Minggu, 21 Desember 2014

Ibu ; Lebih Menghidupi Daripada Bumi

Share it Please
Ku peluk dan ku ciumi sesosok tubuh dengan rambut mulai memutih dan keriput yang mulai terukir di wajahnya. Hampir setahun tidak bertemu dan hanya mendengar suaranya di telepon, membuat aku benar - benar merindukan wanita tua ini. Kadang dia hanya menelpon hanya karena kangen, katanya. Sedangkan aku menanggapinya terkadang ogah - ogahan karena aku sibuk dengan laptop atau gadgetku. "Ah, kirain kenapa..", begitu kataku. Wanita di seberang sana hanya tertawa renyah dan mulai bercerita tentang hal yang dialaminya dalam beberapa hari. Beberapa hal diceritakannya berulang - ulang membuat aku bosan dan aku akan langsung mengatakan "Ceritanya diulang - ulang terus. Itu kan udah kemaren". Kembali wanita di sisi lain telepon tertawa renyah "Oh sudah ya, mama lupa".

Sudah 7 (tujuh) tahun lebih sejak aku meninggalkan rumah untuk merantau dan jauh dari kedua orang tuaku. Hal yang sampai sekarang masih aku jalani. Aku bertemu mereka paling banyak dua kali dalam setahun. Selebihnya kami hanya mengobrol lewat telepon atau sms. Aku lebih dekat dengan ibuku dan lebih sering berkomunikasi dengannya. Terkadang aku malas untuk menelpon lebih dulu karena (sok) sibuk. Saat beliau menelpon lebih dulu pun terkadang aku angkat dan memberitahunya bahwa aku sedang tidak bisa mengobrol lewat telepon. "Nanti lagi aja ya ma..", kataku sambil menutup telepon.

Kira - kira sudah berapa cerita yang kuulang - ulang dan masih didengarkan olehnya dengan sabar ketika aku masih kecil sampai beranjak dewasa? Kira - kira berapa jam waktu tidurnya yang sudah kuambil ketika aku bangun menangis di malam hari? Kira - kira berapa jam waktu istirahatnya yang tidak dipakainya ketika aku merengek minta uang di perantauan? Berapa kali dia menangis karena aku? Berapa kali dia disakiti oleh aku? Tak terhitung jumlahnya. Banyak. Hah! Rasa - rasanya aku begitu durhaka. Sombong. Bahkan nyawa pun tidak sebanding dengan semua pengorbanannya. Tidak akan pernah cukup. Akan selamanya kurang

Ibuku yang sabarnya seluas samudera
Ibuku yang kuat dan tangguh melebihi gunung
Ibuku yang mengucapkan doa untukku di tiap helaian nafasnya
Ibuku yang mencintaiku sebelum aku berbentuk
Ibuku yang akan terus mencintaiku bahkan setelah aku kembali tak berbentuk

Ampuni aku atas kesombonganku
Ampuni aku atas ketidakpedulianku
Ampuni aku atas tiap sakit ku bawa untukmu
Ampuni aku atas tiap tetes air mata yang engkau teteskan

Terima kasih untuk semua hal yang sudah Ibu berikan
Terima kasih karena menghidupiku lebih daripada bumi

Semoga Tuhan selalu menjaga dan memberi kebahagiaan abadi kepadamu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About