Selasa, 13 Oktober 2015

Sabtu Bersama Bapak ; Bagi Kalian yang Memutuskan untuk Menikah

Share it Please
Buku ini dianjurkan oleh seorang teman yang sudah hampir 3 tahun menjadi seorang ayah. "Coba baca deh, ra. Sebelum nikah pokoknya harus baca ini", katanya di suatu sore. Akhirnya karena rasa penasaran, saya membeli buku karangan Adhitya Mulya ini. Untuk menambah keasyikan membacanya, saya membacanya pada suatu Sabtu sore sesuai dengan judulnya. 

Buku ini bercerita tentang sebuah keluarga yang terdiri dari Almarhum ayah, ibu dan 2 anak laki-laki yang umurnya sudah matang. Kakak yang sulung sudah menikah dan sang adik yang sudah berumur dan mapan tetapi belum menikah. Sang ayah sebelum meninggalkan video yang direkam untuk ditonton anak-anaknya pada umur tertentu dan momen tertentu. Buku ini menyingkap realitas kehidupan berkeluarga dan menuturkan lika-liku menjadi orang dewasa yang dituntut untuk bertanggung jawab. Video sang ayah ditujukan agar anak-anaknya tidak kehilangan sosoknya meskipun telah tiada. Saya terhenyut karena apa yang dituliskan di dalam buku ini benar-benar sesuai dengan kenyataan hidup dan berakhir pada gumaman "iya sih emang bener", "tapi emang gitu sih", dan perkataan lain yang membenarkan. Berikut beberapa kutipan yang bisa diambil :

"Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling mengisi kelemahan. Karena untuk menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing orang bukan tanggung jawab orang lain". Jauh dari kata-kata yang sering kita dengar "kita berdua saling mengisi kelemahan", bukannya "kita berdua harus sama-sama kuat"

"I can't ask for a better you. You, however, deserve a better me". Seringkali kita meminta orang untuk berubah untuk kita atau hubungan kita tetapi kita terkadang tidak sadar di saat kita sibuk meminta orang lain berubah, kita lupa bahwa kita pun belum berubah menjadi orang yang lebih baik. Saya sering begini. Oh, dear...

"Jika ingin menilai seseorang, jangan nilai dia dari bagaimana dia berinteraksi dengan kita, karena itu bisa saja tertutup topeng. Tapi nilai dia dari bagaimana orang itu berinteraksi dengan orang-orang yang dia sayang". Iya juga sih. Seperti yang sering dikatakan orang, jika ingin melihat seorang laki-laki itu baik atau tidak lihat dari caranya memperlakukan ibu dan saudara perempuannya.

"Ketika seorang laki-laki dan perempuan menikah, laki-laki itu meminta banyak dari perempuan.
Saya pilih kamu. Tolong pilih saya untuk menghabiskan sisa hidup kamu. Dan saya akan menghabiskan sisa hidup saya bersama kamu. Percayakan hidup kamu sama saya. Dan saya penuhi tugas saya padamu, nafkah lahir bathin. Pindahkan baktimu. Tidak lagi baktimu kepada orangtuamu, baktimu sekarang pada saya. Bahkan laki-laki saat menikah tidak tahu bahwa mereka meminta ini, banyak juga laki-laki yang bahkan kemudian hari, mencederai tiga hal ini". Couldn't agree more. Dear all men in the world, read this and think carefully before you ask a woman to be your wife. Lalalalala..

Dalam buku ini, sang ayah mengajarkan anak-anaknya untuk menjadi seorang pria yang bertanggung jawab. Tanggung jawab tersebut berupa nafkah lahir dan batin. Jika salah satunya tidak ada maka kehidupan keluarga tidak akan pernah stabil. Tetapi tidak hanya dari sisi laki-laki, dalam buku ini juga menceritakan tentang sisi perempuan yaitu sang ibu dan istri dari anak sulung. Buku yang ringan tetapi sarat makna bagi kalian yang memutuskan untuk menikah. 

Jadi, kapan nikah? *pura-pura mati*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About