Senin, 20 November 2017

Justice League; Enam Sehat Tujuh Sempurna

"So why do we fall, Bruce? So we can learn to pick ourselves up" 

Harusnya gue udah ngelakuin ini dari lama. Review film suka-suka. Sesuka hati gue dan seenak jidat gue. Entah kenapa setelah bertahun-tahun punya blog, baru kali ini gue bener-bener mau nulis review film. Biasanya lebih banyak ngebacot di twitter atau di grup beranggotakan lima orang yang gak abis-abis ngomongin film beserta pemeran-pemerannya.

Entah mulai kapan gue mulai peduli antara persaingan DC Comics dan Marvel kemudian membanding-bandingkan mereka berdua. Padahal siapa sih yang suka dibandingkan. Gue aja gak suka dibanding-bandingin sama orang lain. Rasanya gak enak. Lo kayak berasa selalu ada kurangnya. Pokoknya kayak gitulah. Ah apaan sih. Rara, focus! Oke. Dulu gue cuma tau nonton film-film superhero tanpa tau itu punya DC Comics atau Marvel. Oh iya, gue suka hampir semua film tentang superhero dan film-film yang menampilkan heroisme (beda kan ya?). Padahal gue udah tau tuh gimana alurnya. Pemeran utama awalnya biasa aja tau-tau dia punya kemampuan khusus, dia ragu sama kemampuannya trus nolong orang, dia enjoy trus ada kejadian yang bikin dia pengen resign dari kerjaannya sebagai superhero entah orang tersayangnya matilah atau dia ngerasa ga pantes punya kekuatan itu. Lalu musuhnya membabi buta dan mau gak mau dia harus nyelamatin dunia trus dia dapat motivasi entah dari orang yang dia suka atau ga tahan lihat penderitaan orang. Endingnya, dia ngalahin musuhnya. Gitu-gitu aja. Tapi gue suka. Suka banget malah. Bayangin aja, sampe gue dulu gak pernah absen nonton Panji Manusia Millenium dan Saras 008. Oke, gue tua.

Film-film Batman, Spiderman, Superman, X-Men, Iron Man, dll menemani masa kecil dan masa remaja gue. Beberapa dari mereka bahkan menemani gue sampe masa menuju kepala tiga gue. Yap sampai sekarang. Dulu, gue asal nonton dan gak ngerti-ngerti amat. Tapi berawal dari teknologi yang semakin maju dan komunikasi yang semakin mudah, gue mulai 'mendalami' tentang mereka-mereka yang hanyalah fantasi ini. Gue udah mulai baca referensi tentang tokoh-tokoh ini dan nonton film-film serial yang melibatkan mereka serta tentunya ngobrol banyak sama orang-orang yang sama anehnya kayak gue. And here I am, excited gak jelas habis nonton film superhero yang gue suka.

Bagi yang udah baca komik-komik DC, nonton kartunnya atau baca ensiklopedia pasti udah gak asing sama Justice League. Itu loh, kumpulan superhero penyelamat dunia yang beranggotakan Batman (Bruce Wayne), Superman (Clark Kent), Wonder Woman (Diana Prince), The Flash (Barry Allen), Cyborg (Victor Stone), Aquaman (Arthur Curry), dan Green Lantern (Hal Jordan). Setelah sekian lama hanya berkutat di komik dan kartun akhirnya mereka dibikinin film. Barengan. Mereka semua dalam SATU FILM. Oh mai!

enam sehat tujuh sempurna
Batman dan Superman ya udahlah ya. Siapa yang ga kenal coba. Mereka berdua sih udah lama wara wiri di layar lebar dari jaman old sampai jaman now. Wonder Woman sendiri gue gak terlalu notice sebelum kemarin muncul di film Batman vs Superman trus dibikinin film sendiri dan dibintangin oleh pujaan pria-pria di seluruh belahan dunia, mbak Gal Gadot. Ternyata sebelumnya Wonder Woman udah pernah dibuatkan serial tv tahun 1970-an, jaman gue jadi sel telur pun belum. The Flash gue tau dari film serial yang sampai sekarang masih gue ikutin. Green Lantern udah pernah difilmin sebelumnya, diperanin sama Ryan Reynolds sebelum dia murtad jadi antek-anteknya Marvel dalam wujud Deadpool. Cyborg ya gitulah. Seinget gue ga pernah dibikin film atau tv seriesnya. Tapi, film Justice League ini cuma nampilin enam superhero minus Green Lantern. Alasannya yang tadi itu, ditinggal pemainnya magang ke sebelah.

mas Hal idolaque
tega kamu mas mengkhianati cinta ini

Film-film DC (bukan tv series yaa) emang gak bakal ngalahin film-film Marvel. Sad but true. Sementara film-film Marvel dielu-elukan karena alur cerita yang jelas, shiny, dan CGI yang superb, film-film DC dianggap selalu kurang. Beberapa yang udah ditunggu-tunggu dikirain bakal bagus ya ternyata overrated. Batman vs Superman dan Suicide Squad, salah duanya. Film ini bikin kami para #TeamDC harus menanggung cibiran karena ga sesuai yang diharapkan. Terkoyaq hati ini karenamu... Namun, mbak Gal Gadot dengan bodi oke dan ketek mulusnya menyelamatkan kami dengan film Wonder Woman-nya. Habis napas lega dikit, nunggu film Justice League bikin was-was lagi. Bakal bagus gak ya? Bakal sesuai ekspektasi gak ya? Mas Jason sama mas Henry ada adegan hot gak ya? Ya ngapain kek gitu, goyang erotis kek, koloran doang kek apa kek yang bisa bikin gemeteran (efek liat-liat foto BTS sama video-video mas-masque lagi body building *lope lope di udara*). Dan hasilnya....

You Can't Save The World Alone
Mas Ben Affleck alias Batman tambah cakep dengan rambut yang mulai memutih dan brewok yang mulai tumbuh (kenapa harus dicukur sih? kan bagus bisa bikin geli-geli gitu), mas Jason (Aquaman) & mas Henry (Superman) bikin gemeteran dengan adegan telanjang dada yang mempelrihatkan otot-otot mereka (jadi pengen tidur-tiduran duniawi di dada bidang mereka), bro Ezra Miller cukup mewakili bayangan gue tentang Flash meskipun abang Grant Gustin (pemeran Flash di tv series) tetap di hati dan tak tergantikan, bro Ray Fisher kayaknya masih kaku-kaku gimana gitu (apa efek karena jadi robot?) dan mbak Gal Gadot tetap menawan dengan kaki, muka, dan ketek mulus yang abis kebanting, guling2an juga tetep aja cantik. Jalan ceritanya juga bagus dan masuk akal. Sempet bikin deg-degan dan bikin gue kegirangan sendiri. Lumayan ada perkembangan dari sisi humor walaupun gak bakal ngalahin komedinya Guardian of The Galaxy atau Deadpool (ya iyalah jauh). CGI-nya masih bocor-bocor dikit tapi secara keseluruhan, oke banget. Film ini sesuai ekspektasi gue. Kayaknya cukup buat jadi pengantar film Aquaman dan film The Flash yang bakal tayang. Well done *kecup satu-satu, lamain di mas Jason & mas Henry*


PS.
Mas Ben Affleck juga dulu sebelum jadi Batman, pernah magang di Marvel jadi Daredevil. 
Continue Reading...

Kesempurnaan Raisa hanya Ilusi Belaka

"Perfect people aren't real and real people aren't perfect" - Anonymous

(tulisan ini bersifat subjektif dari barisan sakit hati yang tak rela mas Hamish jatuh ke pelukan mbak Raisa)

Beberapa hari ini hampir semua media sosial ramai dengan perbincangan tentang pernikahan Raisa Andriana dan Hamish Daud. Foto dan video pernikahan mereka bikin yang liat jadi baper maksimal. Ya gimana engga, keduanya artis terkenal dan terlebih lagi yang cewek cantik banget (menurut sebagian besar orang) yang cowok ganteng banget (ini menurut gue dan beberapa temen gue yang emang penggemar cowok macho brewok tipis). Gue pertama kali liat Raisa di link berita beberapa tahun yang lalu. Waktu itu dia kalo gak salah sering nge-upload video nyanyi di youtube trus sempet jadi backing vokal juga. Yap, dia cewek cantik yang punya suara lumayan dan belum terkenal-terkenal amat. Ga sampe sepuluh tahun, dia udah setenar sekarang dan jadi simbol kecantikan wanita Indonesia bersaing sama Dian Sastro. Hamish Daud sendiri gue tau dari acara jalan-jalan di tv swasta. Cowok blasteran, punya body oke, brewok tipis dan suka travelling. Nikmat Tuhan mana lagi yang hendak kau dustakan.

Banyak cowok bahkan cewek yang mengidolakan Raisa dan melihat Raisa sebagai simbol kesempurnaan seorang wanita. Cantik, jago nyanyi (walaupun menurut gue suaranya biasa banget), dari keluarga berada yang ikut program KB dan lain sebagainya. Orang bakal susah liat kekurangan dia. Mau nyinyirin juga gimana. Susahlah pokoknya. 

Kesempurnaan itu makin menjadi-jadi ketika dia pacaran dalam waktu yang lama sama Keenan Pearce, cowok cakep versi banyak cewek. Setelah menjalin hubungan sekitar empat atau lima tahun, mereka putus. Nah ini jadi celah nih. Hubungan cewek sempurna juga bisa kandas. Ternyata angin segar bagi penganut paham nobodysperfect-isme kayak gue ini cuma dikasih bentar. Gak lama Raisa jadian sama Hamish Daud setelah sempet sembunyi-sembunyi. Ibarat kehilangan emas eh tau-tau nemu berlian. Penganut paham nobodysperfect-isme mulai bertanya-tanya di mana letak keadilan Tuhan. 

Kesempurnaannya makin jadi lagi ketika dia dipersunting secara resmi oleh sang pujaan hati (kami). Apalagi yang kurang coba. Cantik, terkenal,tajir, nikah sama cowok cakep idola para wanita, sementara doi sendiri adalah cewek idola para pria dan juga wanita. Gak ada celah lagi buat nyinyir. Gue yang suka denial ini sering membayangkan apa kira-kira yang kurang dari Raisa. Mungkin aja kan dia punya tompel segede bola tenis atau bola pingpong atau kelereng deh di bagian tubuh yang terlihat? Atau kalo dia tidur masa cantik juga? Gak ngorok gitu atau ileran atau mangap? Bisa jadi kan ya? Gue masih percaya bahwa Tuhan itu adil, percaya bahwa kesempurnaan hanya milik-Nya dan Andra & The Backbone. Sesungguhnya, kesempurnaan Raisa hanyalah ilusi belaka. 
Continue Reading...

About

Blogroll

About