Jumat, 30 September 2011

Selalu Akan Berubah (Mungkin)

Apa yang istimewa dari hari ini? Tidak ada. Seperti biasa, bangun di saat matahari sudah melewati puncaknya dan beraktifitas ketika umat muslim akan melakukan shalat ketiga kalinya hari ini. Terus terang aku tidak tahu lagi ini pola hidup yang seperti apa. Tengah malam seperti ini, aku masih segar dan tidak ada pertanda kantuk sama sekali. Malam dan siang telah berganti fungsi. Entah sudah berapa lama aku tidak menikmati segarnya udara pagi dan tetesan embun. Aku lebih sering melihat langit hitam dan merasakan hembusan angin malam. Entah sampai kapan semua akan kembali kepada asalnya. Mungkin besok, lusa, minggu depan, bulan depan atau tidak sama sekali.

Time changes, people changes. Termasuk aku. Semakin hari aku merasa bukan diriku yang dulu. Aku yang dulu suka bertualang, malah lebih sering menolak ajakan untuk menginjak tempat baru. Apakah karena rutinitas mengerjakan skripsi? Mungkin iya. Aku seorang mahasiswa yang sedang dihantui pertanyaan kapan lulus. Apakah hidup hanya masalah gelar atau pencapaian akademis? Paling tidak itu adalah salah satu hal yang diiginkan ibu dan ayahku dengan tetesan air mata, perasan keringat dan cucuran darah. Mereka yang mempunyai keinginan kuat agar anaknya bisa bersekolah setinggi-tingginya dan dapat mengangkat martabat keluarga. Aku tidak ingin menyia-nyiakannya. Jika sekarang aku berubah, biarkan saja. Aku manusia bebas yang menerima dan mengalami perubahan. Lantas, akankah selamanya begini? Tentu tidak. Aku akan kembali berpetualang. Sebentar lagi, setelah semuanya selesai, jika Tuhanku berkenan.

Kamar 6b, 18 September 2011.
Continue Reading...

Rabu, 21 September 2011

Hujan Pertama

Jatinangor, di sinilah aku sekarang, di kota tempat peraduan nasib jutaan manusia. Setengahnya adalah mereka yang sedang beradu nasib dengan ilmu dan kertas. Sudah lama sekali sejak hujan terakhir turun membasahi tanah ini yang diganti oleh panasnya sang matahari yang perkasa dan dinginnya hembusan angin saat bulan menyapa. Hari ini, hujan pertama dalam musim yang baru. Masih tercium bau tanah yang basah. Syukur yang begitu besar kepada Sang Pencipta atas berkat yang tak terhingga. Syukur untuk hujan pertama di bulan ini. Semoga bisa mengobati kekeringan. Kekeringan hati karena kerinduan.
Continue Reading...

Senin, 19 September 2011

Tak Ada Upacara dan Bunga

Kau tau? Aku ingin menulis di "dindingmu" bahwa aku sangat merindukanmu. Jika perlu, kuaktifkan tombol caps lock pada laptopku untuk menulis semua yang kurasakan. Tapi kau tau, semenjak kepergianmu, aku malah merasa, aku ini siapa? Aku mungkin hanya dari masa lalumu yang ingin kau hapus. Tapi benarkah aku ingin kau hapus dari ingatanmu? Lalu apa arti ucapan selamat pagi, selamat malam, kata rindu, kata penyemangat dan pertanyaan-pertanyaan bodoh yang kau kirimkan padaku walaupun kita terpisah oleh jarak yang semakin jauh?

Aku tidak tau. Sampai kau meninggalkan dunia pun, aku benar-benar tidak bisa mengerti apa yang ada di dalam pikiranmu dan arti dari semua tindakanmu. Kau benar-benar manusia yang kompleks bagiku. Bahkan saat kau tidak ada pun, kau masih bisa membuatku frustasi. Ahh, entah apa nama rasa ini. Kau manusia yang penuh dengan kejutan. Mungkin itu yang membuat orang mencintaimu.

Aku memohon maaf jika tidak bisa memberimu apa-apa. Aku tidak membuatkanmu acara peringatan atau menanam bunga di makammu. Aku rasa orang tidak perlu tau bagaimana aku mengenangmu. Toh kau dulu bilang kau tidak suka bila semua hal dipublikasikan. Aku mengenangmu dengan caraku. Cara yang hanya aku, kau dan Tuhan yang tau. Hal terakhir ini yang bisa membuat aku merasa memilikimu seutuhnya.
Continue Reading...

Minggu, 11 September 2011

Ikhlas Sepenuhnya (Aku Harap)

40 hari sudah semenjak kepergianmu. Sekarang, hidup akan terus berlanjut. Tidak ada lagi rasa sedih dan tidak ada lagi air mata. Aku tidak pernah berhenti berharap dan berdoa semoga kau mendapat kebahagiaan abadi di sana. Doa juga untuk kebahagiaan mama, kakak dan adik yang kau tinggalkan. Berbicaralah kepada Bapa di surga agar dia memberikan keikhlasan penuh bagi kami menjalani sisa hidup ini. Full of peace and love, dear Willson :)

Continue Reading...

Sabtu, 10 September 2011

Hidup terus berjalan

Hidup itu berjalan terus menerus selama matahari masih terbit dari timur dan terbenam di barat. Hidup itu berjalan selama dunia berputar dan pagi berganti malam serta sebaliknya. Tetapi hidup yang aku dan kamu hidupi pasti ada perhentian. Cuma sejenak. Tidak lama. Sekedar untuk menarik nafas dan kemudian kembali berjalan. Terkadang yang menjadi masalah adalah jika aku berhenti terlalu lama dan lupa arah mana aku akan berjalan selanjutnya. Perhentian itu seperti candu dan susah untuk bergerak dari sana. Perlu usaha yang lebih untuk lepas. Aku ada di perbatasan antara keapatisan dan kemauan. Keapatisan untuk melanjutkan apa yang seharusnya aku lanjutkan dan kemauan untuk mengejar apa yang seharusnya aku kejar. Aku melihat orang lain sudah jauh di depan meninggalkan aku. Jika aku tidak berlari, maka mereka akan semakin meninggalkan aku jauh di belakang tanpa menoleh sedikitpun. Aku harus berlari lebih kencang jika aku ingin menyusul atau bahkan mendahului mereka. Kenapa? Karena jika aku diam dalam keapatisan aku sama dengan mati. Karena mimpi yang aku punya sedang tertawa menari-nari mengejekku, memintaku untuk mengejar mereka sampai dapat. Karena hidup itu harus berjalan dan tidak akan menungguku.
Continue Reading...

Minggu, 04 September 2011

(Masih) Mengenangmu

Sudah sebulan semenjak aku terdiamdan mengecek handphone hampir setiap menit menunggu berita tentangmu. Dalam hatiku bergolak rasa khawatir bahwa kau akan pergi untuk selamanya. Hal yang paling menyakitkan adalah rasa khawatir itu benar. Kau benar pergi dan tidak akan kembali.
Sudah sebulan aku tidak bisa berhenti memikirkanm, berpikir mengapa semua ini terjadi. Berpikir tentang rencana Tuhan selanjutnya. Ini semua benar-benar di luar intuisiku.
Aku sekarang bisa tertawa. Aku tidak menangis. Aku sudah tidak berduka karena kematianmu. Aku benar-benar menyadari bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti akan datang tidak tahu kapan. Aku hanya mengenangmu. Mengingat hal yang dulu pernah terjadi. Waktu yang kita lewati berdua. Waktu yang sangat melibatkan emosi dan semua curahan perasaan. Waktu dimana aku mengenalmu secara utuh dan begitupun sebaliknya. Kenangan-kenangan itu yang menyayat-nyayat hatiku. Aku rasanya terperangkap dalam dimensi waktu itu. Aku ingin bergerak maju dan keluar. Keyakinanku, sekarang kau berada di tempat yang indah, tempat dimana tidak ada sedih, marah dan kecewa. Yang ada hanya kedamaian dan kebahagiaan. Tempat yang juga akan menjadi tempatku nanti. Jika sekarang kau benar-benar bahagia, tidak ada alasan bagiku untuk tidak bahagia. Bukankah cinta yang tulus adalah turut bahagia melihat orang yang kita cintai bahagia?
Ya sayang, aku tidak bersedih. Aku selalu tahu kalau kau sangat benci melihatku menangis. Aku hanya mengenangmu. Aku merindukanmu.

Di dalam kamar seorang teman.
Bandung, 3 September 2011.
Continue Reading...

Kamis, 01 September 2011

Kantukpun Akan Kubeli

Seandainya kantuk bisa dibeli atau diisi ulang, mungkin aku akan menyediakan uang ribuan setiap malam. Siang jadi malam dan malam jadi siang. Dunia ini sudah terbalik. Atau mungkin duniaku saja. Terus, siapa yang harus kutuntut atas ketidaksesuaian ini? Apakah kantuk yang tak kunjung datang atau malam yang terlalu bersahabat? Ah, bingung. Aku hanya ingin tidur dan bangun pada waktu yang seharusnya seperti ketika aku masih berseragam putih merah dulu.
Continue Reading...

About

Blogroll

About