Sabtu, 15 Januari 2022

Hidup Ini Tak Adil Bagi Sebagian Orang

Share it Please
"That's the thing about pain. It demands to be felt" - John Green

Kadang aku bertanya, apa pertimbangan Tuhan memberi cobaan bagi setiap manusia. Apakah cobaan diberikan pada mereka yang lemah imannya? Atau justru cobaan diberikan pada mereka yang kuat hatinya? Jawabannya tentu beragam tergantung keyakinan. Namun, aku menyadari sebuah hal bahwa hidup ini rasanya kadang tak adil bagi sebagian orang. Bagaimana seseorang bisa menanggung begitu banyak kesialan dan penderitaan dalam satu waktu? Logikaku tak sampai.

Hari ini aku mendapat berita yang sangat menyayat hati. Patah. Membuatku bertanya-tanya tentang arti kehidupan yang sedang kita jalani ini.

Seorang temanku adalah seorang ibu dari tiga anak. Anak sulungnya hasil pernikahan dari suami pertama yang harus diceraikannya karena memberi begitu banyak luka. Sebuah keputusan berat tetapi harus dia ambil. Dua anak lagi dari suami kedua yang juga tidak sebaik yang dia pikirkan pada awalnya. Anak sulungnya seorang gadis berumur 14 (empat belas) tahun. Badannya lebih besar dari anak seumurannya dan karena sesuatu hal dia harus tinggal kelas selama dua tahun. Aku beberapa kali bertemu dengannya. Anak tersebut tampak pendiam dan kadang tatapannya kosong. Dia sejak kecil tinggal bersama ayah kandungnya. Temanku pernah berusaha untuk mengambil hak asuh tetapi tak berhasil karena tak berdaya menghadapi mantan suaminya. 

Anak perempuan ini mengaku telah dicabuli ayah kandungnya sejak tahun 2019. Tidak hanya sekali namun berkali-kali. Lebih kejamnya lagi, dia juga dicabuli oleh teman ayahnya atas izin dari ayahnya sendiri. Tak hanya sampai di situ, ada masa di mana haidnya tak kunjung datang selama dua bulan. Dia kemudian dicekoki segala macam obat-obatan untuk menggugurkan kandungan. Saat menulis ini aku tak berhenti meneteskan air mata. Bagaimana mungkin seorang manusia bisa sebiadab itu. Bagaimana mungkin seorang ayah menghancurkan darah dagingnya sampai berkeping-keping tanpa sisa. Bahkan binatang pun tidak akan melakukan hal yang akan melukai anaknya sendiri.

Hati temanku hancur berkeping-keping. Sebelum ini dia sempat ingin menyerah pada hidup setelah berbagai macam masalah menimpa rumah tangganya saat ini. Tidak hanya itu, dia juga dirugikan oleh saudara sendiri, lalu mendapat pemutusan hubungan kerja tak lama setelah itu. Dia dihantam kenyataan pahit dari berbagai sisi. Dia sempat mengatakan bahwa dia sudah tidak sanggup. Aku memberinya semangat untuk tetap bertahan dan meyakinkan dirinya bahwa segala penderitaan ini akan berakhir dan digantikan oleh sesuatu yang lebih baik. Aku menyakinkan dirinya bahwa tidak ada yang abadi termasuk kesakitan. Namun, setelah mendengar berita tentang hal yang ditimpa anaknya aku tidak yakin lagi. Aku mulai goyah. Hidup ini tak adil. Hidup ini terlalu kejam baginya. Aku tak berani membayangkan bagaimana hancur perasaannya ketika tahu anak yang dilahirkannya mendapat perlakuan biadab dari ayah kandungnya sendiri. 

Aku tak bisa berbuat banyak. Sejauh ini aku hanya bisa menyemangati dan mengecek keadaannya setiap hari sementara dia masih menguatkan diri untuk mencari keadilan dan mengusahakan kesembuhan bagi anaknya. Aku mengenal dia sebagai perempuan yang sangat kuat dan berkali-kali aku mengatakan kepadanya bahwa dia bisa melewati semua ini. Namun, setelah kejadian yang menimpa anaknya, aku tak sanggup untuk memberi kata-kata bijaksana lagi. Aku hanya bisa mengatakan kepadanya bahwa aku akan ada saat dia membutuhkan. Aku tak akan berhenti mendoakan agar kakinya tetap kuat, hatinya kembali terekat walaupun banyak bekas luka, dan kepalanya bisa tetap tegak walaupun langitnya runtuh. Kuharap Tuhan menolong.




2 komentar:

  1. Konsisten sampai 2022 masih ada rekam digital tulisannya....salut saudaraku Rara.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kang Mas, terima kasih udah mampir dan sempat membaca tulisan-tulisan ringanku yang udah jarang. Semoga akang dan keluarga selalu sehat

      Hapus

About

Blogroll

About