Kamis, 26 Maret 2020

Sambat di Tengah Pandemi Corona

"You know, sometimes shit happens and it really sucks" 

Hampir dua bulan terakhir semua media, semua kanal dan semua orang membicarakan tentang sebuah virus berbahaya yang ditemukan pertama kali di Wuhan, China. Virus itu dikenal dengan nama virus corona atau SARS-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19. Konon virus ini adalah virus corona ke-7 yang menginfeksi manusia. Awal denger berita tentang penyebaran virus di China dan sekitarnya masih agak santai, tbh. Gak sampe ngebecandain tapi ya gitu masih tenang-tenang aja. Sampe pasukan virus ini nyebar ke seluruh dunia dan nyampe di Indonesia tanah air beta...

Grup whatsapp mulai rame dan gak henti-hentinya ngomongin corona sejak ada kabar kalo di Indonesia ada yang positif terinfeksi. Kasusnya terus bertambah. Pas gue nulis ini kasusnya udah 800an dan yang meninggal udah 78 orang. Sebagian besar pekerja diharuskan bekerja dari rumah, anak sekolah diliburkan, dan kampus gak ada aktifitas offline. Udah pasti sektor ekonomi terganggu. Dollar aja udah mau nembus 17 ribu rupiah padahal sebelum ada corona-coronaan ini stagnan di 14 ribu rupiah. Paling kasian sih pekerja yang gak ada pilihan untuk tinggal di rumah sama pekerja yang mengandalkan pemasukan dari penghasilan harian.  Pekerja di sektor jasa banyak yang job atau projectnya dibatalkan. Belum lagi kalo ngomongin dari sektor kesehatannya sendiri. Kelangkaan trus kenaikan harga masker dan hand sanitizer. Kekurangan fasilitas kesehatan kayak Alat Pelindung Diri (APD) buat tenaga-tenaga medis yang berhubungan langsung sama pasien terpapar. Nambah khawatir pas tau kakak yang seorang dokter jadi garda depan di perbatasan daerah gue buat periksa-periksain orang yang lewat. Kalo mau dijabarin satu-satu sih masih banyak. Dan itu terjadinya hanya dalam hitungan minggu. Damn!

Saat udah stay di rumah masalah lain bermunculan. Melawan kebosanan dan tangan yang gak lepas dari handphone buat update berita. Makin banyak konsumsi berita makin pusinglah kepala. Makin cemas dan gak tenang. Batuk atau pilek dikit udah langsung parno takut gejala covid-19. Gue sendiri udah 3 minggu stay di rumah. Keluar cuma untuk urusan yang sangat penting kayak beli bahan makanan. Stay di rumah juga mungkin ada enaknya kalo ada temennya, nah gue bener-bener sendiri karena kakak dan keponakan stay di luar kota selama pandemi ini. Tiap hari siklusnya bangun, masak, makan, nonton film, mandi, baca buku, nonton film lagi, tidur, repeat. Jiwa extrovertku meronta-ronta. Wisuda kelulusan yang rencananya dilaksanakan bulan april terpaksa dibatalkan pihak kampus. Jadi cuma bakal dikasih ijazah doang tanpa seremoni. Sebenernya gak apa-apa sih cuma ada aja yang kurang gitu. Ganjel kayak biji. Mau pulang kampung kumpul sama keluarga gak bisa juga karena takutnya jadi carrier virus tanpa disadari. Bener kata netizen selama stay di rumah 75 persen energi udah abis duluan buat jaga kewarasan. 

"2020 will be better"
"2020 will be amazing"

Itulah keyakinan kita di awal tahun ini. Tai pedut. Harapan tinggallah harapan. Sometimes shit happes and it sucks. Ya ini tahun paling buruk selama gue hidup. Masalahnya lo berperang sama hal-hal yang gak keliatan mata telanjang. Silent killer. Teroris tanpa senjata. Semuanya jadi kacau aja gitu. Apapun itu. Gak cuma fisik yang terancam, tapi psikis juga. Masalah patah hati mah gak ada apa-apanya.

Namun sebagai makhluk beriman, mari berdoa semoga kita masih dikasih kekuatan, kesehatan dan umur yang panjang oleh Yang Maha Kuasa hingga nanti pandemi ini hilang dari muka bumi. Sekarang pengen aja gitu ngemaki-maki "FCUK YOU CORONA! BANGSAT LO! MATI AJA LO ANJING"
Continue Reading...

About

Blogroll

About