau gimana perjuangan seorang atlit yang kerja kerasnya gak main-main. Gak cuma fokus di atlit anggar, 2521 juga bisa ngasih liat perkembangan karakter lainnya yang juga menarik. Tentang Baek Yi Jin yang berusaha bangkit dari keterpurukan dan mengorbankan banyak hal demi keluarga dan mimpinya. Chemistry Kim Tae Ri sama Nam Joo Hyuk juga oke banget baik sebagai temen ataupun pasangan. Gue sampe sekarang masih terngiang-ngiang cara ngomongnya Kim Tae Ri yang unik dan enak banget didenger.

Nonton 2521 ini bikin semangat gitu. Banyak quotes kece dan relate banget sama kehidupan yang kayak roller coaster ini apalagi buat kalian yang lagi ngalamin quarter life crisis. Salah satu yang paling gue inget dialognya Baek Yi Jin yang bilang gini "Tidak semua orang yang tidak menjalani mimpinya disebut orang gagal. Begitupun orang yang menjalani mimpinya belum tentu bisa disebut berhasil. Yang paling penting adalah mengerjakan apa yang ada dengan sebaik-baiknya". Kurang lebih gitu. Orang itu bisa jatuh sejatuh-jatuhnya tapi bakal bisa bangkit lagi selama dia gak nyerah walopun butuh waktu yang lama. Klise tapi bener. Drama ini juga ngasih pesan kalo setiap orang itu berbeda keadaannya dan struggling dengan masalah yang beda-beda pula. Orang yang keliatan baik-baik aja bisa aja lagi memendam kepahitan yang besar. Namun, kita juga diingetin bahwa sepahit apapun hidup teman bisa membuatnya jadi lebih manis.


Dari segi percintaan, cerita yang disuguhkan juga realistis banget. Pasangan yang putus karena udah gak ada percikan lagi, udah gak bisa jadi prioritas masing-masing lagi, masalah yang gak pernah diomongin akhirnya mengendap dan akhirnya ngasih luka. Ada juga pasangan yang komitmen buat berusaha selalu bersama bagaimana pun caranya walaupun berat dan bisa berhasil. Emang gak semua hubungan bisa happy ending kan. Kata Na Hee Do juga "Tidak semua dalam hidup ini berjalan seperti yang kita inginkan". Tapi kita diingetin lagi kalo orang yang pernah ada di hidup kita, segala hal yang kita lalui yang membentuk kita menjadi manusia seperti sekarang. Pengalaman-pengalaman masa muda pasti ada manis dan pahitnya tapi pada akhirnya jadi kenangan yang bakal kita inget terus. 2521 ngajak kita apalagi yang masih muda buat menjalani hidup sepenuhnya, bermimpi setinggi-tingginya, berteman, jatuh cinta dan bersenang-senang. Endingnya gimana ya itu urusan nanti. Oleh karena itu, mari rayakan masa muda dan hidup tua tanpa penyesalan.
Continue Reading...

Sabtu, 15 Januari 2022

Hidup Ini Tak Adil Bagi Sebagian Orang

"That's the thing about pain. It demands to be felt" - John Green

Kadang aku bertanya, apa pertimbangan Tuhan memberi cobaan bagi setiap manusia. Apakah cobaan diberikan pada mereka yang lemah imannya? Atau justru cobaan diberikan pada mereka yang kuat hatinya? Jawabannya tentu beragam tergantung keyakinan. Namun, aku menyadari sebuah hal bahwa hidup ini rasanya kadang tak adil bagi sebagian orang. Bagaimana seseorang bisa menanggung begitu banyak kesialan dan penderitaan dalam satu waktu? Logikaku tak sampai.

Hari ini aku mendapat berita yang sangat menyayat hati. Patah. Membuatku bertanya-tanya tentang arti kehidupan yang sedang kita jalani ini.

Seorang temanku adalah seorang ibu dari tiga anak. Anak sulungnya hasil pernikahan dari suami pertama yang harus diceraikannya karena memberi begitu banyak luka. Sebuah keputusan berat tetapi harus dia ambil. Dua anak lagi dari suami kedua yang juga tidak sebaik yang dia pikirkan pada awalnya. Anak sulungnya seorang gadis berumur 14 (empat belas) tahun. Badannya lebih besar dari anak seumurannya dan karena sesuatu hal dia harus tinggal kelas selama dua tahun. Aku beberapa kali bertemu dengannya. Anak tersebut tampak pendiam dan kadang tatapannya kosong. Dia sejak kecil tinggal bersama ayah kandungnya. Temanku pernah berusaha untuk mengambil hak asuh tetapi tak berhasil karena tak berdaya menghadapi mantan suaminya. 

Anak perempuan ini mengaku telah dicabuli ayah kandungnya sejak tahun 2019. Tidak hanya sekali namun berkali-kali. Lebih kejamnya lagi, dia juga dicabuli oleh teman ayahnya atas izin dari ayahnya sendiri. Tak hanya sampai di situ, ada masa di mana haidnya tak kunjung datang selama dua bulan. Dia kemudian dicekoki segala macam obat-obatan untuk menggugurkan kandungan. Saat menulis ini aku tak berhenti meneteskan air mata. Bagaimana mungkin seorang manusia bisa sebiadab itu. Bagaimana mungkin seorang ayah menghancurkan darah dagingnya sampai berkeping-keping tanpa sisa. Bahkan binatang pun tidak akan melakukan hal yang akan melukai anaknya sendiri.

Hati temanku hancur berkeping-keping. Sebelum ini dia sempat ingin menyerah pada hidup setelah berbagai macam masalah menimpa rumah tangganya saat ini. Tidak hanya itu, dia juga dirugikan oleh saudara sendiri, lalu mendapat pemutusan hubungan kerja tak lama setelah itu. Dia dihantam kenyataan pahit dari berbagai sisi. Dia sempat mengatakan bahwa dia sudah tidak sanggup. Aku memberinya semangat untuk tetap bertahan dan meyakinkan dirinya bahwa segala penderitaan ini akan berakhir dan digantikan oleh sesuatu yang lebih baik. Aku menyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang abadi termasuk kesakitan. Namun, setelah mendengar berita tentang hal yang ditimpa anaknya aku tidak yakin lagi. Aku mulai goyah. Hidup ini tak adil. Hidup ini terlalu kejam baginya. Aku tak berani membayangkan bagaimana hancur perasaannya ketika tahu anak yang dilahirkannya mendapat perlakuan biadab dari ayah kandungnya sendiri. 

Aku tak bisa berbuat banyak. Sejauh ini aku hanya bisa menyemangati dan mengecek keadaannya setiap hari sementara dia masih menguatkan diri untuk mencari keadilan dan mengusahakan kesembuhan bagi anaknya. Aku mengenal dia sebagai perempuan yang sangat kuat dan berkali-kali aku mengatakan kepadanya bahwa dia bisa melewati semua ini. Namun, setelah kejadian yang menimpa anaknya, aku tak sanggup untuk memberi kata-kata bijaksana lagi. Aku hanya bisa mengatakan kepadanya bahwa aku akan ada saat dia membutuhkan. Aku tak akan berhenti mendoakan agar kakinya tetap kuat, hatinya kembali terekat walaupun banyak bekas luka, dan kepalanya bisa tetap tegak walaupun langitnya runtuh. Kuharap Tuhan menolong.




Continue Reading...

Minggu, 12 September 2021

Ronaldo dan Romantisme

"My first Domestic League, my first Cup, my first call to the Portuguese National team, my first Champion League, my first Golden Boot, and my first Ballon d'Or, they were all born from this special connection between me and The Red Devils. History has been written in the past and history will be written once again! You have my word!

I'm right here!
I'm back where I belong!
Let's make it happen once again!

PS - Sir Alex, this one is for you.. "


Sebuah penggalan caption postingan instagram Cristiano Ronaldo dengan jersey Manchester United ketika dia masih bermain di sana. Caption yang menggugah semangat dan mengocok emosi. Saya meneteskan air mata.

Sebenarnya perasaan ini sudah ada dalam beberapa hari terakhir. Semuanya bermula ketika isu beredar mengenai Ronaldo ingin meninggalkan Juventus. Spekulasi beredar dan penggemar sepakbola mulai menerka-nerka ke mana dia akan berlabuh selanjutnya. Sebuah isu mengejutkan muncul bahwa dia akan dibeli oleh Manchester City. Rasanya tak karuan. Tak pernah terbayangkan olehku seorang Cristiano Ronaldo yang selama ini mempunyai tempat tersendiri di hati fans Manchester United bahkan setelah pindah ke Real Madrid dan Juventus akan mengenakan seragam biru yang melihatnya saja membuatku malas.

Hatiku bergejolak. Aku mulai bertanya-tanya apa iya Ronaldo akan memilih rival dari klub yang pernah membesarkan namanya? Apakah tahun-tahunnya bersama Man United tidak berarti sama sekali? Aku lalu berakhir di kesimpulan mungkin saja cinta Ronaldo tak sebesar itu. Ronaldo mungkin lebih mencintai Real Madrid sehingga jika dihadapkan pada pilihan yang mengharuskannya memilih antara Barcelona atau Man City dia akan lebih memilih Man City karena tak akan sudi bermain untuk Barcelona. Ronaldo dikenal mempunyai respect yang tinggi pada Sir Alex Ferguson, tetapi apakah respect itu bisa menghalangi ambisinya untuk mendapatkan lebih banyak pencapaian? Pikiranku menuliskan banyak skenario. Dan dari sekian banyak skenario itu tidak ada sama sekali tentang dia akan kembali ke Man United. Pemikiran awamku berkata dia tidak dibutuhkan oleh tim saat ini.

Ke Manchester City? Cristiano Ronaldo ke Manchester City? Aku akan rela Harry Maguire atau Aaron Wan-Bissaka mematahkan kakinya jika dia benar berlabuh di tetangga. Aku benar-benar tidak bisa menerima.

Lalu sebuah kabar datang dalam keriuhan. Kabar yang sulit dicerna dan rasanya seperti mimpi. Cristiano Ronaldo akan kembali ke Man United. Kuulangi, Cristiano Ronaldo akan kembali ke Manchester tetapi bukan ke Biru melainkan Merah!

"Twist of the year. Sensational comeback. Damn you, @Cristiano!!!"
"This is madness. I'm crying. Football, bloody hell!!!"

Begitu aku mencuit di twitter karena belum bisa menguasai perasaan excited. Aku tidak pernah berpikir sama sekali hal ini akan terjadi. Mungkin bukan cuma aku tetapi sebagian besar fans Manchester United di luar sana berpikiran yang sama. Beberapa tahun terakhir banyak juga yang berharap dia kembali tetapi di setiap kesempatan itu aku berpikir bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang mustahil dan untuk apa juga? Apa iya Ronaldo ingin kembali ke tim yang tidak stabil sepeninggal Sir Alex Ferguson?

Namun, sepakbola ada produsen beragam keajaiban dan kejutan. Lionel Messi yang sudah 17 (tujuh belas tahun) membela Barcelona pindah ke Paris Saint Germain. Tentunya bukan sebuah hal yang pernah dibayangkan penggemar sepakbolasebelumnya. Kembalinya Ronaldo ke Man United menjadi sesuatu yang tidak mustahil. Sesuatu yang untuk memikirkannya saja aku tidak berani, menjadi nyata hanya dalam semalam. 


Aku sebagai fans Man United tentu saja berharap musim ini dapat melihat tim yang kudukung mengangkat trofi. Harapan yang sebelumnya tak menyertakan Ronaldo di dalamnya. Tetapi kini harapan tersebut rasanya bisa terwujud. Kalaupun yang kuharapkan tidak terjadi, kepulangan Ronaldo menjadi sebuah hal yang sangat menyenangkan. Kepulangan Ronaldo membuatku mengingat masa-masa gila menjadi seorang fans Man United. Masa-masa yang penuh dengan adrenalin. Teman-teman lama yang beberapa tahun ini lesu menjadi kembali bersemangat membahas sepakbola. Jersey-jersey yang tadinya hendak dimuseumkan kembali dikenakan. Kepulangan Ronaldo bukan hanya sekedar transfer pemain biasa. Kepulangan Ronaldo membangkitkan romantisme yang dalam bagiku dan sebagian besar fans Man United di penjuru dunia. Romantisme yang mengingatkan kembali betapa luar biasanya rasa dan sensasi menjadi seorang fans Man United. 


Dalam debutnya melawan Newcastle United setelah 12 tahun 118 hari meninggalkan Old Trafford, dia mencetak dua gol. Air mataku mengalir. Jatuh begitu saja. 


It's real. He's home and will make history once again.
Continue Reading...

Kamis, 15 Juli 2021

Sepakbola ; Sebuah Pelarian

"Without football my life is worth nothing" - Cristiano Ronaldo

Covid-19 masih merajalela dengan varian baru yang konon penyebarannya lebih cepat dan dengan gejala yang lebih berat. Sebulan terakhir ini mulai lelah lagi dengan berita-berita duka setelah sempat sedikit bernapas lega menganggap bencana ini sudah mereda. Terus berkutat dengan hal ini terus terang mengguncang kewarasan. Namun, selalu ada cara untuk mengalihkan pikiran. Terima kasih kepada UEFA yang akhirnya menghelat turnamen EURO setelah sempat ditunda setahun. Sepakbola selalu jadi pelarian yang sempurna, paling tidak untukku.


EURO 2020 digelar sebulan yang lalu dan berakhir pada 12 Juli. Selama sebulan itu, penggemar sepakbola disibukkan dengan pertandingan-pertandingan yang hampir semuanya menarik. Aku yang dari awal mendukung timnas Inggris dan Jerman juga tenggelam dalam riuh perhelatan ini. Walaupun aku harus sering menyerah kepada jadwal yang tidak mendukung, aku tetap berusaha untuk update. Highlights dan siaran ulang jadi solusi. Tak masalah. Pertandingan tengah malam dan dini hari tak bisa kupaksakan untuk ditonton karena aku harus bekerja di pagi hari.

Banyak kejutan yang terjadi menambah antusiasme kami. Aku dan beberapa teman sependapat bahwa ini adalah salah satu perhelatan EURO paling seru sepanjang kami menjadi penggemar sepakbola. Di sisi lain kami harus menahan rasa iri melihat stadion sudah penuh dengan penonton seakan pandemi tidak pernah terjadi pada mereka. 

Hingga tiba saatnya final yang mempertemukan Inggris dan Italia. Aku sebagai pendukung timnas Inggris tentu saja berbangga hati dan tidak menyangka Inggris akan melangkah sejauh itu. Hal ini didasari pengalaman di mana Inggris sering memberi kekecewaan di berbagai kompetisi. Pendukungnya pun hanya bisa mengumpat lalu pasrah. Tapi EURO kali ini mereka tampak berbeda dan rasanya seruan "Football's coming home" akan menjadi kenyataan. Sedikit lagi.
 
Namun, sepakbola tetap sepakbola. Ada kebahagiaan, ada tragedi. Ada kemenangan, ada kekalahan. EURO kali ini Inggris harus menundukkan kepala dan berurai air mata ketika kalah dalam drama adu penalti. Italia lebih perkasa, harus diakui. Aku sebagai pendukung tentu saja kecewa. Momen kemenangan yang ditunggu bertahun-tahun tak kunjung datang. Kami harus menunggu lagi entah sampai kapan. Ah, sepakbola memang selalu memberi perasaan yang bermacam-macam. Aku tidak membayangkan apa jadinya dunia ini tanpa sepakbola. Atau apa jadinya hidupku jika aku tidak menyukai sepakbola.

Jika boleh jujur, sebulan ini pikiranku cukup teralihkan dari tragedi lain di luar sana. Bencana yang mengincar setiap orang yang tidak waspada ataupun sedang sial. Malangnya, kau tidak tahu kapan giliranmu. Setelah kompetisi sepakbola ini, pembicaraan dunia maya kembali lagi seputar bencana. Perhatian yang sempat teralihkan kembali lagi seperti sebulan yang lalu. Menyebalkan. 

Meskipun begitu, aku tetap akan berterima kasih pada sepakbola yang selalu bisa menghibur di saat-saat dunia sekitarku terlalu melelahkan, di saat tak ada hal lain yang menyenangkan. Aku tak sabar menunggu musim baru agar aku bisa tenggelam lagi dalam riuhnya sepakbola, untuk sekedar berlari dari berita tentang tragedi yang sedang terjadi. Ya, aku ingin lari. Lari ke sebuah arena pertarungan yang di dalamnya ada kekalahan tetapi juga menyediakan kesempatan untuk menang.
Continue Reading...

Minggu, 28 Februari 2021

Review yang Tertunda

"Things change. Stuff happens. Life goes on" - Elizabeth Scott

Udah memasuki bulan ketiga di tahun 2021 dan lupa kapan terakhir nulis di sini. Rasanya udah lama banget. Gue dan sebagian besar orang terlalu sibuk bertahan hidup di tahun 2020. Tahun yang penuh dengan cerita di mana tatanan dunia berubah. Tatanan yang berubah bikin kita menjalani cara hidup yang berbeda. Siapa yang nyangka kita bakal pake masker hampir setiap saat, cuci tangan sesering mungkin dan susah bertemu karena virus yang gak bisa dilihat pake mata telanjang. Kita berperang dengan sesuatu yang sangat kecil namun mematikan. Gue udah berhadapan langsung. Bikin frustasi dan otak rasanya beku sesaat. Namun dengan usaha keras dan dukungan orang-orang terdekat gue mampu bertahan dan menang. Covid-19 emang bajingan.

Tahun 2020 menyimpan banyak duka serta berita-berita tak terduga. Ada yang tampak sehat lalu kemudian berpulang. Ada juga yang berperang dengan penyakit dalam waktu yang lama. Termasuk salah satu sahabat kami yang kalah dalam perang dengan penyakitnya lalu berpulang. Kehilangan itu pasti terjadi setiap waktu tapi kali ini kehilangan rasanya jauh lebih menyakitkan karena sulit untuk menjangkau akibat ruang gerak yang terbatas. Saat itulah gue menyadari betapa indahnya kebebasan.

Tak hanya duka, buah penantian panjang juga akhirnya mencapai titik terang. Gue akhirnya menyelesaikan pendidikan S2 dan diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil, pekerjaan yang gue inginkan dan orang tua gue impikan selama ini. Hasil yang gue dapet karena usaha tanpa henti dan doa-doa dari orang-orang terdekat. Yang paling pasti, gue dan keluarga berhasil ngelewatin tahun 2020 dengan selamat sentosa. Ngalamin hal ini rasanya gue harus mengakui kalau 2020 bukan tahun yang buruk-buruk amat. Ada duka dan suka, silih berganti.

Awal tahun ini gue meninggalkan Yogyakarta menuju kota lain. Empat tahun yang penuh dengan cerita bahagia dan sedih. Cerita-cerita yang akan gue ceritakan ke anak cucu nantinya. Banyak hal terjadi selama gue tinggal di kota ini. Gue belajar begitu banyak hal dari para guru-guru kehidupan. Gue menikmati indahnya persahabatan dan merasakan pedihnya pengkhianatan. Hal-hal yang terjadi tersebut gue yakini membawa gue sampai ke titik di mana gue berdiri sekarang. Everything happens for reason. Klasik tapi benar adanya.

Saat ini gue memulai hidup baru di tempat yang baru dan gak pernah gue bayangkan sebelumnya. Sama seperti tahun-tahun penuh petualangan gue sebelumnya. Nasib selalu membawa gue ke tempat-tempat tak terduga dan menarik. Di Balikpapan, Kalimantan Timur, gue memulai karir dari awal, bertemu orang-orang baru, suasana baru. Sampai saat tulisan ini gue buat, semuanya berjalan baik-baik saja dan segalanya tampak menarik. Bikin gue berdebar dan gak sabar menanti kejutan-kejutan selanjutnya.
Continue Reading...

About

Blogroll

About