Minggu, 31 Desember 2023

2023; What A Ride!

"Let go of the past, but keep the lessons it taught you" - Chiara Gizzi

Penghujung tahun ini akan kugunakan untuk sedikit mereview dan berefleksi apa yang telah kulalui selama setahun belakangan. Satu hal yang bisa kupastikan, aku terperangkap dalam dunia pekerjaan yang telah merubahku (walaupun tidak sepenuhnya) menjadi orang yang berbeda dari aku yang sebelumnya.

Melihat postingan tulisan selama 2023, aku tidak menghasilkan satu tulisan pun. Semua tulisan hanya berakhir menjadi draft lalu berdebu tanpa disentuh lagi. Hanya ide awal lalu menguap tanpa inspirasi untuk melanjutkan. Menulis adalah salah satu pelampiasan emosi yang kupunya sejak dahulu. Terlihat dari aku selalu mempunyai diari dan catatan dalam bentuk apapun tentang apa yang kualami dan rasakan real time. Entah itu terkait keluarga, percintaan, persahabatan, pekerjaan dan lain sebagainya. Tidak ada yang luput. Aku juga dapat menceritakan hal-hal tersebut dengan cara yang menarik dalam sebuah tulisan. Selama setahun ini, hal tersebut tidak mampu aku lakukan. Bahkan untuk membaca buku demi menambah kosa kata atau inspirasi sudah sangat jarang kulakukan. Aku hanya bisa menamatkan 3 (tiga) buku. Itu jelas sebuah degradasi. Aku lebih banyak menatap layar handphone. Membaca maupun menulis sudah tidak menjadi pelarian yang menyenangkan.

Padatnya pekerjaan dengan sebagian besar waktu dihabiskan di kantor membuatku tidak berkesempatan untuk memasuki dunia pergaulan yang baru. Lingkar pertemananku hanya sebatas kantor dan ditambah sedikit dari kantor lain di bawah naungan instansi yang sama. Tentu saja ini berbeda dengan aku yang dulu mempunyai banyak lingkar pertemanan. Namun, untuk yang satu ini mungkin seperti yang diucapkan banyak orang bahwa seiring bertambahnya umur, semakin mengecil pula lingkar pertemanan. Salah satu beban berat yang harus ditanggung orang dewasa. Dengan lingkar pertemanan yang itu-itu saja, perbincangan pun hanya seputar itu-itu saja. Benar bahwa kami berbagi beban dan kesah tetapi membicarakan hal yang 'sama' dalam kurun waktu yang lama justru meningkatkan tingkat stress. 

Selain itu, aku juga mulai jarang beribadah secara offline. Begitu hari libur tiba, hal yang ingin kulakukan hanyalah tidur dan enggan untuk bangun menuju ke gereja untuk beribadah secara offline dan bergaul dengan orang-orang yang tidak dekat denganku. Aku malas berbasa-basi. Bagi mereka yang ingin aku segera mendapatkan jodoh (salah satunya dengan bertemu di gereja) ini adalah kabar yang buruk.

Akupun bisa dikatakan tidak menjaga pola makan sehat karena memakan apa saja yang menurutku enak untuk mengurangi tingkat stress karena pekerjaan yang menumpuk. Aku sempat memulai olahraga tetapi lagi-lagi tidak maksimal karena tidak ada waktu atau aku kelewat lelah untuk bergerak. Saat waktu luang tiba, yang kupikirkan hanyalah berbaring.

Aku yang dulu suka bepergian dan mengunjungi tempat-tempat baru. Jika dihitung, dengan pendapatan yang tidak seberapa, aku bisa berlibur setidaknya ke satu atau dua tempat baru dalam setahun. Tahun ini aku hanya sempat berlibur satu kali. Aku beberapa kali ke luar kota untuk dinas tetapi aku menggunakan waktu yang ada untuk bercengkarama dengan teman-teman lama yang sudah lama tidak aku temui. Sebagian besar pendapatanku untuk memenuhi beban adat (sebagai orang Toraja) yang tidak murah dan juga memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada dasarnya semua cukup-cukup saja namun sulit untuk mempunyai simpanan.

Aku menyadari bahwa setelah bekerja dan sepenuhnya menjadi orang dewasa, tanggung jawab juga semakin berat. Aku terkadang iri dengan mereka yang tampak berkecukupan dan segalanya begitu mudah. Sementara aku harus bekerja begitu keras dan mendapatkan yang tidak sebanding dengan tenaga serta waktu yang kukerahkan. Pemikiran ini kadang datang saat lelah melanda dan beban hidup terasa berat. Aku juga sangat sering mengeluarkan umpatan-umpatan untuk melampiaskan emosi karena menemui ketidakadilan dan harus sering berhadapan dengan orang bebal nan bodoh. Aku mudah dikuasai amarah dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain. Walaupun di sisi lain amarahku yang meledak-ledak menjadi hiburan bagi sebagian orang. 

Namun, tidak semuanya tidak baik. Selalu ada dua sisi dalam segala hal. Salah satu caraku bertahan selama ini adalah dengan melihat sisi baik dalam setiap hal yang kualami. Menutup tahun ini, aku melihat seberapa jauh aku sudah melangkah. Seberapa keras aku sudah bekerja. Aku mampu untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang rasanya mustahil untuk diselesaikan dengan segala kondisinya. Permasalahan-permasalahan yang datang baik dalam keluarga maupun dalam pekerjaan bisa terselesaikan dengan baik. Meskipun aku jauh, aku masih bisa bercengkrama dengan kedua orang tua yang menua dengan baik juga dengan saudara-saudaraku yang selalu peduli. Lingkar pertemananku yang tergolong banyak pun masih tetap terjaga walaupun hanya berkomunikasi melalui grup whatsapp. Sehingga ketika bertemu setelah sekian lama, rasanya baru bertemu kemarin. Sahabat-sahabatku pun tidak pernah lelah mendengarkan segala keluh kesahku dan menemaniku menangis. Aku masih bisa makan makanan enak yang kumau, membeli barang yang kuinginkan dan kemampuan untuk memberi. 

Aku selalu kembali pada keyakinan bahwa selalu ada pelangi setelah hujan. Kesulitan selalu disertai kebaikan. Meskipun aku tidak seperti dulu lagi tetapi aku menjadi tumpuan bagi orang lain terutama keluarga. Melihat orang tua tersenyum rasanya sangat cukup. Melepas lelah di dalam kamar kecil nan nyaman dan berkasur empuk pun sudah cukup. 

Di tahun baru, aku tidak ingin membuat resoluasi yang muluk-muluk. Toh resolusiku banyak yang tidak berjalan lancar. Aku hanya ingin diberi kelapangan hati untuk menerima jalan hidupku saat ini dan lebih banyak bersyukur atas semua yang kumiliki. Semoga tahun ini penuh dengan kebahagiaan. Lebih banyak tawa daripada tangis. Lebih banyak melakukan hal-hal yang disukai. Kuharap itu juga terjadi pada kalian yang membaca tulisan ini. Cheers!



Continue Reading...

About

Blogroll

About