Waktu itu sekitar tahun 2001
ketika saya duduk di kelas 1 SMP, masih polos dengan baju putih biru. Bisa
disebut saya agak tomboy dan suka bergaul dengan anak laki-laki waktu itu. Saya
sering ikut jika teman-teman saya bermain sepakbola walaupun itu hanya menjadi
kiper atau sekedar duduk di pinggir lapangan menjaga tas sekolah mereka. Tidak
hanya di sekolah, saya juga sering main sepakbola dengan tetangga di sawah
belakang rumah yang waktu itu kebetulan kering dan otomatis menjadi sebuah
lapangan dadakan. Tak jarang ibu saya datang berteriak dan menjewer telinga
saya karena lupa waktu keasikan bermain.
Pada jaman itu sepakbola sudah
cukup populer. Di rumah ayah sering mengucapkan nama pemain sepakbola yang saya
tidak tahu siapa. Di sekolah apalagi, ketika jam istirahat teman-teman saya
akan membahas tim sepakbola kesayangan mereka. Saya tenggelam dalam pembicaraan
mereka tanpa menyela karena tidak tahu apa-apa. Dari situ saya tahu tentang
klub bola Juventus, AC Milan, Manchester United, Liverpool. AS Roma dan Real
Madrid. Klub sepakbola tersebut merupakan klub yang terkenal pada masanya. Saya
juga mendengar nama-nama seperti Del Piero, Paolo Maldini, Manuel Rui Costa,
Raul Gonzales, Steven Gerrard, David Beckham, Ryan Giggs, David Seaman,
Zinedine Zidane, Luis Figo, Gabriel Batistuta dan beberapa nama lainnya.
Nama-nama tersebut pernah sebelumnya pernah saya dengar ketika saya tidak
sengaja menonton Piala Eropa 2000 yang dimenangkan oleh Prancis setelah mereka
juga menang dalam Piala Dunia 1998. Gambar gambar mereka muncul di mana-mana.
Di tabloid, di koran, bahkan buku-buku sekolah. Saya jatuh cinta pada salah
satu sosok berwajah tampan menggunakan baju lengan panjang berwarna putih. Ya,
dia adalah kapten Timnas Inggris yang terkenal dengan tendangan bebasnya, David
Beckham. Begitu cepat dia mengambil hati saya. Sehingga pada Piala Dunia 2002
saya dengan sepenuh hati mendukung timnas Inggris walaupun pada saat itu saya
juga mendukung timnas Jerman karena sosok Miroslav Klose dan Michael Ballack.
Dari kecil ibu sangat suka
membelikan saya suatu barang yang berwarna merah. Mulai dari sepatu, kaos kaki,
tas sekolah, baju dll. Menurut ibu, seseorang yang menggunakan warna merah akan
terlihat lebih segar dan lebih tegas serta warna merah juga melambangkan
keberanian. Oleh karena itu betapa bahagianya saat tahu bahwa david Beckham
bermain untuk klub Manchester United yang notabene berwarna merah. Seperti anak
remaja pada umumnya, saya mengumpulkan gambar, poster, atau apapun yang berbau Beckham.
Dan setiap pulang sekolah saya menyempatkan ke warnet untuk mencari gambar atau
berita-berita tentang sang idola kemudian mencoba menonton pertandingannya.
Dengan menyukai David Beckham, saya secara tidak sadar mulai jatuh cinta kepada
Manchester United. Salah satu hal yang sangat wajar. Kemudian tingkat
“kegilaan” saya pada sepakbola naik level dengan menonton setiap pertandingan
Manchester United meskipun David Beckham tidak dimainkan. Sampai saatnya pada
tahun 2003, David Beckham memutuskan untuk pindah ke Real Madrid, saya tetap
menjadi fans David Beckham dan fans Manchester United. Anehnya, kepindahan
David Beckham tidak membuat saya menjadi fans Real Madrid. Begitupun dengan kepindahannya ke salah satu klub Negeri Paman Sam, LA Galaxy.
Saya menjadi fans Manchester
United karena David Beckham. Saya bertahan menjadi fans Manchester United
karena David Beckham pernah bermain di situ, mempunyai permainan yang menurut
saya bagus dan tidak membosankan, saya suka warna merah dan saya memuja Sir
Alex Ferguson yang jenius. Sesederhana itu. Tidak ada embel-embel juara.
Masa-masa menjadi fans United
saya habiskan dengan mengumpulkan gambar, poster, rutin berlangganan majalah
bola untuk mengetahui kabar terbaru dan sebisa mungkin tidak melewatkan pertandingan United. Tetapi pada tahun 2004,
saya masuk sekolah asrama yang membatasi ruang gerak saya. Peraturan yang ketat
dan sanksi keras bagi setiap peraturan membuat saya sulit untuk menonton bola.
Tetapi kecintaan tetap kecintaan, saya dan beberapa teman yang lain berani
melanggar beberapa peraturan sekolah hanya untuk menonton tim kesayangan. Masuk
kuliah, saya bahkan melewatkan kuliah pagi karena menonton sepakbola.
Agustus 2011, saya mendapat
mention twitter dari fanbase Manchester United di Jatinangor, tempat saya masih
berkuliah saat itu. Akun twitter @UtdIndonesiaJTR yang ternyata sudah lama saya
follow dan memfollow saya itu memberikan ucapan dukacita atas kejadian yang
baru menimpa sahabat saya dan mengajak saya untuk nonton bareng. Sayangnya
malam itu, saya sudah janjian dengan teman saya untuk menonton di Bandung
bersama United Indonesia Bandung. Setelah itu, saya mulai datang nonton bareng
United Indonesia Jatinangor dan berkenalan dengan pengurusnya. Ternyata United
Indonesia Jatinangor pada saat itu belum resmi menjadi chapter United Indonesia
dan baru akan diresmikan sebulan kemudian. Walaupun tidak hadir pada peresmiannya,
saya mulai aktif dalam komunitas ini. Saya juga mulai tahu sejarah berdirinya
dan siapa pengurus pusatnya sedikit demi sedikit. Mengejutkan. United Indonesia
ternyata merupakan fans club Manchester United terbesar di Indonesia bahkan paling
besar di antara fans club yang lainnya. Pada saat saya bergabung menjadi
keluarga besar United Indonesia, tercatat sudah ada sekitar 70 lebih chapter di
seluruh daerah baik yang sudah diresmikan atau baru akan diresmikan. Gathering
Nasional United Indonesia di Bali pada akhir April 2012 yang dihadiri lebih
dari 500 member resmi memperlihatkan betapa besarnya komunitas ini. Setelah
kegiatan itu, member terus bertambah dan sekarang sudah mencapai 13.000 member
resmi di seluruh Indonesia. Saya bisa mengatakan kami yang terbesar di
Indonesia walaupun tidak tercatat sebagai fans club official Manchester United.
Itu sudah lebih dari cukup untuk saya pribadi. Ke manapun saya pergi selama ada
chapter resmi United Indonesia, saya akan selalu menemukan teman dan saudara. Banyak
yang mencibir dan menganggap aneh keaktifan saya dalam komunitas ini. Banyak
yang menganggap hal ini tidak berguna. Tapi tak peduli kata orang lain. Saya
mempunyai keluarga yang sangat besar, saudara yang tersebar di seluruh pelosok
Indonesia dan pengalaman yang selalu segar untuk diceritakan kembali. Saya
mencintai Manchester United dan kecintaan saya semakin lengkap rasanya setelah
saya bergabung di United Indonesia. Berawal dari David Beckham dan sekarang
menepi di United Indonesia. Terima kasih Tuhan, Terima kasih Beckham. I love you :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar