Minggu, 15 September 2013

Kupang : Tak Seperti Yang Dibayangkan Sebelumnya

Share it Please
Flobamora, begitu kota ini sering disebut. Kupang merupakan ibu kota Propinsi Nusa Tenggara Timur, propinsi yang “didaulat” sebagai propinsi termiskin di Indonesia saat ini. Masyarakat Kupang mayoritas beragama Kristen dan Katolik. Itulah salah satu pertimbangan mengapa saya ditempatkan di sini oleh Lembaga Swadaya Masyarakat tempat saya bekerja sekarang. Tidak ada keraguan pada saat saya menerima tawaran ini karena di samping suka mendatangi tempat – tempat baru, saya rasa  saya akan cocok dengan kultur masyarakat di sini yang tidak beda jauh dengan kampung saya, Toraja.

Kota Kupang tidak seramai ibukota di Jawa bahkan Sulawesi. Jika dibandingkan, mungkin sama ramainya dengan Kota Garut di Jawa Barat. Di lihat dari udara, pemandangan hanya akan didominasi oleh ilalang dan pohon – pohon yang  tidak seberapa tinggi. Bangunan di kota ini berdiri di atas karang – karang yang keras sehingga jarang ada bangunan tinggi. Di samping itu, harus diakui bahwa Kupang dan daerah di sekitarnya memiliki garis pantai yang panjang dan indah. Selain indah, pantai – pantai ini masih jarang terjamah sehingga keindahannya masih asli. Kita tidak akan bosan dengan pemandangan pantai, sunset dan aktifitas nelayan. Dialek yang lucu juga membuat saya sangat tertarik untuk mempelajari bahasa di sini. Mereka berbicara seperti rapper karena cepat dan susah untuk ditangkap jika belum terbiasa. Di Kupang atau di NTT secara umum, ada banyak sekali suku daerah. Suku Timor, Suku Flores, Suku Rote, Suku Manggarai, Suku Sumba Barat, Suku Sumba Timur dan masih banyak lagi. Tiap suku walaupun di propinsi yang sama, mempunyai karakter dan kebiasaan yang berbeda. Suatu kesenangan tersendiri mendengar teman – teman baru di sini jika menceritakan tentang karakter masing – masing suku karena selalu dibumbui dengan humor yang bisa membuat kami tertawa terpingkal – pingkal.

Walaupun fasilitas hiburan di kota ini terbilang sedikit, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu. Salah satunya dengan nongkrong di Taman Nostalgia. Taman ini berada di jalan menuju Bandara El Tari, diresmikan pada tahun 2011 bersamaan dengan Gong Perdamaian Nusantara yang berada di tengah – tengahnya. Taman ini disediakan bagi warga Kupang untuk melakukan aktifitas bersantai seperti lari sore, main basket, menikmati live music yang diadakan hampir setiap Hari Sabtu malam atau sekedar duduk sambil menikmati kopi dan jajanan salome. Saya tertawa ketika pertama kali mendengar kata “salome” merupakan nama sebuah peganan favorit di Kupang. Artiny agak jorok bagi mereka yang pernah mendengar sebelumnya. Salome berbentuk bulat, kecil, terbuat dari terigu dan daging. Bentuk dan rasanya mirip bakso. Yang membedakan hanya “bakso” kecil ini digoreng lagi setelah dilumuri telur dan ketika akan disantap dilumuri lagi dengan bumbu kacang. Bisa menambahkan kecap atau sambal sesuai dengan selera. Jajanan ini bisa dibilang yang paling top di Kupang di samping gorengan. Masyarakat Kupang tidak terlalu kreatif dalam hal makanan.

Masih berbicara tentang makanan, bagi mereka yang Non Muslim jika ke Kupang harus merasakan se’i babi. Saya menganggap bahwa olahan daging babi di Toraja adalah yang terbaik. Tetapi itu sebelum saya memakan se’i babi. Rasanya nikmat tiada dua. Se’i adalah daging asap yang sampai saat ini rahasianya belum saya ketahui. Yang saya tahu, bumbunya meresap dan sangat pas. Jika bukan karena ancaman kolesterol, saya tidak akan bosan untuk memakannya setiap hari. Se’i ada yang dijual per porsi dan kiloan. Paket kiloan ini biasanya digunakan sebagai oleh – oleh.

Banyak yang menganggap Kupang adalah daerah tertinggal dengan sumber daya manusia yang juga terbelakang secara pengetahuan. Tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Sebagian besar masyarakat Kota Kupang sudah mengenal teknologi. Itu bisa dilihat dari gadget yang mereka gunakan dan pergaulan remajanya. Menurut beberapa teman yang asli Kupang, pergaulan sebagian besar remaja di sini agak bebas. Itu dapat dilihat dengan banyaknya gadis yang hamil di luar nikah dan cara berpakaian. Salah satu hal yang menarik adalah para remaja di Kupang mengadopsi “American Style” dalam hal pesta seperti pesta ulang tahun. Bagi mereka yang mampu dan ingin eksis, cukup mengadakan pesta sepanjang malam tanpa membatasi undangan. Silahkan datang bagi yang ingin datang. Tamu akan disuguhi dengan makanan dan minuman serta musik seperti di klub malam. Ramai atau tidaknya pesta akan berpengaruh pada pengakuan dalam lingkungan sosial. Jika pesta itu ramai, maka besok sang pembuat pesta akan terkenal dan menjadi perbincangan.


Bagaimanapun keadaannya, datang dan tinggal di tempat ini merupakan suatu pengalaman luar biasa yang pernah terjadi dalam hidup saya. Kadang saya harus melawan jenuh dan rindu akan kebisingan Kota Bandung serta suasana nyaman bersama keluarga di Toraja. Tetapi inilah resiko sebuah pekerjaan, sebuah zona tidak nyaman yang telah saya pilih. Tidak ada cara lain selain menikmati dan mengeksplor Tanah Timor yang menyimpan banyak cerita dan keindahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About

Blogroll

About