Rabu, 15 April 2020

Belajar Ketabahan dari Liverpool

"Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni Liverpool
Dirahasiakannya rintik rindunya hasrat besarnya
Kepada pohon berbunga itu piala Liga Inggris itu" 
- Sapardi Djoko Damono (dengan sedikit editan)

Gue gak sempet ngitung udah berapa weekend yang terlewati tanpa pertandingan sepakbola di layar kaca. Federasi sepakbola seluruh dunia mengumumkan semua liga dan kompetisi ditunda karena terjadinya pandemi. Liga Inggris ditunda sampai 30 April 2020 tetapi bisa diperpanjang jika keadaan tak kunjung membaik. Padahal kalo diitung-itung tinggal beberapa pertandingan lagi liga berakhir dan sang juara bisa angkat piala. Di Liga Inggris sejak paruh musim pertama, Liverpool udah hampir tak terbendung. Juara di depan mata, sulit untuk dijegal. Man City dan Leicester yang diharapkan (fans Man United) bisa bersaing ternyata gak guna. Inilah kenapa lo gak boleh berharap sama tim lain. Tolong jangan diulangi. Memalukan! *ngomong sama kaca*. 

Next year will be our year, begitu kata fans Liverpool setiap akhir musim saat gagal meraih gelar juara liga. Kata-kata penguatan yang menjadi tumpuan harapan angka 18 akan berubah menjadi 19 setelah menunggu sekian lama. Tahun ini setelah penantian 30 tahun, kata-kata itu keliatannya bakal jadi kenyataan. Liverpool berkesempatan besar untuk mengakhiri musim ini tanpa terkalahkan sekalipun seperti yang dilakukan Arsenal pada musim 2003/2004, namun kadang kenyataan tak seindah angan. Tersebutlah sebuah klub bernama Watford yang entah habis berkonsultasi dari dukun mana mengubur impian Liverpool menjadi The Invincibles dengan tiga gol tanpa balas. Fans Arsenal hanya tersenyum simpul dan berkata "Unbeaten is not for everyone". Fans Man United seperti biasa, bagian mengolok-olok. 

Walaupun diolok, Liverpool masih berdiri tegak. Mereka tetap melaju meninggalkan pesaingnya di liga. Harapan untuk meraih treble juga masih terbuka lebar. Wah, mungkin ini bener-bener tahun kita, kata fans Liverpool dalam hati. Namun, Tuhan sayang pada Liverpool. Diberinya cobaan demi cobaan agar mereka tetap tawakal. Chelsea dengan begitu jahatnya melesakkan dua gol tanpa balas di kompetisi Piala FA. Benar-benar tak punya rasa kasihan. Atletico Madrid pun sama brengseknya. Setelah memberi angin segar dengan membuat Liverpool unggul lebih dulu dengan dua gol, tapi di babak perpanjangan waktu malah membalas tiga gol. Betapa tidak sopannya Atletico Madrid pada juara bertahan. Pupus sudah harapan untuk meraih treble. Piala FA kandas, Liga Champions hanyut. Fans Inter Milan, Barcelona, Bayern Munich dan tak ketinggalan Man United hanya tersenyum simpul dan berkata "Treble is not for everyone". Fans Man United yang tersisa seperti biasa, tak berhenti mengolok-olok. Emang dasar ya kalian. Tidak berpri-kesepakbolaan.

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni Liverpool. Tak masalah tak meraih treble. Bisa next year lagi. Yang penting juara liga di depan mata. Udah kebayang piala akan dihiasi pita warna merah, diangkat penuh kebanggaan oleh sang kapten diiringi sorak sorai dan setelah itu diarak keliling Merseyside di atas bus dua tingkat. Tak sabar rasanya. Hingga akhirnya...

Gue gak tega ngelanjutin.

Yang bikin meme ini masuk surga neraka jalur undangan 

Saat tulisan ini dibuat, keadaan belum banyak berubah. Virus yang namanya bikin sakit kepala masih meraja lela. Namun, selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Himbauan #StayAtHome bikin gue banyak merenung, penderitaan gue gak ada apa-apanya dibanding Liverpool. Kesabaran mereka atas cobaan-cobaan yang sudah sangat teruji selama kurang lebih tiga dekade dan cobaan di masa pandemi ini salah satu yang terhebat. Bener kata-kata salah satu komika Indonesia "Selama Liverpool masih maen bola, kita gak boleh nyerah sama hidup kita". Dari Liverpool kita belajar ketabahan. Terima kasih Liverpool!
Continue Reading...

About

Blogroll

About