Jumat, 03 Desember 2010

Mundur Sebelum Berperang

Share it Please
"Kamu usahain lulus Agustus 2011. Kalo gak lulus bulan segitu, biaya kuliah kamu tanggung sendiri'. Duaaarrr !! Kata-kata itu seperti sambaran petir di siang bolong di telinga saya. Walaupun sejujurnya, saya memang berniat untuk lulus pada waktu tersebut. Mimpi yang bukan tidak mungkin untuk diwujudkan.

Menginjak semester 7 dalam studi saya di Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisip Unpad, saya mulai dirongrong dengan pertanyaan "kapan beres?", "kapan wisuda?", "udah skripsi blum?". Terus terang saya lebih memilih ditanya apakah saya ngorok atau tidak pas tidur daripada dilontarkan pertanyaan tersebut. Tapi sadar atau tidak sadar saya merasa memang umur terus bertambah. Masih banyak hal yang ingin saya lakukan dan tidak berharap menghabiskan waktu untuk mengejar gelar Sarjana (S1) dalam waktu yang lama. Yah, walaupun kuliah itu masa-masa paling indah (menurut saya) dan sangat yakin nantinya saya akan merindukan momen tersebut.

Saya terobsesi bahkan sangat berambisi untuk lulus secepatnya. Tidak peduli kata orang bahwa lulus cepat tidak akan menjamin akan langsung dapat kerja. Dalam pemikiran saya, setiap tahap harus dilewati dulu dengan fokus dan sebaik mungkin. Tahap selanjutnya? Nanti ada masa untuk memikirkannya.

Mulailah saya bersama-sama teman "riweuh" mencari judul skripsi yang tepat. Ketemu dosen, ngurus ini itu dan akhirnya saya dapat pembimbing. Duaaaarrr! Petir di siang bolong kembali menyambar di telinga saya. Pembimbing yang ditunjuk untuk saya adalah dosen pembimbing yang paling dihindari oleh hampir semua mahasiswa di jurusan saya. Dosen killer dan dosen yang tidak bisa diajak berkompromi. Galau. Stress. Bingung. Semuanya bercampur jadi satu. Gimana masa depan saya? Kalo dia dosen pembimbingnya, 99% saya pesimis akan lulus pada target yang sudah ada.

Setelah pertimbangan yang agak lama dan setelah mendengar pendapat dari senior-senior yang udah pernah berurusan secara intim dengan beliau, maka saya memutuskan untuk memulai lagi dari awal. Istilahnya mundur sebelum berperang. Belum sampai di medan tapi menyerah duluan. Tapi perlu ada klarifikasi di sini. Saya bukan menyerah dan saya bukan pengecut. Hanya muncur untuk meracik strategi yang lebih bagus untuk memenangkan pertempuran. Kalau tau musuh punya senjata yang lebih canggih, lebih cerdik, lebih berkuasa, mempunyai pasukan yang berpuluh-puluh kali lebih banyak, siapa yang mau mati konyol?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About