Sabtu, 09 Januari 2010

Saya Menyebutnya, Diskriminasi!

Share it Please
Hidup jauh dari orang tua adalah sesuatu hal yang sudah pernah aq ramalkan sebelumnya. Suatu saat aq akan pergi jauh dari kampung halaman ke suatu daerah yang belum pernah aq injak sebelumnya. Meninggalkan keluarga bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Delapan belas tahun hidup di tengah keluarga dan kerabat dekat adalah sesuatu yang bisa dijadikan alasan mengapa begitu berat meninggalkan mereka. Meneruskan pendidikan ke bangku kuliah adalah satu-satunya alasan kenapa aq harus meninggalkan mereka.

Di sinilah aq, di suatu kota di pinggir Bandung bernama Jatinangor. Tempat universitas yang aq masuki berdiri dengan gagah. Sesuatu tempat yang baru dan bahkan aq dengar pertama kali ketika ada saudara yang ternyata meneruskan pendidikan di IPDN. Di sinilah aq, memulai hidup yang baru sebagai seorang mahasiswi perantauan dengan menyewa sebuah kamar kosan di dekat kampus. Semuanya baik-baik saja. Semuanya ada di sini. Teman yang sangat baik juga qdapatkan di sini. Walaupun kenyataannya aq berbeda dengan mereka. Berbeda suku bangsa, berbeda adat istiadat dan berbeda agama. Aq yang notabene adalah seorang kristiani merupakan kaum minoritas di antara kumpulan orang-orang yang mayoritas muslim. Namun, perbedaan itu bukan suatu masalah yang besar buat aq bergaul dengan mereka. Dalam persahabatan kami tidak ada yang menyinggung agama sama sekali. Kami saling menghormati.

Tibalah suatu saat ketika menjelang natal. Saat-saat yang paling aq nantikan karena hanya pada waktu itulah aq mempunyai kesempatan untuk pulang ke kampung halaman dan berkumpul dengan keluarga. Ada ujian, tidak masalah karena aq bisa meminta ujian susulan dan menurut perhitunganku ujian akan selesai sebelum tanggal keberangkatanq. Tapi semuanya tidak semulus yang aq kira. Selalu saja ada hal yang menghambat. Ternyata ada praktikum yang mengakibatkan jadwal beberapa ujian diundur. Awalnya aq tidak panik. Gampanglah. Bisa minta ujian susulan pada dosen yang bersangkutan. Dan ternyata lagi-lagi tidak segampang yang aq kira. Di sinilah permasalahannya. Seorang dosen yang tidak terlalu aq kenal sebelumnya dengan gampangnya menyuruh aq untuk membatalkan tiket. Dalam hatiku "tai banget lo. lo kira gw berak duit bisa batalin tiket begitu aja?". Selanjutnya dia menanyaiku, "kamu pulang buat apa?" aq jawab "saya mau pulang liburan bu,saya mau natalan ama keluarga". Katanya "oh kamu mau liburan, yah itu urusan pribadi kamu. Resiko jadi mahasiswa kalau ada yang kayak gini". What the fuck?? Ini natal bu!! Hari raya besar agama saya dan saya hanya sekali setahun pulangnya!!. Bahkan ujian susulan pun tidak bisa?? Tapi kata-kata itu tidak aq keluarkan karena aq tau posisi aq saat itu.

Aq tidak menyangka bahwa masih ada orang yang seperti itu. Maaf kalau aq menyebutnya diskriminasi. Teman-teman (maaf) muslim ingin merayakan hari raya besar bersama keluarga pasti dan bisa kujamin tidak ada yang mengalami hal seperti aq. Tidak satupun baik aq maupun mereka yang mau merayakan malam hari raya di pesawat ataupun di ruang kelas ,menghadapi kertas ujian. Aq tau aq adalah seorang minoritas. Tapi aq membayar kewajiban yang sama. Kenapa hari rayaku hanya ada libur kurang dari 3 hari dan hari raya yang lain liburnya bahkan sampai tiga minggu dengan mengambil beberapa hari kuliah. Salahkah aku menyebutnya sebuah diskriminasi? Maaf kalau aq terlalu blak-blakan. Aq tidak ada maksud sama sekali untuk menyinggung agama yang lain. Aq hanya mengungkapkan isi hati. Semoga yang membaca tulisan mengerti.

1 komentar:

About

Blogroll

About