Sabtu, 22 Desember 2012

Fragment #8

Share it Please
Langit kelam malam ini. Hujan turun membasahi bumi diiringi gemuruh guntur dan kelabatan kilat. Angin bertiup kencang dan aku dapat merasakan hembusannya. Balkon sebuah gedung tinggi di tengah kota padat yang bertaburan lampu warna warni menjadi teman melayangkan pandang. Mengapa hati begitu kalut dan mengapa pikiran bergemuruh seperti langit? Tak lebih karena masa depan yang tak pasti, kabur bahkan terkadang gelap. Kemana aku mengadu? Kepada Dia yang seakan marah malam ini.

Tak ada bintang, tak ada bulan yang tersenyum. Hanya gelap dan dingin. Kemana sebenarnya tujuan ini? Jalan mana yang harus ditempuh? Tak ada kompas. Tak ada penunjuk jalan. Aku terdiam dalam ketidakberdayaan dan keterasingan. Aku hampir menangis dalam kesendirian. Kerlap kerlip lampu dan hamparan rumah berpenghuni menjadi kawan. Gelap. Entah siapa yang sedang tertawa atau menangis. Aku tidak dapat melihat. Yang kulihat hanyalah hampa, tak ada isi.

Di kejauhan aku melihat orang-orang yang dulu berjalan bersamaku sudah berjalan jauh dengan petunjuk arah di tangannya. Tak menoleh dan tak menyapaku. Ke mana mereka? Menghadiri pesta yang tak ditujukan untuk pecundang sepertiku?

Masih gelap dan aku masih duduk di tempat yang sama. Aku meraung dan mulai meneteskan air mata. Kakiku ingin bergerak tetapi tak ada jalan bahkan tak ada percabangan sama sekali.Yang kulihat hanyalah gelap yang mungkin jalan yang tak berujung. Aku menunggu. Aku berharap. Aku berusaha berdiri tegak. Tak adakah yang hendak menggandeng tanganku? Ahh, seperti tidak ada. 

Kemudian.. Aku terjatuh lagi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About