Rabu, 03 Juli 2019

Hari Ini Adalah Konsekuensi Pilihanmu

Share it Please
"In every single thing you do, you are choosing a direction. Your life is  product of choices" - Kathleen Hall



Rasanya sayang kalo cerita ini gak gue tulisin. Cerita tentang pilihan-pilihan di masa lalu dan penyesalan yang datang. Sebenernya gak nyesel-nyesel amat sih karena ngomonginnya juga sambil ketawa-ketawa. Sadar bahwa kami dulu milih jalan yang dianggap tepat tapi lihatlah di mana kami sekarang berada. Bentar ketawa dulu hahahahaha.

Jadi kemaren gue ketemu temen. Temen kuliah. Dia setahun di bawah gue. Kami gak sengaja ketemu di sebuah kafe dan cerita ngalor ngidul. Setelah curhat-curhatan tentang masalah hidup, mulailah dia bercerita tentang teman angkatannya dia (yang berarti adek tingkat gue juga) yang sekarang bekerja di sebuah instansi pemerintahan tingkat provinsi sebagai tangan kanan gubernur dan ngurusin kerja sama internasional. Secara penampilan, dia good looking. Lumayan cakep, menurut standar umum. Sebelumnya orang ini udah lulus S2 dari salah universitas di negeri Ratu Elizabeth. Gak sampe situ. Dia udah nikah sama wanita  cantik yang kerja di salah satu BUMN. Trus ada lagi. Katanya dia udah beli satu unit apartemen di pusat kota Bandung. Beli loh ya bukan nyewa. Sebuah kehidupan super nyaman impian sebagian besar manusia warga negara ber-flower ini.

Trus kenapa?

Pertama, gue gak inget sama sekali nih orang yang mana. Karena adek tingkat kan banyak jadi susah hapalinnya apalagi kalo orangnya gak eksis. Orang ini tipe kupu-kupu. Istilah buat mahasiswa yang habis kuliah langsung pulang gak pake acara nongkrong sama sekali. Bisa jadi dia punya kegiatan yang lebih penting lainnya atau emang dia gak punya temen sama sekali. Katanya dia sempet ikut organisasi extra kampus gitu tapi tetep gak eksis sama sekali.

Kedua, gue dan adik tingkat yang gue temuin ini adalah tipe kunang-kunang. Pulang kuliah ya nangkring. Syukur-syukur kalo masuk kuliah. Kuliah gak kuliah ya nangkringnya tetep jalan apapun yang terjadi. Tipe mahasiswa yang eksis di kegiatan kampus sebagai panitia ini itu yang lumayan dikenal anak jurusan lain di fakultas. Waktu itu ya bangga-bangga aja. Eksistensi adalah koentji!

Tipe yang pertama tau apa yang dia kerjakan dan mungkin aja udah tau habis kuliah mau ngapain serta udah ngerencanain step-step dalam hidupnya. Nah tipe kedua ini lebih let it flow ke manapun kaki melangkah dan nasib membawa ya terima-terima saja. Lanjut S2 di kampus lokal pun gak masalah. Kerjaan apapun yang datang selama asik dan menghasilkan uang ya sikat. 

Kami berdua lalu merenung. Bagaimana seandainya kami dulu memilih untuk jadi mahasiswa tipe pertama? Mungkinkah kami sekarang punya apartemen di pusat kota besar dan jabatan yang menjanjikan? Bisa jadi. Karena masalah skill yang 11 15 lah. Orang itu 11 kami yang 15 nya. Gak jauh-jauh amat. 

Trus apakah kami menyesal? Ya gak juga sih. Hahaha. Cuma kembali refleksi diri (cailah refleksi). Teori bahwa setiap pilihan membawa konsekuensi benar adanya. Kita hari ini adalah konsekuensi dari pilihan-pilihan yang kita buat di masa lalu. Gue pribadi gak pernah menyesali pilihan-pilihan yang gue buat di masa lalu. Kalaupun menyesal emangnya bisa apa? Gak mungkin kan balik ke masa lalu. The Flash aja balik ke masa lalu buat ngubah masa lalu akhirnya nyesel kok. Itu karena yang terjadi emang udah seharusnya terjadi. Lagian, gue menikmati banget kehidupan kuliah gue sebagai mahasiswa kunang-kunang. Keuntungannya gue banyak kenangan manis (dan pahit) trus banyak temen. Lagi ada masalah tempat curhatnya buanyak. Gak pernah ngerasa sendiri. Emang kenangan bisa beli mobil dan rumah? Ya enggaaak. Namanya juga see the positive side, cuk.

Sebelumnya gue juga habis ngobrol-ngobrol sama pendeta gereja gue. Kata beliau, masa lalu gak perlu disesali. Hal buruk yang terjadi dan sebagian orang yang datang di hidup kita dikirim buat jadi bahan pelajaran. Makanya kudu belajar, jangan bolos kuliah mulu. Yang paling penting itu ke depannya mau gimana. Harus jadi manusia yang lebih baik dan hidup semaksimal mungkin. Lagian jalan orang berbeda-beda dan dapat berkat yang beda-beda pula bentuknya. Mantap jiwa emang ibu pendeta andalan gue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About