Kamis, 27 Juni 2019

Yogyakarta; (Tidak) Istimewa (Lagi) Bagiku

Share it Please
"This ain't nothing, nothing but goodbye town. To hell if I'm sticking around" - Anonymous

Di sekitar pertengahan tahun 2015, gue pernah nulis tentang jatuh cintanya gue sama Jogja di sini. Nulisnya pun diiringi lagu legendaris Kla Project yang jadi lagu wajib sejuta pengamen di Malioboro. Betapa melankolisnya gue saat itu. Tapi gimana dong emang rasanya gitu. Asli pak! Dan banyak orang yang setuju sama gue (saat itu) kalo Jogja pantas disebut sebagai kota istimewa.

potonya ambil di google
Akhir 2016 gue memutuskan untuk pindah ke Jogja. Bukan hanya karena gue jatuh cinta tapi karena gue mau menunaikan kewajiban sebagai anak yang hendak membanggakan orang tua dengan melanjutkan di salah satu kampus terbaik di Indonesia. Gayung bersambut brooo.

Tapi namanya rasa suka atau cinta kadang cuma manis di awal-awal doang. Gue jadi paham kalo keistimewaan Jogja bisa terkikis seiring waktu dan setelah semakin jauh berkutat di dalamnya. Jogja memang cocoknya jadi tempat untuk singgah sementara, melepaskan penat dan membayar rindu. Jauh sebelum gue patah hati di tempat ini, dia sudah jadi tempat yang tidak menyenangkan. Makanan yang overrated, gak ada transportasi publik (adanya cuma ojol), jalanan yang udah mulai padat dan gak ramah pejalan kaki. Cerita-cerita dan kenangan-kenangan indah orang tentang kesederhanaan, kenyamanan dan bla bla bla Jogja akan mulai terkikis digerus jaman. 

Gue tau bakal banyak yang gak setuju sama pendapat gue yang ini. Ya wajar karena kesan tiap orang terhadap sebuah tempat itu pasti berbeda-beda. Rasa bisa berubah seiring waktu dan pengalaman yang dialami. Gue pikir ini hanya berlaku buat rasa ke orang ternyata tempat juga bisa gitu ya (curhat buuuuu?). 

Sekarang Jogja bukan lagi kota yang istimewa buat gue. Jogja bukan lagi kota yang ingin gue tinggalin lebih lama. Jogja bukan lagi kota yang nyaman buat gue. Semua kenangan indah yang ada di sini perlahan pudar karena arus modernisasi dan rasa yang mulai berubah. Lo boleh bilang gue berubah karena gue kecewa sama orang-orang. Tapi jauh dari itu, kota ini yang lebih dulu bikin gue kecewa. Kota yang mungkin emang sebenarnya gak pernah gue cintai karena hati gue udah lebih tertambat sama kota lain. Bisa jadi. Ada yang bilang setiap sudut Yogyakarta itu romantis. Buat beberapa orang mungkin ini bukan pernyataan yang hiperbola tapi gue tau dengan jelas ada sudut-sudutnya yang bikin gue pengen segera hengkang.

Saat ini gue sedang berjuang di kota yang gak gue kehendaki lagi. Tanpa gue sadari keinginan ini bikin perjuangan gue lebih mudah (seharusnya). Gue gak bilang gak akan nginjek kota ini lagi suatu saat nanti. Karena seburuk-buruknya, kota ini juga udah ngasih banyak hal. Cinta, kesederhanaan, pengalaman, dan tentunya pendidikan. Kota ini juga pernah jadi bagian hidup gue, jadi saksi perjuangan, tawa dan air mata. Gue akan tetap kembali dengan perasaan yang lebih lapang untuk sekedar bersua dan tersenyum melihat kenangan-kenangan indah yang pernah gue tambatkan di sini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About