Jumat, 03 Juli 2009

Tertampar Keras

Aku tidak tahu harus mulai dari mana. Sebelum aku menulis tulisan ini, aku sudah terlebih dulu mengeluarkan air mata. Betapa tidak, hal yang akan aku ceritakan adalah hal yang menurutku sangat menyakitkan. Tentunya buatku. Malam itu, aku dan dia bertengkar hebat karena keegoisanku. Aku marah karena hal yang tidak seharusnya menjadi masalah. Menjadi kodrat seorang wanita untuk menuntut perhatian seorang laki2 saat dia sedang tidak enak hati. Tapi ternyata apa yang kulakukan sudah terlalu melampaui batas kesabarannya. dia yang selalu diam dan sangat jarang mengeluh meledak amarahnya. Aku tidak pernah melihat dia semarah dan se-emosi itu. Aku juga tidak pernah mendengar kata yang sekasar itu keluar dari mulutnya kepadaku. Aku kaget. Aku terdiam. Aku tidak tahu juga apa yang harus aku katakan. Aku ingin menangis tapi air mataku tidak bisa keluar. Pikiranku kacau.

Aku ingin pergi dari situ dengan satu kedipan mata. Karena jika aku tetap disana akan menyiksa batinku. Tapi lari tidak akan menyelesaikan masalah. Aku dan dia berbicara. Aku kaget lagi karena dia mengungkapkan semua isi hatinya selama hampir 8 bulan kami berhubungan. Ungkapan hati yang tidak pernah aku dengar darinya. Ungkapan hati yang seharusnya dia katakan jauh sebelumnya. Ya Tuhan, mengapa kau menciptakan seorang pemendam yang begitu ulung??Hal itu tidak pernah aku sangka sebelumnya. Kata2nya, sikapnya seolah seperti bom waktu yang meledak malam itu. Hatiku hancur mendengar semuanya. Begitu egoisnyakah aku?begitu kekanak-kanakankah aku?begitu kerasnyakah kepalaku ini? Hatiku hancur karena aku ternyata begitu menyakiti hatinya, karena dia membandingkan aku dengan orang yang paling aku benci, karena aku tahu aku tak akan bertahan lama dengannya.

Tapi malam itu, aku banyak mendapatkan pelajaran hidup. Bahwa apa yang kita harapkan itu tidak selamanya akan terjadi. Bahwa tidak ada satu orangpun yang siap untuk sakit hati. Bahwa masa lalu sangat berpengaruh besar dalam hidup kami saat ini. Bahwa sikap dan perlakuan lingkungan akan menimpa hati menjadi sekeras batu. Bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi kelak. Bahwa kita hidup di dunia ini tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Bahwa kita harus mau dikritik karena kita adalah makhluk yang tidak sempurna dan makhluk sosial yang tidak hidup sendiri. Bahwa saat kita mengalah bukan berarti kita kalah. Bahwa hal buruk juga menjadi sebuah contoh. Bahwa tidak ada yang perlu disombongkan dalam dunia ini karena semuanya adalah milik Tuhan dan di atas langit masih ada langit. Bahwa orang tua kita adalah tetap orang tua kita seburuk apapun mereka. Bahwa dimana ada pertemuan ada juga perpisahan karena segala sesuatu di dunia ini ada waktunya...

Tidak ada yang sia2 di dalam setiap kehidupan kita. Itu jika kita menghargai setiap apa yang kita hasilkan dan lakukan. Walaupun diselimuti sakit hati, aku sangat sadar bahwa Tuhan sedang menampar aku dan dia. Bahwa sudah terlalu banyak hal yang tidak benar dan harus segera diluruskan. Terus terang saja tamparan itu terasa sangat keras. Membekas sangat dalam. Aku tidak tahu apa tujuannya. Aku hanya yakin bahwa Tuhan mempunyai rencana yang sangat indah untukku dan dia. Yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah menjalani semuanya dengan sabar dan ikhlas. Dan dari semuanya itu yang paling kuyakini adalah Tuhan selalu berada di sampingku bahkan menggendongku saat aku jatuh.
Continue Reading...

About

Blogroll

About