Sabtu, 09 Januari 2010

Fanatisme Yang Mungkin Tumbuh Atau Mati

Share it Please
Bicara tentang sepakbola tidak akan ada habisnya. Teman2 saya kadang heran melihat anak cewek seperti saya sangat tertarik dengan olahraga yang identik dengan kaum adam ini. Tapi saya adalah salah satu dari ribuan bahkan jutaan kaum hawa yang senang dengan olahraga ini. Seperti layaknya politik, sepakbola juga mempunyai dinamika. Mungkin itu yang saya rasakan sekarang. Suatu fanatisme yang mulai muncul karena dikelilingi oleh para penggila sepakbola. Tapi saya yakin "fanatisme" yang satu ini bukan seperti yang anda pikirkan sekarang.


Bermula saat pertama kali saya tertarik dengan sebuah klub bola yang berasal dari negeri pizza. Klub bola itu adalah Juventus. Dilanjutkan dengan ketertarikan pada klub bola dari negeri Ratu Elizabeth, Manchester United. Sampai saya duduk di semester 3 di ilmu pemerintahan fisip unpad, saya tidak peduli dengan klub bola ataupun pertandingan di dalam negeri. Saya melihat bahwa dari semua klub bola di Indonesia tidak ada yang bagus satu pun. Saya seringkali mencibir jika ada pertandingan liga indonesia. Walaupun saya sendiri berasal dari suatu daerah yang mempunyai klub bola sendiri, saya tidak pernah mendukung klub bola tersebut dengan cara apapun. Sampai saatnya, saya kuliah di Jawa Barat tepatnya di Jatinangor, beberapa kilometer dari kota Bandung. Kota yang terkenal dengan sebutan Tanah Pasundan, Bumi Parahyangan dan masih banyak lainnya. Saya bertemu dengan teman-teman yang sebagian besar adalah Orang Sunda. Terus terang, saya sangat tertarik untuk mempelajari bahasanya dan dari situlah, saya mulai masuk ke dalam dunia Pasundan, saya rasa.


Kebanyakan dari mereka adalah para lelaki (biar macho kedengarannya) yang merupakan pendukung Persib, sebuah klub bola yang terkenal dari Kota Bandung. Mereka akrab dengan sebutan Viking. Hampir setiap hari mereka membicarakan klub kesayangan mereka itu. Saya tidak menimpali kala itu karena saya tidak menahu apa yang mereka bicarakan. Karena inginnya saya menonton bola secara langsung pada suatu saat, saya menerima ajakan untuk menonton pertandingan Persib melawan Pelita di Stadion Jalak Harupat yang terletak di Kabupaten Soreang, yang juga terletak beberapa kilometer dari Kota Bandung. Walaupun hampir semua teman saya pasti tau kalau keinginan terbesar saya tetaplah menonton pertandingan langsung Manchester United di Old Trafford dan keinginan itu tidak tau kapan akan terwujud. Saya juga tidak menolak ketika salah satu dari teman saya menawarkan baju kaos bertuliskan "PERSIB 1933" untuk saya kenakan. Maka itulah pengalaman pertama saya menonton pertandingan bola secara langsung. Saya bebas berteriak apapun, ikut menyanyikan lagu untuk memberi semangat para pemain dan tidak berhentinya saya tersenyum melihat euforia dan ekspresi muka para penonton yang sebagian besar adalah Viking.


Semenjak hari itu, entah kenapa saya mulai tertarik dengan liga indonesia. Mulai mencoba menonton pertandingannya, mulai "nimbrung" pada saat teman2 saya membicarakan Persib, mulai ikut bernyanyi lagu mars mengikuti teman2 saya yang lain dan mulai mengenali satu2 nama pemainnya. Saya juga mulai bersorak senang saat klub bola asal kota bandung ini memenangkan pertandingan dan akan mengumpat pada saat dia kalah. Saya tidak ingin mencap diri saya sebagai seorang Viking. Saya juga belum berani mengatakan kalau saya cinta Persib. Tetapi entah apa nama perasaan itu. Sebuah fanatisme yang baru berupa benih dan mungkin akan tumbuh ataupun akan mati. Saya sendiri tidak tau. Biarlah waktu yang menjawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About