Jumat, 25 Oktober 2019

Untuk Kamu di Umur Tiga Puluh Tahun

Hai kamu, how's life?
Bagaimana rasanya menginjak kepala tiga?

Sebelumnya, ku ucapkan selamat ulang tahun. Ada yang mengatakan saat ulang tahun kita bertambah umur tapi sebenarnya jatah umur kita berkurang di dunia. Kudoakan semoga sisanya berapa pun itu membuatmu senantiasa bisa bermanfaat bagi banyak makhluk.

Hidup rasanya banyak kesulitan ya setahun terakhir, tahun penghujung kamu berumur 20-an.
It's okay, sayang. Nyatanya kamu sudah tiba di titik ini. Mungkin belum sebuah titik puncak, tapi paling tidak kamu masih bertahan sejauh ini.

Aku ingin mengajakmu melihat sebentar ke belakang. Tidak apa-apa, kan?
Aku ingat terakhir kamu sempat mencatat apa saja yang kamu capai di setiap pertambahan umurmu dari lahir sampai sekarang. Perjalanan hidup yang menurutku menakjubkan, hidup yang mungkin didambakan beberapa orang. Mungkin untukmu itu adalah sebuah perjalanan yang biasa-biasa saja dan belum ada apa-apanya dibandingkan orang lain. Kukira wajar untuk berpikir seperti itu. Lagipula, kita adalah manusia biasa.

Aku sangat tahu bahwa yang kamu lewati sejauh ini adalah sebuah perjuangan yang tidak mudah. Begitu banyak tangis dan kesepian yang datang. Aku tahu berapa malam yang kamu lewatkan sendiri sambil merenung, menangis kemudian berdoa dalam gelap kepada Tuhanmu. Aku pun tahu seberapa banyak kamu terlihat bahagia di depan orang lain tapi hatimu merasakan hal lain. Selain tidak ingin membuat orang terdekatmu khawatir, kamu juga memilih untuk membagi kesedihan hanya dengan orang yang bisa dipercaya dan mengerti.

Sekarang coba kita lihat sebanyak apa pengalaman yang sudah kamu dapatkan sejauh ini. Amat banyak. Kamu adalah salah satu orang yang beruntung bisa mendatangi banyak tempat, menimba ilmu di sekolah-sekolah terbaik, kemudian memperoleh banyak sekali teman yang kemudian menjadi sahabat setia. Kamu memiliki keluarga yang tidak sempurna tetapi selalu bisa memberikan ketenangan dan kebahagiaan yang tidak dimiliki orang lain. Kamu memiliki banyak orang yang dapat diandalkan dalam masa-masa sulit. Orang-orang yang akan membantumu tanpa banyak mempertanyakan pilihan-pilihanmu. Mereka, baik yang mempunyai pertalian darah atau pun orang asing yang sedekat saudara.

Beberapa pria juga pernah datang dan menjadi istimewa bagimu dalam beberapa waktu. Pria yang pernah memberimu cinta begitu pun sebaliknya. Kamu tahu sayang, tak ada yang pernah sia-sia dari waktu yang telah dijalani. Orang akan selalu datang dan pergi karena begitulah hukum alam yang berlaku. Orang yang datang bisa memberi kebahagiaan maupun kesedihan. Satu yang pasti, mereka memberikan pelajaran hidup yang berbeda-beda. Pelajaran penting untuk menjalani hari-hari selanjutnya. Pelajaran yang belum tentu didapatkan semua orang.

Di umur ketiga puluhmu ini, aku ingin mengatakan bahwa,

Mengeluh adalah hal yang manusiawi.
Marahlah jika ingin marah dengan mempertimbangkan konsekuensinya.
Menangislah jika itu membuatmu lebih baik.
Tetaplah menjadi dirimu sendiri karena kamu istimewa.
Bersyukurlah atas apa pun yang kamu lewati dan miliki.
Ikhlaskan dan terimalah masa lalu yang baik maupun buruk.
Cobalah memaafkan orang-orang yang pernah menyakiti hatimu.
Tetap berbuat baik sebisa dan semampumu kepada siapa pun.
Terus lakukan kegemaranmu dan apapun yang bisa membuatmu bahagia.
Mengobrollah lebih banyak dengan ayah ibumu agar di masa tua mereka tidak merasa kesepian.
Sayangi dan hargai saudaramu, sahabatmu dan orang-orang yang selalu ada untukmu.
Tetap tersenyum dan tularkan kebahagiaan sebanyak mungkin.
Ingatlah bahwa setiap orang punya pergumulan masing-masing, cobalah mengerti.
Tak ada batasan umur untuk bermimpi. Kejarlah apa yang kamu cita-citakan dan tetap yakin kamu bisa melakukan apa pun.
Teruslah belajar karena ilmu tak pernah berkesudahan.
Akan masih banyak hal yang akan terjadi, yang tidak sesuai dengan keinginanmu, di luar kekuatanmu. Oleh karena itu, pasrahkan seluruh hidupmu kepada Yang Maha Kuasa.

Satu hal lagi yang harus kamu tahu,
Aku dan banyak orang mencintaimu. Sangat.

Continue Reading...

Gundala; Pride of Indonesia!

"Jangan ikut campur urusan orang lain. Belajar urus diri lo sendiri" - Awang

Tuh dengerin kata Awang. Agak susah tapi ya buat orang-orang jaman now apalagi yang ekstrovert kayak gue. Tapi kita lagi gak ngebahas tentang kehidupan di dunia fana ini, kita lagi mau ngebahas tentang film superhero (jagoan) Indonesia yang baru aja tayang, Gundala Putra Petir. Film ini banyak yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia, paling gak yang suka nonton film atau yang baca komiknya. Kalo gue yang pertama karena gue terus terang gak baca komiknya. Sering denger doang selewat. Baru mulai cari tau pas Joko Anwar, sutradara film ini ngumumin tentang produksinya.


Jadi, Gundala ini tokoh komik yang diangkat ke layar lebar dan diproduksi secara serius. Serius dalam artian sebaik-baiknya, sebagus-bagusnya, semaksimalnya kemampuan sineas Indonesia biar jadi keren. Syukur kalo bisa nyamain film-film Marvel. Ya paling gak DC-lah. Itu udah tarif bawah kalo di dunia ojol. Cuma kalo gak nyamain juga gak apa-apa. Namanya juga usaha. Dan gue baru tau kalo Gundala ini salah satu karakter yang ada di semesta Bumi Langit. Ternyata karakter jagoan dari komik lama ini banyak banget. Gue taunya cuma Si Buta Dari Gua Hantu sama Mandala. Maklum, soalnya masa kecil dan remaja gue terenggut nonton Angling Darma sama Misteri Gunung Merapi. Gue beneran gak tau tuh kalo ada yang namanya Godam, Sri Asih, Virgo, Tira, Aquanus etc. Nah film Gundala ini ceritanya jadi pembuka rangkaian Bumi Langit Cinematic Universe. Kayak Iron Man gitulah pas ngebuka Marvel Cinematic Universe. Kenapa Gundala harus dibahas? Ya karena ini produk Indonesia. Indonesia bikin film superhero yang lumayan itu prestasi.


Gundala nama aslinya Sancaka, diperanin sama Abimana Aryasatya yang entah kenapa di peran ini jadi cakep banget. Sebelum-sebelumnya juga cakep sih tapi di sini berlipat-lipat cakepnya. Duh. Kehidupan Sancaka dari kecil diceritain di film ini. Ceritain gimana orang tuanya yang berjuang buat ngelawan ketidakadilan yang bikin bapaknya meninggal dan ibunya ngilang. Dari situ Sancaka berjuang idup sendiri. Akting adek yang jadi Sancaka kecil wagelaseh. Keren banget. Jadi pengen gue angkat jadi sodara rasanya. Dalam perjuangan hidup sendiri, Sancaka kecil ketemu sama cowok remaja namanya Awang dan ngajarin bela diri. Sayangnya mereka kepisah pas lagi ngejar kereta. Sancaka trus gede aja gitu berubah jadi cakep walaupun cuma pake baju satpam.


Film ini banyak adegan berantemnya. Adegan berantemnya bagus walaupun adegan berantem kayak gitu udah sering kita liat di film-film action Indonesia yang lain. Sancaka ngeluarin petirnya cuma beberapa kali, mungkin karena budget CGI yang mahal. Mungkin ya. Gak dijelasin detail kenapa Sancaka tau-tau bisa ngeluarin petir. Atau guenya yang gak merhatiin. Kalo menurut komiknya sih doi anak Raja Petir gitulah. Sancaka yang awalnya cuek sama keadaan sekitar karena gak mau ikut campur urusan orang lain (karena inget pesan Awang), mulai ngebela orang-orang gak bersalah trus lama-lama jadi vigilante macam Arrow gitu. Yang minta bantuannya modelan Tara Basro, ya bergetarlah jiwa patriotisme babang Sancaka.


Villain di sini namanya Pengkor, diperanin sama aktor Malaysia Bront Palarae. Salah satu yang aktingnya ciamik juga. Penceritaan tentang masa kecilnya dan gimana dia jadi Pengkor yang sekarang itu singkat tapi joss. Dia juga di film ini jadi bapaknya anak-anak. Anak-anak ini adalah anak-anak yatim yang dia bantu dan dilatih jadi pembunuh bayaran dengan profesi yang beragam. Anak-anak bapak yang muncul di Gundala castnya mantep-mantep banget walaupun pas mereka muncul kurang greget. Entah kurang dieksplor atau emang adegan berantemnya kurang bagus.


Plot cerita film Gundala kata sutradaranya Joko Anwar sedikit nyindir kondisi Indonesia. Perjuangan kaum buruh, orang-orang tertindas dan lemah. Gak lupa juga ada wakil-wakil rakyatnya. Untung di sini yang ditonjolin wakil rakyat yang memihak kepentingan yang empunya suara. Kalo dalam dunia nyata you knowlah yaaa.

Kayak film-film superhero khususnya Marvel, Gundala juga punya after credit scene yang ngasih liat tokoh lain dari Bumi Langit Cinematic Universe buat ngasih penonton kisi-kisi film-film selanjutnya. Salah satu villain yang awalnya temen Pengkor yaitu Ghazul (diperanin Ario Bayu) juga ngambil peran penting karena ngebangkitin salah satu villain terkuat yaitu Ki Wilawuk. Soooo, dari kisi-kisi ini bikin gak sabar buat nonton film-film selanjutnya.

Untuk sinematografi gue sih suka aja. Tone-nya enak diliat. Kalo udah sering liat film atau serial DC pasti udah gak asing. Dark-nya mirip-mirip. Jokesnya juga oke dan pas penempatannya. Cuma ya masih banyak yang perlu dibenerin lagi. Budgetnya dinaikin lagi sih bisa pecah. Tapi di balik segala kekurangannya, menurut gue Gundala jadi pembuka yang bagus buat film-film 'jagoan' Indonesia selanjutnya. Gak pernah nyangka sebenernya Indonesia bisa punya film sejenis ini dan gak kampring.

Bang, gak mau nambah istri gitu? Aku siap
Continue Reading...

Senin, 16 September 2019

Search WWW; All About Women's Power

"A woman is like a tea bag. You can't tell how strong she is until you put her into hot water" - Eleanor Roosevelt

Ngomongin drama korea kayaknya gak bakal abis-abis. Setiap minggu ada aja drakor baru yang tayang sampe waktu rasanya gak cukup banyak buat nonton itu semua. Produksinya juga makin gila-gilaan gak maen-maen. Pilihan cerita dan genrenya beragam tinggal pilih mana suka. Sepanjang gue nonton drakor, banyak yang munculin peran utama perempuan yang tertindas, lemah tapi mampu bangkit saat berada di titik bawah. Yang pemeran utamanya cewek semua juga ada, yang ngulik sisi kehidupan tiap pemeran. Tapi, Search WWW buat gue adalah drakor yang bener-bener nunjukin sisi kuat perempuan. Semacam drama women empowerment gitulah. Gue bahas di sini karena emang beda dari drakor biasanya.


Pemeran utamanya udah jelas perempuan semua. Bahkan peran-peran pembantu yang nempatin posisi penting dalam ceritanya dipegang sama perempuan. Misalnya nih ketua perusahaan yang berkuasa dan kaya raya, biasanya kan laki-laki (tua) tuh, di drama ini dipegangnya sama perempuan (tua) dong. Dari judulnya sih bisa kebaca kalo ceritanya seputar dunia internet. Yang jadi main role atau fokus cerita adalah tiga perempuan yang semuanya cantik, pinter dan menarik. Mereka bertiga punya latar belakang yang beda-beda tapi semuanya punya passion dan dedikasi pada pekerjaan yang gede. Bakal banyak scene di mana lo bakal bilang "wagelaseh" saking kerennya mereka. Permasalahan pribadi yang dihadapi juga beda-beda bentuknya, relatable dan gak lebay. Drama ini pengen ngegambarin kalo sehebat apapun perempuan di dunia kerja, mereka juga kadang galau kalo urusannya sama perasaan. Nah bedanya lagi, mereka galau ya sewajarnya aja. Galau ya galau tapi less drama. Gue malah amazing banget pas mereka kadang lebih banyak pake logika pas berhadapan ama masalah baik itu urusan kerjaan ataupun percintaan. Beberapa kali gue bilang gini "kalo gue jadi dia pasti gitu juga sih". Penulis ceritanya bikin konflik dan penyelesaian masalahnya naro kita di posisi abu-abu, gak hitam gak putih. 

Keteguhan mereka megang nilai-nilai yang diyakini walaupun banyak yang menentang atau gak suka menurut gue salah satu poin penting dalam drama ini. Tau kapan harus  terlihat kuat dan pada siapa harus nunjukin kelemahan juga list selanjutnya kenapa cerita di drama ini bagus banget menurut gue. Walaupun mereka badass banget, tetep diliatin mereka juga bisa down trus nangis kejer kalo emang bebannya udah berat banget. Jadi masuk akal. Bener-bener jarang banget (seenggaknya setau gue) drakor yang ceritanya kayak gini. Di drama ini bukan berarti gak ada peran cowo sama sekali. Mereka ada buat ngaduk-ngaduk hati cewe-cewe setrong ini. Gue juga bakal lemah sih kalo cowo-cowonya modelan gitu semua haha. Buat yang lagi berhadapan sama cewe setrong dan mandiri, bisa belajar dari cowo-cowo di drama ini. Cewenya udah logis banget kebayang jadi cowonya harus lebih logis lagi. Cewe-cewenya pinter, nah kebayang kan cara cowo-cowo ngimbangin mereka gimana. Teknik tarik ulurnya bangke banget juga sih.

Aaaaaa, pokoknya harus nonton ini. Terutama buat cewe-cewe di luaran sana yang lagi down atau butuh panutan, drama ini bakal menghibur banget. Gak perlu mikir berat-berat, gampang paham sama jalan ceritanya. 
Continue Reading...

Senin, 15 Juli 2019

Spider-Man Far From Home; Selamat Tinggal Tobey & Andrew

"With great power, comes great responsibility" 

Kalo mau bahas Spider-Man, kayaknya kurang afdol kalo quotes fenomenal ini gak ditulisin. Jadi setelah nonton semua film Spider-Man dari jaman Tobey Maguire sampe jaman Tom Holland, total semuanya ada 8 film termasuk versi animasinya Into The Spider-Verse, baru kali ini gue semangat buat nulis tentang kehidupan Peter Parker (yha trus kenapaaa). Spider-Man dari dulu sepenilaian gue adalah salah satu karakter Marvel yang lumayan banyak penggemarnya. Mungkin karena cerita klise bahwa setiap orang yang beruntung (atau terkutuk) -digigit binatang- bisa jadi superhero. Jadi kalo digigit nyamuk bisa berharap gitu nyamuknya kabur dari laboratorium yang lagi neliti serum canggih masa depan. Mungkin  juga karena kekuatannya unik gitu bisa ngeluarin jaring dan gelantungan pake kostum ketat di gedung-gedung tinggi serta bikin image laba-laba yang selama ini menakutkan/menjijikkan berubah jadi keren.

Manusia laba-laba

Setelah berjibaku dengan Tobey Maguire dan meyakini dia adalah sosok pemeran Peter Parker yang paling pas, muncullah Tom Holland. Si dedek lucu kesayangan kita semua. Sebelumnya gue mau minta maaf sama penggemar Andrew Garfield, karena gue ngerasa dia gak cocok sama sekali meranin Peter Parker walaupun jujur gue suka cerita versi Amazing Spider-Man. Gue juga suka dia jadian sama mbak Emma Stone yang jadi lawan mainnya di sini, walaupun akhirnya kandas juga. Mereka harus belajar sama Teuku Wisnu dan Shireen Sungkar tentang cara menjaga cinta lokasi yang awet. Tentu ini adalah pendapat yang subjektif banget. Diterima bagus gak diterima ya bodo amat. 

Babang Tobey, cinta pertama kita

Babang Andrew, yang biasa-biasa saja

Adek Tom,adek kita bersama

Jadi, pas Tom Holland muncul pertama kali di Captain America: Civil War perasaan gue agak ragu, "nih anak bisa gak ya jadi Spider-Man sebagus Tobey". Seiring waktu berjalan dan semakin seringnya doi muncul di film-film Marvel, gue yakin banget dia bakal jadi Peter Parker yang beda banget, in positive way. Bener aja. Tom Holland itu ngegemesin, kocak,  dan banyak bacot tapi gak annoying. Dedek-dedek gemes bangetlah. Interview-interview dia di youtube berperan besar dalam habisnya kuota gue. Susah buat dilewatkan. Dia pake aksen British adalah nilai plus. Di film-film tempat dia muncul juga line yang dikasih ke dia pas aja gitu. Anak remaja yang tiba-tiba punya superpower-nya dapet banget. Chemistry dia sama Robert Downey Jr (Tony Stark) lebih dapet lagi. Seketika pengen jadi sodaranya Peter Parker aja bawaannya.

Yang gak pernah bolos pelajaran kimia (if you know what i mean)

Setelah dibikinin film sendiri di Spider-Man Homecoming, muncul lagi nih film barunya Spider-Man Far From Home. Far From Home ini adalah film pertama dari semesta Marvel Cinematics pasca End Game. Kalo menurut para bacoters film sih ini penutup phase 3. 

Filmnya sendiri menurut gue bagus banget. Jelas kalo Tom Holland secara pribadi udah jadi laki-laki agak dewasa, tapi jiwa remajanya masih nempel banget di karakternya. Atau emang penulis skenarionya yang jago ngasih line-line yang remaja banget. Geli sendiri liat Peter Parker sama MJ malu-malu kucing pas nyatain perasaan. Geli tapi ya cute. Kalo dari segi ceritanya sih bagus-bagus aja. Pas. Ada part yang hampir bikin mewek karena keinget Tony Stark. Bisa aje kepikiran scene begitu. Belum lagi Aunt May seksi gilak. Image aunt May di Spider-Man sebelumnya luntur sudah. Jake Gylenhall mailop yang jadi Mysterio juga cakep beut. Pengen bawa pulang ke rumah. Temen-temennya Peter juga bego-bego kocak. Gurunya juga kek eek. Menghibur banget. Kalo dari actionnya gak usah ditanya. Itu super keren. Dari semua scene berantem Spider-Man gue paling demen yang di Far From Home ini. Gak tau kenapa. Apa jangan-jangan efek nonton di Imax? (shombonggg). 

Kalo di kelas udah di-ciee-ciee-in ini

Babang Jake, mailop. Brewokmu itu loh

"Tante". Udah itu aja.

Over all, Far From Home layak tonton banget sih. Nontonnya juga gak cukup sekali. After credit scene-nya bikin gak sabar buat phase selanjutnya. Jago bener ya Marvel nyari duitnya. Dan udah tau gitu kita tetap bersedia jadi budak bisnis ini. Ya udah doyan. Gimana dong. Oh iya, di sini juga bisa liat Tom Holland topless. Badannya udah jadi, otot2nya terbentuk jelas dan perutnya kotak-kotak gitu. Di situ deh gue nyadar kalo Tom udah bukan dedek-dedek gemes yang dulu lagi. Bentar lagi dia jadi pria. Yang beginian nih yang bikin naluri tante-tante keluar gak kekontrol. 

Finally, i can say, bye bye Tobey. Bye bye Andrew. Now, we have a new and fresh Spider-Man. You can take a rest for a long time.
Continue Reading...

Kamis, 11 Juli 2019

Everybody Is Struggling, Beibeh!

"Never underestimate the pain of a person because in all honesty, everyone is struggling. It's just some people hide it better than others"


Kalian pasti udah familiar banget sama kata-kata, "jangan liat ke atas mulu. coba sering-sering liat ke bawah biar lebih bersyukur. banyak orang yang masih lebih susah dari lo". Kata-kata ini biasanya dipake buat nasehatin orang yang ngeluh sama hidup dan keadaannya. Gue dulu sering diginiin dan sering giniin orang. Yap, old days. Gue akhirnya baca tulisan yang kira-kira gini bunyinya, "kenapa bersyukur harus nunggu liat orang lebih susah dari kita. bersyukur itu harusnya didasari dengan apa yang kita punya. gak perlu ngeliat orang lain yang punya lebih banyak atau lebih kurang dari kita". Tapi namanya manusia kan ya, susah buat ngilangin 'doktrin' ini dari dalam pikiran.

Gue ngerasa hidup berat akhir-akhir ini. Untung aja less drama. Seenggaknya menurut gue. Otak gue yang jarang dipake untuk hal-hal berfaedah ini, kadang penuh sama pertanyaan mulai dari yang bener sampe yang aneh-aneh. Gue coba menyelami apa sih tujuan dari semua ini dan coba nebak segala kemungkinan ke depan yang akurasinya juga paling di bawah 25 persen. 

Sembari gue mencoba menganalisa dan mengkalkulasi segala sesuatu, ada beberapa kejadian sedih yang terjadi di sekitar gue menimpa teman-teman terdekat gue. Dalam waktu sebulan ini, ada beberapa temen gue yang kehilangan orang tua. Gak cuma itu ada dua orang temen deket yang harus kehilangan bayi mereka. Kabar-kabar itu bikin gue kaget, sedih dan kemudian merenung panjang.

Gue makin sadar kalo orang tua kita bisa pergi kapan aja tanpa kita tau tanpa kita siap. Trus di masa-masa tua mereka, apa sih yang udah kita lakuin buat mereka. Apa kita udah bikin mereka bangga punya anak kayak kita. Hal yang paling gue takutin sekarang adalah belum jadi anak yang cukup berguna bagi orang tua. Gue juga pernah bilang, gue gak pernah bisa bayangin perasaan hancurnya orang tua yang kehilangan anaknya. Apa rasanya. Salah satu temen gue yang berduka menggambarkannya dengan, "rasanya kayak pengen mati juga". Oh God. Gue bahkan gak tau itu rasa sedih yang bisa tertahankan atau enggak.

Gue makin yakin kalo jalan hidup orang itu beda-beda. Bahagia dan deritanya juga jenisnya beda dan didapatkan di waktu serta keadaan yang beda-beda pula. Makanya membandingkan diri dengan orang lain itu udah jelas gak relevan karena kita pun start dari titik yang berbeda. Kemarin-kemarin gue sedih dan down karena alasan ini dan itu. Alasan-alasan buat bersedih itu pun jadi gak ada seujung kuku alasan orang lain yang notabene deket sama gue bersedih. Kalo mereka aja bisa survive kenapa gue enggak. Kalo mereka bisa kuat masa gue enggak. Kalo mereka ikhlas dan percaya bakal ada pelangi setelah hujan, kenapa gue enggak bisa.

Mungkin ini keliatan kontradiktif dengan konsep 'melihat orang lain', 'membandingkan diri dengan orang lain', dsb. Tapi beginilah kenyataannya. 'Doktrin' mengenai cara bersyukur emang gak bisa lepas gitu aja. Karena begitu lo jatoh, lo bakal langsung ngeliat ke sekeliling. Ngeliat gimana orang lain ngejelanin hidup dan bertahan dari segala badai yang datang dalam hidup mereka. Hal itu bisa bikin gue berpikir tenang dan akhirnya tau bahwa di dunia ini bukan cuma gue yang struggling. Semua orang lagi struggling dengan kondisi mereka masing-masing.

Tuhan emang Maha Kuasa ya. Pekerjaan-Nya sulit buat diselami dan dipahami. Cara-Nya buat menegur pun macam-macam dari yang lucu sampai menyakitkan sampe kita gak berdaya. Kita bener-bener cuma debu.
Continue Reading...

Rabu, 03 Juli 2019

Hari Ini Adalah Konsekuensi Pilihanmu

"In every single thing you do, you are choosing a direction. Your life is  product of choices" - Kathleen Hall



Rasanya sayang kalo cerita ini gak gue tulisin. Cerita tentang pilihan-pilihan di masa lalu dan penyesalan yang datang. Sebenernya gak nyesel-nyesel amat sih karena ngomonginnya juga sambil ketawa-ketawa. Sadar bahwa kami dulu milih jalan yang dianggap tepat tapi lihatlah di mana kami sekarang berada. Bentar ketawa dulu hahahahaha.

Jadi kemaren gue ketemu temen. Temen kuliah. Dia setahun di bawah gue. Kami gak sengaja ketemu di sebuah kafe dan cerita ngalor ngidul. Setelah curhat-curhatan tentang masalah hidup, mulailah dia bercerita tentang teman angkatannya dia (yang berarti adek tingkat gue juga) yang sekarang bekerja di sebuah instansi pemerintahan tingkat provinsi sebagai tangan kanan gubernur dan ngurusin kerja sama internasional. Secara penampilan, dia good looking. Lumayan cakep, menurut standar umum. Sebelumnya orang ini udah lulus S2 dari salah universitas di negeri Ratu Elizabeth. Gak sampe situ. Dia udah nikah sama wanita  cantik yang kerja di salah satu BUMN. Trus ada lagi. Katanya dia udah beli satu unit apartemen di pusat kota Bandung. Beli loh ya bukan nyewa. Sebuah kehidupan super nyaman impian sebagian besar manusia warga negara ber-flower ini.

Trus kenapa?

Pertama, gue gak inget sama sekali nih orang yang mana. Karena adek tingkat kan banyak jadi susah hapalinnya apalagi kalo orangnya gak eksis. Orang ini tipe kupu-kupu. Istilah buat mahasiswa yang habis kuliah langsung pulang gak pake acara nongkrong sama sekali. Bisa jadi dia punya kegiatan yang lebih penting lainnya atau emang dia gak punya temen sama sekali. Katanya dia sempet ikut organisasi extra kampus gitu tapi tetep gak eksis sama sekali.

Kedua, gue dan adik tingkat yang gue temuin ini adalah tipe kunang-kunang. Pulang kuliah ya nangkring. Syukur-syukur kalo masuk kuliah. Kuliah gak kuliah ya nangkringnya tetep jalan apapun yang terjadi. Tipe mahasiswa yang eksis di kegiatan kampus sebagai panitia ini itu yang lumayan dikenal anak jurusan lain di fakultas. Waktu itu ya bangga-bangga aja. Eksistensi adalah koentji!

Tipe yang pertama tau apa yang dia kerjakan dan mungkin aja udah tau habis kuliah mau ngapain serta udah ngerencanain step-step dalam hidupnya. Nah tipe kedua ini lebih let it flow ke manapun kaki melangkah dan nasib membawa ya terima-terima saja. Lanjut S2 di kampus lokal pun gak masalah. Kerjaan apapun yang datang selama asik dan menghasilkan uang ya sikat. 

Kami berdua lalu merenung. Bagaimana seandainya kami dulu memilih untuk jadi mahasiswa tipe pertama? Mungkinkah kami sekarang punya apartemen di pusat kota besar dan jabatan yang menjanjikan? Bisa jadi. Karena masalah skill yang 11 15 lah. Orang itu 11 kami yang 15 nya. Gak jauh-jauh amat. 

Trus apakah kami menyesal? Ya gak juga sih. Hahaha. Cuma kembali refleksi diri (cailah refleksi). Teori bahwa setiap pilihan membawa konsekuensi benar adanya. Kita hari ini adalah konsekuensi dari pilihan-pilihan yang kita buat di masa lalu. Gue pribadi gak pernah menyesali pilihan-pilihan yang gue buat di masa lalu. Kalaupun menyesal emangnya bisa apa? Gak mungkin kan balik ke masa lalu. The Flash aja balik ke masa lalu buat ngubah masa lalu akhirnya nyesel kok. Itu karena yang terjadi emang udah seharusnya terjadi. Lagian, gue menikmati banget kehidupan kuliah gue sebagai mahasiswa kunang-kunang. Keuntungannya gue banyak kenangan manis (dan pahit) trus banyak temen. Lagi ada masalah tempat curhatnya buanyak. Gak pernah ngerasa sendiri. Emang kenangan bisa beli mobil dan rumah? Ya enggaaak. Namanya juga see the positive side, cuk.

Sebelumnya gue juga habis ngobrol-ngobrol sama pendeta gereja gue. Kata beliau, masa lalu gak perlu disesali. Hal buruk yang terjadi dan sebagian orang yang datang di hidup kita dikirim buat jadi bahan pelajaran. Makanya kudu belajar, jangan bolos kuliah mulu. Yang paling penting itu ke depannya mau gimana. Harus jadi manusia yang lebih baik dan hidup semaksimal mungkin. Lagian jalan orang berbeda-beda dan dapat berkat yang beda-beda pula bentuknya. Mantap jiwa emang ibu pendeta andalan gue.
Continue Reading...

Senin, 01 Juli 2019

Segala Sesuatu Pasti Ada Akhirnya

"Tetap berjalan, tuan!"
"Tetap tabah. Segala sesuatu pasti ada akhirnya"

Masih teringat dengan jelas teriakan pelatih-pelatih yang merupakan seniorku di perhimpunan pecinta alam sekitar sebelas tahun yang lalu. Kata-kata ini pun keluar dari mulutku ketika menjadi pelatih bagi anggota-anggota baru organisasi kami. Bagiku, kata-kata ini sangat istimewa. Mempunyai makna dalam walaupun tidak selalu kuingat dan kuterapkan.


Masih teringat 'penderitaan' itu. Berjalan jauh tanpa tahu tujuan akhir dengan sepatu lars tentara yang bikin kaki lecet. Tentu saja dengan beban yang berat di carrier. Belum lagi selama perjalanan kami diguyur hujan. Kami harus menahan dingin karena baju yang basah dan angin yang bertiup kencang. Aku ingin menyerah pada hari pertama dan minta dipulangkan. Aku tidak kuat. Belum apa-apa pergelangan kakiku sudah luka karena tergesek sepatu. Fisikku lemah. Mentalku jatuh. Namun, ketakutanku untuk mengakui kelemahan itu pada senior membuatku tak pulang hari itu. "Kalo ngadu dan minta dipulangin ntar malah gue disiksa", pikirku waktu itu. Sehingga saat seorang senior berjalan di sebelahku selama melintasi sebuah kebun teh dan bertanya apakah aku ingin pulang, aku menjawab dengan keras, "tidak!". Sebanyak apapun dia bertanya, sebanyak itu pula aku memberi jawaban 'tidak'. Jawaban itu kemudian terbawa sampai pendidikan usai.

Semakin hari rasanya semakin berat. Malam sebelum tidur, aku berkontemplasi bertanya pada diriku mengapa aku ikut kegiatan seperti ini. Mengapa harus tidur di atas matras dan merasakan dingin padahal ada kasur empuk dan selimut hangat di kosan. Mengapa harus makan makanan seadanya sementara di Jatinangor banyak makanan enak yang tersedia. Mengapa harus berlelah-lelah berjalan jauh padahal nongkrong di kafe lebih nyaman. Kemudian di sinilah aku diperkenalkan dengan sesuatu yang bernama 'zona nyaman'. Kami berkali-kali diingatkan bahwa kami sedang berada di luar zona nyaman kami. Bahwa kami tidak akan selamanya merasa nyaman karena begitulah hidup. 

Selagi melewati masa-masa sulit saat ini, aku membaca sebuah postingan senior yang sedang mengenang masa-masa pendidikan dasar. Aku kemudian teringat dan sadar. 

Pendidikan dasar yang kulewati, yang penuh dengan kesakitan dan penderitaan adalah gambaran hidup menjadi manusia di dunia. Hidup tak akan selamanya nyaman. Hidup kadang tak memberimu kemudahan, malah memberi penderitaan dan kesakitan terus menerus. Terluka, kedinginan, kelaparan, kehausan, merasa terhina, mungkin terlalu ekstrim jika dirasakan dalam satu waktu sekaligus tetapi aku pernah mengalaminya dalam suatu waktu walaupun hanya berbentuk pelatihan. Yang jelas dalam keadaan ini kami belajar untuk bertahan. Kami harus kuat. Kami harus tabah. Karena katanya segala sesuatu pasti ada akhirnya. Apapun itu. Kebahagiaan. Kesusahan. Semuanya akan berakhir walaupun kita tidak tahu kapan dan bagaimana. Selain itu, fisik boleh lemah tetapi itu tak berarti apa-apa karena segala sesuatu dikendalikan oleh pikiran. Jika mental kuat dan yakin bahwa bisa melewati semua ini maka itulah yang akan terjadi. Pikiran inilah yang membuatku bertahan dalam kesakitan selama hampir dua minggu. 

Pertanyaan pentingnya, jika saat itu aku bisa bertahan dan melewati semuanya, mengapa saat ini aku tidak bisa bertahan? Jika aku pernah mengalami berada di titik nol dan bisa menyelesaikannya, mengapa sekarang tidak? Aku kembali berkontemplasi sembari mengingat suatu malam di masa pendidikan. Malam itu kami menginap di sebuah kebun teh setelah seharian berjalan naik turun bukit dan diguyur hujan. Tak hanya hujan, malam itu angin bertiup sangat kencang membawa hawa dingin yang tak biasa. Kabut tebal muncul dan bertahan hingga pagi. Kami di dalam 'tenda' yang terbuat dari ponco, tanpa sleeping bag, hanya bermodal kaus kaki tebal dan baju serta celana setengah kering tidur berdekatan berharap bisa saling menghangatkan. Aku masih bisa mengingat dinginnya malam itu... 
Continue Reading...

Kamis, 27 Juni 2019

Yogyakarta; (Tidak) Istimewa (Lagi) Bagiku

"This ain't nothing, nothing but goodbye town. To hell if I'm sticking around" - Anonymous

Di sekitar pertengahan tahun 2015, gue pernah nulis tentang jatuh cintanya gue sama Jogja di sini. Nulisnya pun diiringi lagu legendaris Kla Project yang jadi lagu wajib sejuta pengamen di Malioboro. Betapa melankolisnya gue saat itu. Tapi gimana dong emang rasanya gitu. Asli pak! Dan banyak orang yang setuju sama gue (saat itu) kalo Jogja pantas disebut sebagai kota istimewa.

potonya ambil di google
Akhir 2016 gue memutuskan untuk pindah ke Jogja. Bukan hanya karena gue jatuh cinta tapi karena gue mau menunaikan kewajiban sebagai anak yang hendak membanggakan orang tua dengan melanjutkan di salah satu kampus terbaik di Indonesia. Gayung bersambut brooo.

Tapi namanya rasa suka atau cinta kadang cuma manis di awal-awal doang. Gue jadi paham kalo keistimewaan Jogja bisa terkikis seiring waktu dan setelah semakin jauh berkutat di dalamnya. Jogja memang cocoknya jadi tempat untuk singgah sementara, melepaskan penat dan membayar rindu. Jauh sebelum gue patah hati di tempat ini, dia sudah jadi tempat yang tidak menyenangkan. Makanan yang overrated, gak ada transportasi publik (adanya cuma ojol), jalanan yang udah mulai padat dan gak ramah pejalan kaki. Cerita-cerita dan kenangan-kenangan indah orang tentang kesederhanaan, kenyamanan dan bla bla bla Jogja akan mulai terkikis digerus jaman. 

Gue tau bakal banyak yang gak setuju sama pendapat gue yang ini. Ya wajar karena kesan tiap orang terhadap sebuah tempat itu pasti berbeda-beda. Rasa bisa berubah seiring waktu dan pengalaman yang dialami. Gue pikir ini hanya berlaku buat rasa ke orang ternyata tempat juga bisa gitu ya (curhat buuuuu?). 

Sekarang Jogja bukan lagi kota yang istimewa buat gue. Jogja bukan lagi kota yang ingin gue tinggalin lebih lama. Jogja bukan lagi kota yang nyaman buat gue. Semua kenangan indah yang ada di sini perlahan pudar karena arus modernisasi dan rasa yang mulai berubah. Lo boleh bilang gue berubah karena gue kecewa sama orang-orang. Tapi jauh dari itu, kota ini yang lebih dulu bikin gue kecewa. Kota yang mungkin emang sebenarnya gak pernah gue cintai karena hati gue udah lebih tertambat sama kota lain. Bisa jadi. Ada yang bilang setiap sudut Yogyakarta itu romantis. Buat beberapa orang mungkin ini bukan pernyataan yang hiperbola tapi gue tau dengan jelas ada sudut-sudutnya yang bikin gue pengen segera hengkang.

Saat ini gue sedang berjuang di kota yang gak gue kehendaki lagi. Tanpa gue sadari keinginan ini bikin perjuangan gue lebih mudah (seharusnya). Gue gak bilang gak akan nginjek kota ini lagi suatu saat nanti. Karena seburuk-buruknya, kota ini juga udah ngasih banyak hal. Cinta, kesederhanaan, pengalaman, dan tentunya pendidikan. Kota ini juga pernah jadi bagian hidup gue, jadi saksi perjuangan, tawa dan air mata. Gue akan tetap kembali dengan perasaan yang lebih lapang untuk sekedar bersua dan tersenyum melihat kenangan-kenangan indah yang pernah gue tambatkan di sini. 
Continue Reading...

Jumat, 21 Juni 2019

Patah Hati; Sakit Tapi Tak Berdarah

 "I wish I were a little girl again because skinned knees are easier to fix than a broken heart" - Anonymous

Pilih sakit hati atau sakit gigi? Gue sih mendingan sakit hati. Sakit gigi sumpah gak enak banget. Nyiksa parah. Tapi apakah sakit hati lebih baik? Gak juga sih haha. Sakit hati itulah pengejewantahan dari sakit tapi tidak berdarah. Yang udah pernah pasti tau rasanya. Dada/jantung nyut-nyutan, nyeri, trus otot-otot di di wajah udah gerak gak jelas trus gak lama keluarlah air anget-anget gimana gitu dari mata. Rasanya juga gak enak banget. Bikin otak gak bekerja sebagaimana mestinya.

Saat gue nulis ini, gue habis putus layangan cinta setelah membina hubungan selama kurang lebih lima tahun. Alasan putusnya ntar gue ceritain kalo gue udah siap buat buka-bukaan. Gue lagi patah hati. Berat. Kayak badan gue. 

Sebenernya gue udah siapin hati buat hari-hari ini. Entah kenapa gue tau kalo saat ini bakal tiba cepat atau lambat. Tapi sebaik-baiknya persiapan kadang gagal juga. Hati gue remuk. Udah gak berbentuk. Gue sedih trus nangis tersedu-sedu, sesekali meraung. Ya mau ngapain lagi? Masa gue kudu lari-lari telanjang di tengah jalan atau ngambil piso buat ngiris-ngiris pergelangan tangan. Bukan gue banget sih haha. Masih pengen hidup gue (untungnya). Lima tahun cuy. Lama itu. Apalagi frekuensi pertemuan yang intens dan relasi yang gak biasa-biasa aja. 

Gue pernah ada di posisi ini sebelumnya. Iya, gue pernah patah hati sebelumnya. Pas putus sama cinta pertama gue dan sekaligus gue harus kehilangan dia selama-lamanya. Itu sakitnya susah buat diungkapin sih. Nelangsa kalo kata penyair-penyair. Saat itu gue punya banyak teman di sekeliling gue yang selalu ada saat gue butuhin. Yang selalu ngeladenin dan ngedengerin saat gue mau muntahin semua kesedihan gue. Jadi gue galaunya masih bisa teratasi. Buktinya gue bisa move on. Ye gak.

Sekarang di penghujung umur 20-an, circle pertemanan makin kecil. Temen-temen deket masih lumayan tapi hampir semuanya jaraknya jauh. Thanks to teknologi gue masih bisa curhat lewat aplikasi chat atau nelpon. Ada kelegaan tapi rasanya tetap gak sama. Gue ngerasa kesepian di sini. Nambah lagi satu hal yang bikin gue gak betah di kota yang katanya istimewa ini. Satu-satunya cara ya curhat habis-habisan sama Tuhan lewat doa. Kedengeran sok relijius ya haha. Tapi beneran ngebantu banget loh. Katanya tingkat tertinggi kegalauan itu pas malem-malem lo sendiri trus ngadu sama Tuhan sambil bercucuran air mata. But, after that you will feel better.

Gue ngerasa ini salah satu titik terendah gue. Kenapa? Karena timing yang salah. Kenapa gue harus patah hati di saat gue lagi dalam proses nyelesaiin tesis? Kenapa gue harus patah hati di saat keadaan finansial gue lagi megap-megap? Why oh why? Apakah maksud dari semua ini, Ferguso? Luna Maya ditinggal kawin Reino Barack sih enak. Udah cantik banyak duit pula jadi pas galau tinggal terbang ke Swiss, bosss. Lah gue, patah hati boro-boro ke Swiss. Mau guling-gulingan ngegalau sambil liatin ombak di Pantai Parangtritis aja sulit. Zad bangedh.

Namun, sebagai perempuan yang bentar lagi berumur 30 tahun gue harus lebih bijak dan dewasa dong yaaa (eh harus gak ya? haha). Gue coba tenang dan mikirin ini pelan-pelan. Mensugesti diri kalo everything happens for reason. Kalo there is always sunshine after the storm. Kalo everything is good in God's time. Dan kalimat-kalimat motivasi lainnya. Sekarang aja gue jadi jamaah Merry Riana loh dan akan jadi penonton setia akun youtube Kelas Cinta. Mashok pak ekoooo.

Kemarin gue denger kata-kata ini, "ketika patah hati, sedih itu sudah pasti tapi menderita itu pilihan". YHA JUGAK SIH. Lo sedih ya boleh banget nangis tapi lo mau terpuruk terus dan ngorbanin hal-hal penting di hidup lo hanya karena seorang laki-laki yang bahkan gak bisa ngejaga hati lo? Lo mau idup lo ancur karena seorang laki-laki yang udah gak peduli sama lo? *emosik*.

Selain sugesti dan motivasi, ada satu hal lagi yang bikin gue bertahan dan berusaha kuat. Apakah itu? Jeng jeng jeng. Orang tua gue, teman-teman. Iyap. Ibarat lo udah dibesarin dari pitik sampe udah gede (literally) dengan darah dan keringet, masa iya lo sia-siain harapan mereka karena orang yang baru dekat gak sampe setengah hidup lo. Mereka udah ngorbanin banyak hal banget buat bikin lo sampe di titik ini. Itu ngebantu gue jadi waras banget loh. 

Terima kasih mamak bapak. Anakmu tak akan terpuruk lama kok. Ini hanya sakit yang akan sembuh seiring waktu dan dengan obat yang tepat. Ini hanya fase hidup yang harus anakmu lewati untuk jadi manusia yang lebih tangguh dan lebih baik. Anakmu sekarang bersedih tapi tak akan berlama-lama gundah gulana. Anakmu akan terus maju dan berdiri tegak menatap masa depan cerah bersama calon menantu kalian, Chris Evans. 
Continue Reading...

Minggu, 26 Mei 2019

Game of Thrones; Now My Watch Has Ended

"When you play the game of thrones, you win or you die"  - Cersei Lannister

Gak nyangka bakal tiba di saat ini. Saat gue nulis tentang Game of Thrones buat nulis apa yang gue rasain setelah serial ini bener-bener abis. Serial yang ditayangkan pertama kali tahun 2011, tapi baru gue tonton dua tahun kemudian setelah udah muncul 3 season. Jadi gue udah menggauli GoT ini 6 tahun. Kalo anak kecil udah mau masuk SD. Gak berasa.

Poster tipuuuuuu :')
Back to the time we first met, gue awal nonton karena direkomendasiin sama seorang senior dan bilang kalo serial ini bagus banget dan beda dari yang lain. Kebetulan gue emang selalu minta rekomendasi serial atau film sama beliau dan gak pernah kecewa. Dan sekali lagi gue gak kecewa. Gue kira awalnya ini serial kolosal biasa tentang perebutan tahta (besi) atau Iron Throne dengan saling bunuh, saling mengkhianati dll. Bener tapi gak sekedar itu. Semua orang yang nonton GoT pertama kali, hampir 100 persen pasti mikir Ned Stark yang bakal jadi raja selanjutnya. Hahahahaha sama! Tapi ternyata tidak semudah itu, ferguso. Doi mati. Dipenggal. Shock banget nontonnya sampe mikir "Ini serial apaan sih? Kok bikin stress gini". Dan ternyata setelah lanjut nonton, kematian Ned Stark gak ada apa-apanya dibanding kematian yang lain. Sakit sih. Lo udah yakin banget nih si anu menang atau bisa balas dendamnya eh taunya dia mati juga. Cara matinya mengenaskan pula gak disangka-sangka. Nonton serial ini emang butuh jantung yang sehat.

Selain adegan berdarah-darah, di awal-awal serial ini banyak adegan ena ena yang gak disensor sama sekali kayak teteknya Sandy di Spongebob. Nudity is kind of attraction. Tapi yang nonton GoT cuma buat liat adegan-adegan ini harus siap-siap kecewa karena makin ke belakang makin kurang. Tapi gue yakin apapun niat awalnya kalo udah kepalang nonton bakal susah lepasnya. Trus bukannya baca-baca sejarah Indonesia malah sibuk baca sejarah Westeros, dunia antah berantah bikinan George R.R. Martin.

Selain sejarah, belajar baca peta juga. Warbiyasak yaaa
Nonton GoT juga ada manfaatnya buat melatih daya ingat. Kalo udah kecemplung lo bakal berusaha inget semua nama-nama karakternya. Gak cuma karakternya tapi juga nama klan beserta slogan-slogan house mereka. Bener-bener kayak masuk di dunia fantasi dan lo berasa jadi bagian mereka. Gue kira dulu hapalin karakter di Harry Potter udah paling belibet ternyata ada yang lebih kompleks lagi. Dan yang menarik dari karakter-karakternya adalah perkembangan mereka. Selama 8 season, sebagian besar karakternya berubah-ubah dari baik, menyebalkan, baik lagi, mengenaskan, menyebalkan lagi dan seterusnya yang bikin kita juga berubah-ubah penilaiannya. Iya, you can say otak sama perasaan kita diobok-obok.

Talk about cinematography
Game of Thrones juga tentang naga-nagaan. Bukan naga Indosiar tapi yaa
Ada yang namanya direwolf juga
Scene-scene perangnya epic semua. Ini salah satu yang paling bagus menurut gue
Selain naga dan direwolf, GoT juga tentang zombie aka White Walkers aka Army of the Dead
Buat sinematografinya ga usah ditanya deh. Kelas dunia. Nonton behind the scene-nya gue selalu terkagum-kagum. Proses pembuatannya niat banget dan di tempat-tempat indah dunia, tempat-tempat yang pengen banget gue kunjungin. Niat aja dulu. Ke sananya mah kapan-kapan. Satu lagi yang gue suka dari serial ini adalah quotes-quotesnya yang dalem dan penuh makna #tsah. Contohnya :

"The man who passes the sentence should swing the sword" - Ned Stark
"Never forget who you are. The rest of the world will not. Wear it like an armour and it can't never be used to hurt you" - Tyrion Lannister
"There is no cure for being a cunt" - Bronn
"A lion doesn't concern himself with the opinion of sheep" - Tywin Lannister
"I don't plan on knitting by the fire while men fight for me" - Lyanna Mormont
"Nothing fvcks you harder than time" - Davos Seaworth

Dan masih banyak lagi quotes-quotes keren dan selalu terngiang-ngiang di kepala gue. Beberapa dari quotes ini buat nunjukin gimana sifat atau keadaan si karakternya. Gila yaaa. Ampun pak... ampun...

Selain itu, karena serial ini didapuk sebagai the best tv show in the world, fansnya juga bejibun. Sebagian dari mereka sibuk bikin teori ini teori itu tentang apa yang bakal terjadi, siapa yang bakal jadi raja, siapa bunuh siapa dikait-kaitin sama cerita-cerita sebelumnya. Begitu tayang dan gak sesuai sama teori ya kesel juga tapi mau gimana, kita kan cuma remah-remah di semesta Westeros ini.

Pokoknya gitulah ya. Pengen ngomongin jalan ceritanya tapi bakal panjang banget. Kesimpulannya, ini salah satu serial terbaik yang pernah gue ikutin dan sukses bikin baper. Bukan kaleng-kaleng. Gue sama temen-temen deket malah bikin grup khusus buat ngomongin serial ini. Grupnya masih ada sampe sekarang dan sering beralih fungsi jadi tempat curhat, ngomongin bokong artis, ngomongin film atau musik dan masih banyak lagi. Tapi gak berhenti ngomongin serial ini karena kami emang gak gampang move on ha ha ha ha. Thanks Game of Thrones! So long... so long...

Valar Morghulis!


ps. katanya mau dibikinin prekuel judulnya 'Bloodmoon'. semoga aja sebagus ini biar netijen gak banyak bacot
Continue Reading...

Selasa, 07 Mei 2019

Endgame; Salam Perpisahan Tiga Jam

"This is the fight of our lives and we're going to win. Whatever it takes" - Steve Rogers

Sebuah penggalan pidato Captain America saat mereka mau melakukan perjalanan kembali ke masa lalu buat ngambil Infinity Stones. Setelah nunggu sekian bulan akhirnya puncak dari segala kegaduhan yang dibuat Thanos sampe ke babak akhir. Sebuah penutup dari perjalanan panjang Marvel Cinematics Universe selama 11 tahun dengan 21 film (22 dengan Endgame).  Endgame ini durasinya tiga jam! Kebelet kebelet dah lo. Bagi yang ngikutin dari awal pasti punya harapan besar ini jadi perpisahan yang gak cuma manis tetapi juga harus mencengangkan. Ya iyalah, fans banyak nuntut kayak kita mah pengen ending yang banyak efek kejutnya dan gak garing :)) Tapi kayak yang udah-udah, kita pernah gak dikecewain sama Russo Brothers? Kayaknya sih gak pernah ya. Dikecewain cowok php sih sering #ehgimana

Poster yang gitu-gitu aja tapi dinanti-nanti
Infinity War menyisakan banyak luka karena jagoan-jagoan kita jadi debu setelah Thanos menjentikkan jari dengan keenam Infinity Stones di tangannya. Perasaan luka ini digantung gitu aja dan mulai berteori tentang gimana caranya ngalahin Thanos. Ternyata bukan kita aja yang mikir gini. Jagoan-jagoan yang sisa gak kalah terlukanya. Ya iyalaaahhh. Yang mati temen mereka. Di Endgame dikasih liat tuh gimana hopeless-nya mereka nyari cara buat balikin setengah penduduk semesta. Ada yang nyerah, ada juga yang nyimpen harapan walaupun tipis. Setipis kemungkinan body gue kayak model Victoria's Secret. Scene-scene ini ngasih liat ke kita kalo superhero juga manusia yang bisa putus asa (pengecualian buat Rocket). Scene-scene ini juga ngasih liat ke kita kalo orang menghadapi kekalahan dan kehilangan dengan cara yang berbeda-beda. Untung babang Evans masih mulus dan menawan, jadi gak suram-suram amatlah.

Tapi bukan Marvel namanya kalo gak ada humornya. Celetukan-celetukan bangke khas mereka tetep diselipin. Paling bangke sih pas Rocket sama Hulk dateng ke New Asgard dan muncullah Thor yang udah jadi pemabuk dengan perut buncit dan rambut berantakan karena galau selama 5 tahun ngerasa gagal ngalahin Thanos. Otot-otot sempurna babang Hemsworth gue sirna sudah *cry*
Ngakak mulu kalo liat ini :))
Di awal para Avengers minus Iron Man plus Captain Marvel sempat nemuin Thanos yang udah jadi petani dengan tujuan ngerebut kembali Infinity Stones. But you can't always get what you want, meenn. Infinity Stones ternyata udah dimusnahin dan Thanos udah gak punya power. Dengan emosi kepalanya dipenggal gitu aja sama Thor. Dan here we are, para superhero kita jatuh dalam lembah kekelaman (again). Ouch!

Clint Barton aka Hawkeye yang gak muncul sama sekali di Infinity War muncul di awal film ini lagi maen sama keluarganya yang tiba-tiba jadi debu. Dengan hilangnya keluarga, Clint membabi buta bunuh-bunuhin gangster. Captain Marvel jadi anak baru di tim setelah nyelamatin Tony Stark dan Nebula yang terdampar di luar angkasa. Sementara Tony memulai hidup baru sama Pepper Potts dan punya anak super cute yang dikasih nama Morgan. Steve Rogers jadi motivator di perkumpulan orang-orang yang kehilangan (Joe Russo sempet-sempetnya jadi cameo). Thor jadi samvah kayak yang gue bilang tadi. Natasha Romanoff galau dan gak move on setelah 5 tahun kejadian. Move on emang susah mbak. I feel you.

Setelah Infinity War beberapa teori muncul tentang gimana balikin orang-orang yang udah musnah. Doctor Strange yang ikut musnah juga hanya ngeliat 1 kemungkinan menang dari 14 juta kemungkinan. Nah 1 kemungkinan ini yang bikin penasaran. Gue pribadi sih mikirin teori terlibatnya Ant-Man yang stuck di quantum realm. Gue mikir kalo makhluk yang musnah ini jadi sub-atom gitu trus terjebak di sebuah tempat kayak yang didatengin sama Ant-Man di film dia sebelumnya. Ternyata gak sepenuhnya salah (trus gue bangga sendiri gitu). Ant-Man dengan bantuan tikus (iya, tikus) keluar dari alat yang dibikinin Hank Pym dateng ke markas Avengers ketemu sama Natasha & Steve ngomongin tentang time travelling. Harapan yang gak kosong-kosong amatlah apalagi ternyata Tony udah mikirin itu selama ini. Time travelling ini tujuannya buat ngambil Infinity Stones dari tempat dan waktu yang beda-beda.

Whatever it takes. Njirrrr... Goosebumps!
Time travelling yang mereka lakukan ini bikin kita flashback ke beberapa film Avengers sebelumnya. Selain itu bikin haru juga. Tony ketemu bapaknya, Thor ketemu ibunya dan Natasha mati ngorbanin diri buat dapat Soul Stone. A soul for a soul. Bruce Banner yang udah berbentuk Hulk permanen dapat kehormatan buat ngelakuin snap setelah Infinity Stones kekumpul. Snapnya berhasil balikin setengah makhluk yang dimusnahin Thanos. Tapi time travelling Rhodes dan Nebula ke Morag buat ngambil Power Stone gak berjalan lancar karena ketahuan Thanos di masa itu (masa lalu buat kita). Nebula masa lalu (yang masih jahat) balik ke markas Avengers sebagai Nebula masa kini (kayak judul majalah) dan buka portal buat Thanos masa lalu. And the final battle begins...

Gue kehabisan kata-kata sih buat gambarin final battle ini. Epic. Banget. Itu yang nonton bioskop tepuk tangan mulu. Apalagi pas bagian Captain America bisa ngangkat mjolnir sama petir-petirnya. Belum lagi pas jagoan-jagoan yang udah musnah kumpul semua dan captain teriak "Avengers.... assemble". Merinding gilak. 11 tahun perjalanan ya buat nyampe di sini. Tapi dalam perang selalu ada korban dong ya. Sayangnya Iron Man yang kudu meregang nyawa karena ngelakuin snap buat musnahin Thanos dan semua pasukannya. Sedih lagi. 

Bikinin fans. Keren banget gak sih?!
Bikinan fans juga. We will miss you, Tony :")
Walaupun ada beberapa pertanyaan tentang timeline yang dianggap netijen sebagai plot hole, gue sih bilang film ini pas banget buat jadi penutup. Captain America balik ke masa lalu buat balikin batu-batu laknat yang bikin kaco trus balik-balik udah tua. Ternyata doi tinggal buat ena ena sama Peggy Carter. Ntaps kep! Udah gak tau lagi juga harus ngomong apa buat nanggepin kejeniusan Kevin Feige dan Russo Brothers. Gue yakin dalam beberapa dekade ke depan susah buat nandingin universe-nya Marvel Cinematics. Hats off!!! 

Trio Ambisi
Continue Reading...

Sabtu, 27 April 2019

Tentang Duka

"Kematian mengambil raga. Tuhan mengambil jiwa. Pikiran menyimpan kenangan. Hati menjaga rasa cinta. Dan keyakinan membuat percaya bahwa kita akan bertemu lagi dengan yang telah mendahului"


Benar bahwa orang lahir dengan cara yang sama tetapi mati dengan cara yang berbeda-beda. Kita manusia hidup dengan prasangka bahwa kematian itu jauh. Padahal justru kematian itulah yang paling dekat. 

Kita semua pernah kehilangan, aku rasa. Tetapi aku tidak pernah membayangkan bagaimana perasaan orang tua yang kehilangan anaknya. Air mata mau tak mau menetes mendengar jeritan ibu di atas jenazah buah hatinya. 

Kehilangan sudah pasti menyakitkan. Ada yang bertahan, ada yang menyerah. Kata bijak, ayat kitab suci, dan nasehat kadang tak berguna karena begitulah rasa sakit. Bagian lucunya, kita semua akan mengalaminya tanpa terkecuali.

Bagi mereka yang berduka, kuberikan pelukan hangat dan sebaris doa semoga tidak menyerah pada rasa sakit. Semoga tetap yakin bahwa segalanya sudah merupakan kehendak Yang Maha Kuasa. Bahwa ini adalah salah satu bagian jalan panjang kehidupan yang fana. Bahwa segala sakit dan duka akan sembuh oleh waktu dengan dukungan dari orang-orang tersayang. Bahwa hidup adalah tentang mendapatkan dan kehilangan.

Aku tahu ini memang sulit. Melakukannya tak semudah mengucapkan. Sangat sulit...
Continue Reading...

Rabu, 27 Maret 2019

Senyum dan Semangat Pendidikan dari Perbatasan Tana Toraja

 "Sehari Mengajar, Seumur Hidup Menginspirasi"

Begitulah kira-kira slogan yang akrab di telingaku beberapa hari ini. Saat memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam Kelas Inspirasi Toraja 2019, tak ada keraguan sedikit pun. Bagiku ini adalah kesempatan langka untuk melihat langsung potret pendidikan di daerah terpencil Toraja. Karena terus terag sebagai orang Toraja asli, aku belum pernah menginjakkan kaki di kecamatan terluar Kabupaten Tana Toraja yang akan dijadikan lokasi kegiatan. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa Toraja itu luas atau memang aku yang kurang piknik.

Berangkat Minggu siang menggunakan truk pengangkut barang (di Toraja truk ini sudah biasa dipakai untuk mengangkut orang), kami menuju ke Masanda. Aku tergabung ke dalam Tim 7 dan akan bertugas di SDN 364 Pali' Pali', Lembang (Desa) Pali' Orong. Sebelumnya aku sudah diberi tahu bahwa sekolah ini merupakan yang terjauh dari semua sekolah yang akan didatangai oleh Kelas Inspirasi Toraja. Tak masalah. Bagiku semakin jauh semakin bagus, kata sindrom kurang piknik dalam otakku. Kami menghabiskan waktu sekitar 3 jam untuk tiba di tempat kami akan bermalam dengan setengah jalan aspal mulus dan setengah jalan tembok yang sudah mulai rusak. Tidak hanya rusak, jalan itu juga mengitari beberapa gunung yang kadang menanjak dan kadang menurun. Goncangannya membuat kami harus berpegangan erat pada truk. Namun perjalanan jauh beserta goncangannya terbayar dengan pemandangan alam menakjubkan. Deretan pegunungan hijau yang tersusun rapi dan terhampar luas seakan tidak berujung. Dari tempat kami, desa yang termasuk wilayah Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat terlihat jelas.

TIm 7 Mantul!
Lembang Pali' Orong dihuni oleh masyarakat asli Masanda dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Di sini kita bisa melihat banyak pohon kopi dan aneka jenis pohon buah lainnya serta petak-petak sawah berbentuk terasering. Tak ada signal handphone dan akses internet di desa ini. Jika ingin mengakses internet, harus ke kantor lembang untuk terkoneksi dengan wifi. Aliran listrik juga tidak ada. Untuk penerangan, masyarakat mengandalkan turbin air yang dapat membuat lampu menyala dari pukul 5 sore sampai pukul 6 pagi. Kebutuhan sehari-hari didapatkan dari kebun dan juga dari pasar yang ada di Ratte, pusat kecamatan setiap seminggu sekali. Jaraknya pun lumayan karena kondisi jalan yang masih kurang bagus.

Hanya ada satu sekolah dasar di Pali' Orong. Jika sudah lulus, mereka meneruskan ke sekolah menengah pertama yang terletak di lembang lain. Untuk mencapai sekolah mereka harus berjalan kaki dan berangkat subuh ketika masih gelap. Sedangkan untuk mereka yang akan melanjutkan ke sekolah menengah atas, tak sedikit mereka yang 'merantau' ke Makale (ibukota kabupaten Tana Toraja) atau ke kabupaten tetangga. Sebuah perjuangan yang cukup berat untuk mendapat pendidikan.




SDN 364 Pali' Pali' yang merupakan satu-satunya sekolah di desa tersebut memiliki 97 orang siswa dengan 25 orang di antaranya bersekolah di kelas jauh. Kelas jauh ini diadakan karena jarak dan medan yang sulit untuk mencapai gedung sekolah utama. Guru yang mengajar tidak sampai 10 orang dan sebagian besar masih merupakan pegawai honorer. Dengan dibantu tiga orang anggota TNI yang ikut berpartisipasi dalam Kelas Inspirasi Toraja, pada hari Senin kami mengadakan upacara bendera di SDN 364 Pali' Pali'. Lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu Indonesia Pusaka berkumandang di lapangan sekolah yang terletak di lembahan itu. Nyanyian anak-anak tersebut terasa menggetarkan hati. Hari itu semangat dan inspirasi muncul dari sebuah sekolah kumuh, anak-anak yang berpakaian lusuh dengan tas dan sepatu yang sudah usang. Aku tak paham bagaimana mereka masih sangat bersemangat menjalani hari-hari dalam segala keterbatasan. Aku tak paham bagaimana mereka masih bisa tersenyum dengan keadaan tersebut.

Aku rasa kami yang datang ke sana tidak hanya (mencoba) menginspirasi tetapi kamilah yang terinspirasi. Terinspirasi untuk seperti anak-anak Pali' Pali' yang tetap tersenyum dan bersemangat apapun keadaannya. Untuk menemukan segalanya dalam ketiadaan. Terima kasih SDN 364 Pali' Pali'. Terima kasih Kelas Inspirasi Toraja 2019. Aku dan para relawan, sehari mengajar, seumur hidup terinspirasi.


Continue Reading...

Senin, 04 Februari 2019

Sky Castle; Orang Tua, Pendidikan dan Ambisi

"Educating the mind without educating the heart is no education at all" - Aristotle

Lagi-lagi gue dikagetin sama drama korea cerdas dan beda dari yang biasanya kita tonton. Itulah kenapa ulasannya layak masuk blog gue (macam terkenal aja blognya). Seperti biasa, gue dikasih rekomendasi drama korea dari temen. Judulnya Sky Castle. Gak langsung gue tonton walaupun udah gue masukin ke list "must to watch" dikarenakan gue jarang banget nonton drama yang on-going (sementara ditayangin di Korea). Soalnya kalo penasaran, masih harus nunggu seminggu buat nonton episode berikutnya. Menunggu itu gak enak. Apalagi yang ditunggu gak nyadar kalo ditungguin tau-tau udah sama orang lain (apaan sih). Gue lebih milih nonton drama yang udah tamat di Koreanya jadi gak perlu nunggu kalo penasaran. Ngikutin cara ini, siap-siap aja mata jereng kelamaan natap layar hape, laptop atau tv. Semuanya tergantung selera, mana yang dianggap nyaman karena kita di dalam hidup ini seyogyanya mencari kenyamanan bukan? (serah dah!)


Setelah iseng-iseng baca review Sky Castle dan konsisten 'diracunin' sama temen, gue akhirnya memutuskan buat nonton walaupun masih on-going dan baru episode awal-awal. Ini yang namanya keluar dari zona nyaman cuy. Serial ini tayang dua kali seminggu di Korea jadi penantian gak terlalu lama itungannya. Paling gak itu pikiran gue di awal.

Drama ini bercerita tentang perumahan mewah dan ekslusif bernama Sky Castle yang dihuni oleh orang-orang kaya berprofesi dokter dan pengacara. Ceritanya fokus pada kehidupan masing-masing keluarga di mana para orang tua berambisi untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah bergengsi dan kampus ternama. Tentunya dengan jurusan yang sudah ditentukan dari awal. Tujuannya tentu saja untuk mempertahankan gengsi dan kehormatan keluarga. Bagi para orang tua ini, wajib hukumnya anak-anak mereka ngikutin kesuksesan mereka. Kesuksesan tersebut cuma bisa diraih dengan masuk sekolah dan universitas ternama. Para orang tua ini gak pernah baca quotes-quotes motivasi ala-ala tentang makna kesuksesan kayaknya. Fyi, SKY ternyata singkatan dari Seoul, Korea dan Yonsei. Mereka ada tiga nama universitas terbaik di Korea Selatan yang jadi impian banyak orang. Menurut referensi yang gue baca, di sana kita lulusan dari universitas mana ngaruh banget sama kehidupan setelah kuliah terutama di dunia kerja. Jadi pilihan universitas di sana jadi pertimbangan penting.

Dalam drama Sky Castle ini digambarin kalo para orang tua ini berlomba-lomba buat nge-hire tutor terkenal, nyari akademi atau bimbingan belajar terbaik buat anak-anak mereka tanpa peduli sama harganya. Dalam prosesnya, usaha-usaha inilah yang kemudian bikin masalah dan bikin semuanya kacau. Kekacauannya susah digambarkan karena njlimet, in good way. That's why you you semua harus nonton. Yang bikin unik drama ini selain tanpa cinta-cintaan dan adegan romantis adalah nentuin protagonis dan antagonisnya. Ada sih yang bisa langsung dilabelin protagonis atau antagonis tapi beberapa karakter sulit buat dilabelin. Karena semakin diikuti ceritanya, kita semakin ngerti kenapa mereka ngambil pilihan-pilihan itu. Realistis dan tampak nyata. Kisahnya deket dengan banyak terjadi di sekitar kita meskipun gue sendiri belum lihat yang seekstrim itu.

Walaupun di sekitar gue gak ada yang ekstrim kayak di drama ini, tapi paling gak gue banyak liat anak-anak yang tertekan karena dituntut untuk jadi seperti yang dipengenin orang tua. Di kampus gue nemu beberapa temen yang masuk jurusan di luar keinginannya hanya karena paksaan orang tua. Ada yang endingnya biasa aja, ada yang endingnya gak bagus. Itulah kenyataan pahit yang terjadi di dalam sistem pendidikan dan sistem sosial kita sekarang. Harus diakui kalo pandangan dari orang lain jadi hal yang penting banget bagi sebagian besar orang atau keluarga. Bahkan salah satu karakter di Sky Castle bilang gini, "Jaman sekarang orang gak dilihat dari pertemanan atau loyalitasnya tapi dari pendidikan dan kedudukannya". Makjleb!

Orang tua perlu banget sih nonton ini. Calon orang tua juga perlu. Pesan-pesan moralnya banyak. Jalan ceritanya gak usah ditanya lagi, bikin penasaran di setiap akhir episode. Twistnya juga banyak dan bikin emosi diaduk-aduk sepanjang nonton. Akting semua pemainnya juga keren banget. Tonton deh. Sambil kita membayangkan dunia atau lingkungan sekitar kita yang bebas dari penilaian menggunakan standar yang udah ada. Dunia atau lingkungan di mana orang bebas jadi apa aja yang dipengenin tanpa tekanan dari orang lain dan tanpa takut mengambil pilihan hanya karena penilaian orang. Cuma bisa ngebayangin karena semua hanyalah utopia belaka. Hihihi
Continue Reading...

About

Blogroll

About