Jumat, 28 Januari 2011

Penolong

Share it Please
Bagi orang yang percaya Tuhan, pasti tidak ada penolong yang lebih handal daripada Dia. Tapi penolong yang akan saya ceritakan ini adalah sosok penolong lain yang bisa dibilang "asisten" Tuhan (paling tidak itu menurut saya).

Dia adalah seorang wanita yang saya kenal ketika akan memasuki SMA. Dikenalkan oleh seorang penyantun sekolah saya melalui email. Kata-kata yang paling menyenangkan dan paling ajaib menurut saya waktu itu adalah bahwa dia akan membiayai sekolah saya. Waktu itu, saya tidak tahu tampangnya, bagaimana orangnya, bahkan saya salah mengenali dia sebagai pria yang ternyata wanita karena namanya. Waktu itu juga saya dan keluarga sangat senang dan sangat bersyukur bisa mendapat berkat yang begitu besar. 3 tahun sekolah di sekolah yang paling bagus (waktu itu) di Kabupaten Tana Toraja, GRATIS! Dibiayai oleh orang yang tidak pernah saya tahu wujudnya dan hanya berhubungan lewat dunia maya.

Mendekati kelulusan SMA, saya mengikuti tes untuk masuk ke sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya melalui jalur beasiswa. Saya lulus jurusan Sastra Inggris, jurusan yang sebenarnya tidak terlalu saya minati. Saya sangat ingin masuk jurusan teknik. Tapi, itu beasiswa full selama 5 tahun pendidikan kuliah, kurang apa lagi? Saya bimbang.

Tibalah saya lulus SMA dan berkonsultasi dengan "penolong" saya. Saya menceritakan tentang beasiswa yang saya dapatkan dan keinginan saya untuk mengambil jurusan teknik. Dan lagi-lagi kata-katanya bikin saya dan keluarga speechless. Beliau mengatakan kalau ingin masuk jurusan teknik yang paling bagus ya di ITB. Semua biaya saya ke Bandung dan biaya bimbingan serta biaya hidup selama di sana akan ditanggung. Saya merasa orang yang sangat beruntung karena saya dibiayai oleh orang yang sampai menginjakkan kaki di Kota Kembangpun, belum saya tahu wujudnya.

Tetapi, keinginan saya untuk masuk jurusan teknik tidak kesampaian. Saya akhirnya masuk Jurusan Ilmu Pemerintahan di salah satu Universitas negeri di Bandung. Jurusan yang sangat jauh dari keinginan saya. Tapi justru "penolong' saya yang meyakinkan saya untuk tetap mengambil jurusan tersebut karena nilai ilmu sosial saya selalu stabil saat masih SMA. Dan sekarang saya akan memasuki semester kedelapan dan seluruh biaya kuliah dan biaya hidup sampai detik ini masih ditanggung oleh beliau.

Dari percakapan intens selama SMA dan setelahnya, saya sekarang tahu kalau dia adalah orang Indonesia keturunan Tionghoa. Dia sudah lama berkerja di Australia, tempat dia berkenalan dengan penyantun sekolah saya. Pada saat dia memutuskan untuk membiayai sekolah saya, beliau masih lajang dan baru menikah sekitar setahun setelahnya dan mempunyai anak dua tahun setelah pernikahan. Beliau seorang Kristiani. Ketika saya menanyakan kenapa dia mau membantu dan memberikan begitu banyak kepada saya, orang yang tidak pernah dia kenal sebelumnya, beliau menjawab bahwa harta yang dipakainya untuk membiayai saya adalah harta milik Tuhan yang dipercayakan dan disalurkan melalui tangan dia. Speechless (lagi). Saya tidak menyangka di jaman kayak gini, masih ada orang seperti beliau yang begitu mulia dan mau membantu sesama tanpa pamrih.

Walaupun tanpa pamrih, saya tau kalo suatu saat saya harus membalas semua kebaikan beliau. Entah bagaimana caranya. Biarlah Tuhan yang menunjukkan. Saat ini saya hanya bisa berdoa semoga beliau selalu diberi kesehatan dan berkat melimpah diberikan kepadanya. dari beliau saya belajar bahwa membantu orang tidak boleh setengah-setengah dan harta yang sekarang dimiliki hanya titipan Tuhan yang tidak akan kita bawa ke liang kubur.

Sebelum saya lupa, nama "penolong" saya ini adalah Indrawaty Tio :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About