Selasa, 18 Oktober 2011

Penundaan dan Keegoisan

Share it Please
"Kapan kamu lulus"? "Kapan kamu wisuda?" Oh My God, pertanyaan-pertanyaan itu asli bikin galau! Tapi wajar sih, soalnya saya bukan lagi mahasiswa baru atau mahasiswa semester 3 atau 4. Saya mahasiswa semester 9! Inget, SEMBILAN! Kalau dihitung-hitung, saya sudah memasuki tahun kelima di kampus ini (baca : Unpad). Dibilang angkatan tua, sudah biasa. Ditanyain kapan lulus, udah sering banget. Ditanyain skripsi udah sampai mana, sudah bosan.

Semuanya berawal dari dulu, ketika saya berjanji dalam hati dan berjanji kepada beberapa teman bahwa saya akan lulus 4 tahun dengan predikat cumlaude. Hari berlalu seperti biasanya, kuliah, ujian, semester pendek, dan begitu seterusnya sampai sampailah saya pada semester 8 di mana saya memulai bimbingan skripsi untuk pertama kalinya. Mengecek transkrip nilai, ah IPK saya tidak sampai 3,5 hanya berkutat di 3,00 - 3,45. Predikat cumlaude, bablas. Memulai seminar pada bulan April yang lalu, beradasarkan perhitungan saya bisa lulus 4 tahun. Saya bisa lulus bulan Agutus. Tapi skripsi atau status mahasiswa bukan matematika. Bulan berikutnya, saat saya menelpon ibu untuk mengirimkan uang tiket ke Makassar, saya bilang saya mau pulang awal bulan Mei. Ternyata, rencananya saya tunda karena saya tergiur untuk ikut kompetisi futsal antar jurusan. Waktu itu saya berpikir bahwa ini tahun terakhir saya. Saya harus memberi sesuatu kepada jurusan saya dan melampiaskan kecintaan saya terhadap futsal. Pada bulan Juni, barulah saya pulang untuk melakukan penelitian. Masih terpatri dalam hati bahwa saya akan lulus bulan Agustus. Kenyataannya lagi, tanggal wisuda bulan Agustus dimajukan karena bulan puasa. Saya realistis. Gak mungkin kekejar bulan Agustus dengan terpotongnya hari kuliah karena libur Lebaran. Maka, saat ditanyai kapan lulus, saya dengan penuh keyakinan menjawab bulan NOVEMBER. Bulan november, mama dan keluarga bisa datang ke Bandung buat wisuda saya.

Kamis, tanggal 25 Oktober 2011 adalah hari terakhir pendaftaran wisuda gelombang 1 bagi para sarjana-sarjana baru kampus saya. Dan saya hampir mustahil untuk mendaftar wisuda gelombang itu. Menuju sidang, ternyata tidak segampang yang saya bayangkan. Dengan banyaknya revisi saat seminar draft dan banyaknya kegiatan organisasi yang saya ikuti, tidak mudah untuk mendaftar sidang. Pupuslah harapan untuk wisuda bulan November dan begitu berat hati saat saya menyampaikan kepada ibu ayah dan kakak saya bahwa mereka tidak bisa datang bulan November ke Bandung untuk merayakan kelulusan saya. Sedih sudah pasti, merasa bersalah apalagi. Beruntunglah saya mempunyai keluarga yang begitu perhatian dan pengertian. Mereka tidak mempermasalahkan kapan saya akan wisuda dan menganggap itu sudah rencana Tuhan. Tapi saya yakin seyakin-yakinnya dalam salah satu ruang hati mereka, ada kekecewaan karena saya mengingkari janji dan tidak membuktikan kata-kata saya.

Saya sering bingung dengan diri saya sendiri. Sebenarnya, apa yang saya cari? Sebelum menginjakkan kaki di tanah pasundan ini, saya bertekad dalam hati bahwa saya akan menjadi orang yang berhasil dan membanggakan bagi kedua orang tua saya. Saya akan menjaga martabat keluarga dan membahagiakan orang-orang yang menyayangi saya. Saya tidak lulus dalam waktu yang cepat, salah satunya karena kegiatan yang membludak. Sebut saja kegiatan pecinta alam, futsal, dan yang terbaru adalah komunitas fans klub bola kecintaan saya. Mereka bukan kambing hitam. Mungkin benar, mereka menyita waktu saya tapi sayalah yang memilih dan memutuskan untuk menjalani semuanya. Saya tidak mau menjadi manusia yang biasa-biasa saja. Saya ingin menjadi berguna paling tidak untuk diri saya sendiri. Saya masih ingin mengunjungi tempat-tempat indah dan jauh dari penat. Saya masih ingin berpertualang dengan status mahasiswa karena menurut pendapat banyak orang, dunia kerja adalah "neraka" bagi orang-orang bebas seperti saya. Tapi beda cerita kalau saya mendapatkan pekerjaan sesuai dengan hobi saya.

November, sidang sarjana kemudian berangkat ke Laos bersama organisasi pecinta alam saya. Desember, perjalanan ke Lombok dan mendaki gunung Rinjani. Januari ke Karimun Jawa dan Jambi. Februari, wisuda. Rencana yang tersusun dalam otak saya. Rencana yang sangat sempurna sebelum saya memasuki dunia kerja. Janji yang dulunya saya ucapkan untuk wisuda pada bulan Agustus, saya ingkari karena keinginan hati yang menggebu-gebu. Ucapan yang tidak saya buktikan mungkin karena keegoisan. Ayah, ibu, maafkan anakmu yang tidak menepati janji ini. Anakmu hanya ingin menjadi orang yang tidak sama dengan orang lain. Maafkan untuk ego yang terlalu tinggi ini.

"What is the point of being alive if you don't at least try to do something remarkable?" -John Green-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About