Kamis, 22 November 2018

Stuck In The Middle of Nowhere

Share it Please
"Which way are you gonna take? To the left one where there is nothing right. Or the right one where there is nothing left" - Anynomous

Stuck mungkin bukan kata yang pas buat menggambarkan kondisi gue saat ini. Agak sulit ngejelasinnya. Sesulit Ahmad Dhani kembali ke masa keemasan ketika bersama Dewa 19. Atau sesulit ngomong sama orang yang lagi jatuh cinta padahal udah tau kalo pasangannya itu brengsek. Trus kenapa judulnya gitu? Biar keren aja gitu. Ya udahlah ya.


Di antara pilihan dan kondisi yang sulit mungkin yang paling mendekati. Gue pribadi adalah orang yang jarang memperlihatkan kondisi sulit gue di depan orang apalagi di media sosial. Emang gue siape? Artis? Lagian ya, katanya kalo nyeritain masalah di media sosial itu 30 persen orang mungkin akan bersimpati tapi 70 persen akan ngetawain. I choose not to. Gue akhirnya lebih memilih buat nulis diary (tapi bukan yang dikunci kayak jaman SMP), atau sharing dengan orang-orang dekat gue yang gue yakin 100 persen bakal mendengarkan gue dan paling gak bakal menyemangati gue ngelewatin semuanya. It really helps.

Menyemangati diri sendiri juga jadi cara yang efektif. Berusaha berpikir logis dan mengatakan semuanya baik-baik saja bisa membantu pikiran tetap waras walaupun agak sulit. Tapi apalah hidup tanpa kesulitan. Tsah

Gue juga mencoba melakukan apa yang gue suka. Nonton film yang udah gak terhitung jumlahnya, nonton serial dengan berpuluh-puluh episode, nonton youtube yang konten-kontennya menghibur (thanks to telkomsel yang lagi tumben baik hati jual paket data gede dengan harga murah), maen sosmed, chatting dengan teman-teman terdekat ngomongin hal-hal menarik dan lain sebagainya. Nah di titik ini, you know what i feel? I'm feeling exhausted. Irony isn't it? Hal-hal yang gue suka itu jadi gak menarik lama kelamaan. Semuanya jadi hambar. Paling betenya gue coba nonton film/serial yang genrenya bikin mikir eh gue bisa dong nebak plotnya dengan mudah. Apakah jangan-jangan aku menjadi mastermind dengan kecerdasan yang tiba-tiba meningkat pesat? (efek kebanyakan nonton film).

Gue pikir hobby atau melakukan hal yang disukai itu bisa membawa kesenangan abadi ternyata yang abadi hanyalah ketidakpastian. Hal yang dilakukan berulang-ulang walaupun itu menyenangkan lama kelamaan akan menjadi biasa aja. Ketika bersenang-senang menjadi kegiatan yang rutin dilakukan ternyata bikin gak senang juga. Apa sih maunya manusia ini? Ribet amat.

Benarlah kata para perangkai kata-kata dan filsuf kehidupan bahwa dalam hidup harus ada jeda. Bahwa dalam menulis sesuatu perlu spasi. Menarik diri untuk mengambil napas. Dalam kasus gue mengambil napas dari godaan duniawi yang banyak bikin gue gak bernapas dengan baik apalagi ketika liat Tom Ellis telanjang dada dan cuma pake sempak di serial Lucifer. 

Gue akhirnya mengambil jeda dari kesenangan dengan melanjutkan tesis yang rasanya gak selesai-selesai. Gue mempekerjakan otak lebih keras yang selama ini dimanjakan oleh otot-otot Stephen Amell saat jadi Green Arrow ataupun dunia nyata (Guys, you must see his muscles. So damn perfect!). Selama ini gue ngerasa gak menggunakan secara maksimal otak gue mengingat pernyataan Einstein kalo manusia belum menggunakan kapasitas otaknya secara maksimal. Masih banyak space yang belum kepake (kecuali sebagian pendukung capres yang otaknya kopong ataupun kalo ada gak mau dipake. Dijadiin aksesoris doang). Dan kalian tau gimana hasilnya? Tesis gue belum beres-beres juga padahal deadline-nya udah deket. Pengetahuan gue nambah dikit-dikit tapi gak signifikan. Trus gue merasa exhausted lagi. Gitu aja terus sampe Ariana Grande nyanyi koplo dari panggung ke panggung. 

Lelah gak sih dalam lingkaran setan begini? Kalian yang baca aja mungkin lelah apalagi kalo ngalamin. Ada beberapa pilihan sih yang muncul di kepala gue biar gak terkungkung dalam ke-stuck-an yang tak berguna ini. Mungkin gue butuh piknik ke luar angkasa. Atau nginep di rumah David Beckham semalam, tidur-tiduran dan bicara dari hati ke hati. Bisa juga ke Korea Utara buat liat proses pembuatan nuklir sambil ngopi-ngopi cantik sama Kim Jong Un. Pilihan lain masih gue pikirin. Buat sementara gue kuat-kuatin dulu buat menjalani lingkaran setan ini dengan sepenuh hati dan senyuman. Gue kan anaknya positive thinking banget, yang lama-lama exhausted dan akhirnya suka negative thinking. Lah? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About