Selasa, 19 April 2011

Doa dari Papandayan

Angin berhembus kencang malam ini. Aku segera mengambil jaket dan kaos kaki sebagai alat defense (istilah keren, tapi ternyata biasa aja). Kalau tidak salah membaca GPS (Global Positioning System), aku sekarang berada di ketinggian 2100 mdpl. Aku selalu suka dan bergairah saat melakukan hal-hal seperti ini. Kedinginan, tidur di tenda, bersenggama di depan api unggun sambil minum kopi hangat. Mungkin aku hanyalah secuil dari ratusan juta manusia di bumi ini yang menyukai bahkan mencintai hal ini. Agak aneh, menurut pendapat sebagian orang. Tapi inilah yang disebut hobi dan inilah gairah. Menyatu dengan alam, menurutku dan beberapa orang lainnya, yang tentunya juga menyukai hal ini, merupakan salah satu cara untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan.

Meskipun ragaku di sini, tapi pikiranku jauh melayang kepada dua sahabatku. Sahabat yang sangat aku cintai. Sahabat yang beberapa hari yang lalu menyakiti hatiku karena bertengkar hebat. Rasa-rasanya melihat mereka seperti itu lebih sakit daripada putus cinta. Aku berada di tengah dan berusaha untuk bersifat netral. Aku dalam kebingungan yang amat sangat.

Aku berdoa malam ini. Di atas ketinggian ini, berharap Tuhan mampir mendengar doaku dan menyapaku. Berdoa semoga kedua sahabatku kembali seperti dulu. Ya Tuhan, hanya itu. Hanya itu.

Gunung Papandayan,
16 April 2011, pukul 01.15
Continue Reading...

About

Blogroll

About