Tampilkan postingan dengan label Drama Korea. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Drama Korea. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 April 2022

Twenty Five Twenty One; Mari Merayakan Masa Muda

"Youth is the gift of nature, but age is a work of art" - Stanislaw Jerzy Lee

Drama Korea berlatar tahun 90-an mulai banyak diminati sejak kesuksesan Reply Series. Di saat masalah hidup udah banyak, menonton drama slice of life menjadi pelarian yang menyenangkan. Twenty Five Twenty One (2521) hadir membawa vibes 90-an yang menyenangkan dan cerita yang fresh. 2521 menceritakan kisah masa muda seorang atlit anggar yang diperankan oleh Kim Tae Ri (Na Hee Do). Gue dari dulu tau kalau akting Kim Tae Ri adalah satu dari yang terbaik. Kim Tae Ri yang terhitung jarang terlibat dalam drama sukses bikin gue penasaran dari awal sama 2521. Ada juga Nam Joo Hyuk (Baek Yi Jin) yang sudah berpengalaman dalam dunia drama dengan ketampanan yang gak pernah luntur *penting*. Ngebahas drama ini bakal bikin banyak merenung padahal pas nonton mah banyak senyum-senyumnya.


Gue sebagai anak 90-an tentunya seneng banget bisa ada drama lagi yang bisa menonjolkan kekhasan masa itu. Masa terbaik dengan generasi terbaik *kibas rambut*. Mulai dari barang elektronik, fashion, culture dan lain sebagainya. Vibes 90-an selalu berhasil bikin gue mengenang masa-masa indah saat remaja. Masa-masa cinta pertama dan malu-malu kucing *serta malu-maluin*. Kim Tae Ri, Nam Joo Hyuk and the gank pun berhasil banget jadi anak remaja 90-an yang kelakuannya bikin geli-geli seneng gimana gitu. Cerita masa remaja tentunya gak bakal jauh dari masalah cinta dan persahabatan. Tapi 2521 mengemasnya dengan cara yang lebih menarik dan gak sama dengan drama latar 90-an lainnya. Karena nonton drama ini gue jadi sedikit tau tentang olahraga anggar yang bisa dibilang olahraga kurang populer *di kalangan gue*. Nonton ini juga bikin kita tau gimana perjuangan seorang atlit yang kerja kerasnya gak main-main. Gak cuma fokus di atlit anggar, 2521 juga bisa ngasih liat perkembangan karakter lainnya yang juga menarik. Tentang Baek Yi Jin yang berusaha bangkit dari keterpurukan dan mengorbankan banyak hal demi keluarga dan mimpinya. Chemistry Kim Tae Ri sama Nam Joo Hyuk juga oke banget baik sebagai temen ataupun pasangan. Gue sampe sekarang masih terngiang-ngiang cara ngomongnya Kim Tae Ri yang unik dan enak banget didenger.

Nonton 2521 ini bikin semangat gitu. Banyak quotes kece dan relate banget sama kehidupan yang kayak roller coaster ini apalagi buat kalian yang lagi ngalamin quarter life crisis. Salah satu yang paling gue inget dialognya Baek Yi Jin yang bilang gini "Tidak semua orang yang tidak menjalani mimpinya disebut orang gagal. Begitupun orang yang menjalani mimpinya belum tentu bisa disebut berhasil. Yang paling penting adalah mengerjakan apa yang ada dengan sebaik-baiknya". Kurang lebih gitu. Orang itu bisa jatuh sejatuh-jatuhnya tapi bakal bisa bangkit lagi selama dia gak nyerah walopun butuh waktu yang lama. Klise tapi bener. Drama ini juga ngasih pesan kalo setiap orang itu berbeda keadaannya dan struggling dengan masalah yang beda-beda pula. Orang yang keliatan baik-baik aja bisa aja lagi memendam kepahitan yang besar. Namun, kita juga diingetin bahwa sepahit apapun hidup teman bisa membuatnya jadi lebih manis.


Dari segi percintaan, cerita yang disuguhkan juga realistis banget. Pasangan yang putus karena udah gak ada percikan lagi, udah gak bisa jadi prioritas masing-masing lagi, masalah yang gak pernah diomongin akhirnya mengendap dan akhirnya ngasih luka. Ada juga pasangan yang komitmen buat berusaha selalu bersama bagaimana pun caranya walaupun berat dan bisa berhasil. Emang gak semua hubungan bisa happy ending kan. Kata Na Hee Do juga "Tidak semua dalam hidup ini berjalan seperti yang kita inginkan". Tapi kita diingetin lagi kalo orang yang pernah ada di hidup kita, segala hal yang kita lalui yang membentuk kita menjadi manusia seperti sekarang. Pengalaman-pengalaman masa muda pasti ada manis dan pahitnya tapi pada akhirnya jadi kenangan yang bakal kita inget terus. 2521 ngajak kita apalagi yang masih muda buat menjalani hidup sepenuhnya, bermimpi setinggi-tingginya, berteman, jatuh cinta dan bersenang-senang. Endingnya gimana ya itu urusan nanti. Oleh karena itu, mari rayakan masa muda dan hidup tua tanpa penyesalan.
Continue Reading...

Rabu, 26 Agustus 2020

It's Okay To Not Be Okay; Terbaik 2020 Versi Gue

"Don't forget today. Remember and face it. If you don't face it, you'll just always be a child with an undeveloped soul" - Ko Moon Yeong

Mengangkat tema psikologi, drama It's Okay To Not Be Okay gue nobatkan sebagai drama terbaik di tahun 2020 (walaupun masih ada beberapa bulan lagi). Ya gimana dong hampir semua unsur seperti cast, plot, sinematografi, soundtrack bagus banget. Kalaupun ada yang kurang, gak akan mempengaruhi keapikan drama ini. 


Dari semua drama yang pernah gue tonton, IOTNBO adalah drama pertama yang secara gamblang ngomongin tentang mental health. Mungkin ada beberapa drama lain yang ngomongin mental health tapi gue kurang tau karena gue gak nonton atau gak inget. Mungkin juga ada yang nyinggung tapi gak terlalu fokus sama itu. IOTNBO syutingnya aja sebagian besar di Rumah Sakit Jiwa. Kurang total apa coba. Cukup relate sama kondisi sekarang di mana orang udah mulai aware sama mental health. Because world is turning crazier these days, isn't it?

IOTNBO bercerita tentang Moon Gang Tae (Kim Soo Hyun) seorang perawat di RSJ yang punya kakak berkebutuhan khusus (mengidap autisme), Moon Sang Tae (Oh Jung Se). Moon Gang Tae dalam satu kejadian ketemu sama penulis dongeng cantik, eksentrik, anti-sosial yang suka seenaknya bernama Ko Moon Yeong (Seo Ye Ji). Karena kejadian di masa lalu, Moon Bersaudara selama 10 tahun selalu berpindah-pindah tempat. Setelah satu kejadian, mereka mutusin buat kembali ke kota asal mereka. Ko Moon Yeong yang impulsif ngikutin mereka ke sana karena ternyata dia juga berasal dari kota yang sama. 

Drama ini menggambarkan gimana karakter-karakter utama maupun pendukungnya struggling sama trauma masa lalu dan perjuangan menanggung beban hidup yang beda-beda setiap orang. Hal ini cocok sama kalimat "everybody has their own battle". Yang tampak baik-baik aja belum tentu baik-baik aja dan sebaliknya. Semakin ke belakang kita bakal disuguhi perkembangan masing-masing karakter karena adanya interaksi dan hubungan yang dibangun. Karena banyak berhubungan dengan Rumah Sakit Jiwa, kita juga diperkenalkan dengan beberapa istilah medis dalam kejiwaan. 

Yang bikin menarik lagi, tiap episodenya dikasih judul dongeng lengkap dengan ilustrasinya yang niat banget. Ada dongeng yang udah akrab di telinga kita ada juga yang baru (buat gue). Kerennya, interpretasi dari dongeng-dongeng itu bisa berbeda banget dari pemahaman kita selama ini kalau udah ngikutin jalan cerita dramanya. Jenius sih kalo kata gue.


Selain disuguhin ilustrasi-ilustrasi yang keren-keren banget, kita juga disuguhin soundtrack yang bagus-bagus banget. Gue jamin setelah nonton drama ini lo bakal inget scene-scene tertentu pas denger lagunya. Memorable soalnya. Gak cuma itu, salah satu yang jadi sorotan dari drama ini adalah kostum-kostum yang dipake sama Ko Moon Yeong (Seo Ye Ji). Baju-bajunya gak ada yang gak bagus dan tentunya iconic serta bikin karakter Ko Moon Yeong makin kuat.

Ngomongin akting pemain-pemainnya gak usah ditanyalah. Kim Soo Hyun pas main di drama ini konon dibayar sekitar 2,4 miliar rupiah per episode. Aje gile! Dan bayaran itu sebanding sama penampilannya. Bukan kaleng-kaleng. Tampangnya juga gak maen-maen kan. Bikin susah tidur hahahahaha. So Ye Ji juga all out banget. Suara, muka, gestur emang udah paling pas meranin sosok Ko Moon Yeong. Maksimal kecenya. Peran dia di drama kalau ibarat karya seni bisa disebut masterpiece. Digabungkan dengan sinematografi yang mantap maka makin terpuaskanlah visual kita. Trus, Oh Jung Se yang meranin Moon Sang Tae makan apa sih? Akting dia jadi orang berkebutuhan khusus pol banget. Gak ada obat. Kalo gak dapet penghargaan 'Aktor Pendukung Terbaik' tahun ini sih gak tau lagi.


Unsur paling penting yang melengkapi keapikan drama ini adalah pesannya. Lo bakal nemu banyak kata-kata bijak dan relate sama kehidupan sehari-hari. Apalagi kalo lo lagi dalam keadaan mental yang gak baik-baik aja. Kita diingetin kalo kita bisa memberi atau menerima bantuan dari orang-orang sekitar. Lo bakal sering denger kata 'gwaenchanha'. It's okay. Gak apa-apa. Gak apa-apa untuk gak baik-baik aja. Karena kita manusia.
Continue Reading...

Minggu, 14 Juni 2020

Reply 1988; Menghangatkan Hatimu Yang Dingin

"There's no need to force the harsh truth onto a small bit of happiness. Sometimes you need an illusion to be happy" - Sung Deok Sun

Drama Korea yang lagi rame diomongin. Beberapa temen gue di sosmed bahkan bilang baru nonton dan susah move on dari drama ini. Gue sendiri udah lupa kapan nonton Reply 1988 pertama kali. Yang gue inget drama ini direkomendasikan seorang teman yang gue tanyai tentang drama Korea yang wajib ditonton. Waktu itu menurut teman yang merekomendasikan, drama ini beda dari yang lain dan gak bakal nyesel nontonnya. 20 (dua puluh) episode dengan durasi tiap episodenya sekitar satu setengah jam gak berasa sama sekali. Gue pikir awalnya bakal bosen karena settingannya tahun 1988 karena kadang settingan jadul gak menarik sama sekali buat gue. Tapi semua anggapan itu buyar. Reply 1988 layak jadi salah satu drama korea terbaik sepanjang masa.


Bercerita tentang kehidupan 5 (lima) anak remaja yang bersahabat dari kecil dan keluarga mereka yang tinggal di sebuah komplek. Drama ini menggambarkan kehidupan mereka sehari-hari. Tentang hubungan persahabatan, antar anggota keluarga dan antar tetangga di masa teknologi belum maju dan semuanya masih serba manual. Gue kagum sama settingan tahun 1988-nya yang kental banget dan percaya gak percaya settingan itu bikin kita ngerasa pernah hidup di tahun itu juga. Dari fashion, teknologi, suasana, semuanya jadul banget tapi kita nyaman-nyaman aja liatnya. Sekali lagi gue angkat topi sama ketotalan orang Korea sono memproduksi drama tv. 

Yang menarik dari drama ini, walaupun ceritanya sederhana, cerita kehidupan sehari-hari, emosi kita bisa diaduk-aduk. Scene-scenenya banyak yang bikin ngakak karena emang sekonyol itu. Tapi gak sedikit juga adegan yang bikin hati serasa diremas-remas sampe meneteskan air mata. Lo gak bakal nemuin drama perebutan harta atau pemeran antagonis yang menyakiti pemeran protagonis. Cerita cintanya juga pas dan gak garing. Memang dibuat se-real mungkin khas percintaan anak remaja. Pertengkaran kakak dan adik, suami dan istri, antar sahabat juga dibuat wajar banget. Akting aktor-aktornya juga alami dengan masing-masing karakter yang unik. Pas nonton kita bakal ngerasa kalo yang ada di drama pernah kita alamin juga. Relatable at its best.

Habis nonton ini gue yakin banyak yang bakal kangen sama masa muda dengan teman sekomplek atau tetangga. Tetangga yang selalu ngebantu kalo lagi susah, yang bisa ditumpangin makan kapan pun, yang tau dan mengerti perkembangan kehidupan kita tanpa nge-judge. Masih ada gak ya tetangga kayak gitu jaman sekarang? Apa tetangga jaman sekarang malah sering julid? Ya, nasib. Habis nonton ini juga kita bisa lebih ngehargain orang tua, saudara dan orang-orang yang peduli dan sayang sama kita walaupun cara mereka nunjukin kepeduliannya beda-beda atau malah gak biasa.

Yang suka drama ringan dan gak belibet, Reply 1988 ini pas banget buat ditonton. Banyak pelajaran hidupnya dan bikin hati anget. Worth it juga buat ditonton ulang gak bakalan bikin bosen. Suer deh!
Continue Reading...

Selasa, 19 Mei 2020

The World of The Married; Bikin Takut Nikah (?)

"Marriage is like a walk in the park. Jurassic Park"-  Anonymous

Waktu pertama kali liat posternya gue yakin dramanya bakal keren dan beda. Posternya hot hot mengundang gimana gitulah. Bener aja. Dari penayangan episode pertama, drama ini langsung booming. Cerita tentang perselingkuhan masih menarik buat masyarakat. Di Indonesia sendiri, sinetron atau film televisi tentang perselingkuhan diminati banyak orang. Tentu saja mereka menanti pihak yang berselingkuh dapat karma dan pihak yang tersakiti memiliki kehidupan yang lebih baik kemudian bahagia selamanya. Tapi itu jalan cerita yang sudah bisa ditebak. Drama The World of The Married menyajikan cerita yang lebih kompleks. Dari awal episode drama ini udah ngegas dalam arti yang sebenar-benarnya. Gak kayak beberapa sinetron atau drama yang mengulur waktu untuk menunjukkan bukti-bukti perselingkuhan dan dengan siapa itu dilakukan, drama ini dari episode awal udah ngasih tau penonton. Kebayang kan tuh emosinya dari episode pertama. Penderita darah tinggi gak disarankan nonton drama ini takut tekanannya makin naik.


Drama ini bercerita tentang kehidupan pasangan Ji Sun Woo dan Lee Tae Oh serta anak remaja mereka Lee Joon Young. Ji Sun Woo adalah seorang dokter sedangkan suaminya Lee Tae Oh memimpin sebuah production house yang selalu tampak mesra. Scene-scene awal pun kita udah dikasih tontonan 18+ yang kalo ditayangin di tv Indonesia bakal di-blur atau langsung di-cut. Mapan dan bahagia, sebuah potret keluarga sempurna. Namun, kesempurnaan hanya milik Tuhan dan Andra & The Backbone. Tak ada keluarga yang sempurna. Dari sehelai rambut di syal yang diberikan suaminya, Ji Sun Woo merasakan ada yang tidak beres dan mulai menyelidiki. Kecurigaannya benar bahwa suaminya berselingkuh. Perih jendral! Selingkuhnya sama wanita yang lebih muda, lebih cantik dan tajir melintir. Double kill!

Satu hal penting yang menurut gue kenapa drama ini amat menarik adalah sikap Ji Sun Woo menghadapi kenyataan dan perihnya pengkhianatan. Gak kayak korban perselingkuhan di sinetron atau drama Azab yang bakal nangis terus menerus tanpa perlawanan, Ji Sun Woo berdiri tegak dan mencoba menyelesaikan masalah yang ada dengan cara yang elegan. Ji Sun Woo menunjukkan sekuat-kuatnya perempuan dan setegar-tegarnya seorang ibu untuk anaknya. Kalo ada pemilihan maskot strong woman versi drama Korea, udah jelas pilihannya siapa. Meskipun demikian, drama ini juga menunjukkan momen-momen hati sang korban remuk seremuk-remuknya. Sekuat-kuatnya manusia pastilah punya sisi lemah juga. Aren't we all?

Walaupun fokusnya ke keluarga Ji Sun Woo, kita juga disuguhi kehidupan keluarga lain yang tidak kalah kacaunya. Juga hubungan toxic antara sepasang pemuda pemudi yang berperan penting dalam jalan cerita ini. Selain itu, drama ini juga menunjukkan tekanan-tekanan dari luar yang dapat mempengaruhi mental anggota keluarga yang retak. Sungguh 16 episode yang menguras emosi. Gak jarang gue ngeluarin sumpah serapah selama nonton drama ini. Dari pantauan sosmed hampir semua penonton merasakan hal yang sama. Sampe-sampe intagram Han Soo Hee, pemeran Yeo Da Kyung, sang pelakor diserang netizen. Emosi sih emosi tapi gak sampe norak juga, hey! 

Yang gue liat, The World of The Married pengen nunjukin tentang realita pernikahan. Bahwa pernikahan bukan sebuah cerita di negeri dongeng yang semuanya indah. Pernikahan hanya sebuah fase kehidupan yang dipilih manusia untuk melanjutkan hidup yang diimpikan. Berawal dari cinta, kadang berakhir dengan pengkhianatan atau penderitaan. Ada yang bertahan dalam 'neraka', ada juga yang langsung ini melepaskan diri. Semuanya kembali ke pilihan lagi. Ini gue sotoy sih sebagai orang yang belum pernah menikah. Ya udahlah ya. Ini sepenglihatan dan sepemahaman gue doang. Gak cuma di drama tapi juga di dunia nyata, di sekeliling gue dan terjadi pada orang-orang dekat. Pernikahan adalah sebuah perjalanan penuh tantangan, rintangan, cobaan dan godaan. Hanya mereka yang terpilih yang bisa bertahan sampai maut memisahkan. Ini ke-sotoy-an gue lagi. Gak harus setuju loh ya.

Ngomongin pernikahan berdasarkan drama ini juga gak lepas dari sosok anak. Perjuangan Ji Sun Woo buat ngelindungin anaknya dari segala tekanan juga nguras emosi. Mana anaknya kadang nyebelin banget. Tapi kasian juga. Kita dikasih gambaran gimana mental anak broken home yang terus menerus ngeliat 'peperangan' kedua orang tuanya. Gue aja yang liat capek apalagi anaknya. Gue coba memaklumi kelakuan anaknya yang kadang pengen minta digetok kepalanya *elus dada*

Yang lebih menarik lagi selama nonton drama ini gue selalu terngiang-ngiang kata-kata nyokap gue bertahun-tahun yang lalu. Begini kata beliau, "walaupun kalian perempuan, nanti kalo udah dewasa harus punya pekerjaan dan uang sendiri. Gak terkecuali ketika udah nikah. Jangan bergantung penuh sama suami. Perempuan itu harus mandiri. Jaga-jaga nanti kalo ada kejadian yang gak diinginkan dan mengharuskan pisah sama suami, paling gak masih bisa berdiri di kaki sendiri". Kata-kata yang gak pernah gue lupain. Pas liat Ji Sun Woo, gue langsung mikir, nyokap gue emang bener. Gue curiga Ji Sun Woo pernah ngobrol sama nyokap gue *yakali*.

Habis nonton ini gue yakin sih ada orang yang bakal takut buat menikah. Takut akan kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin terjadi di depan. Tapi kalo takut, apa artinya kita gak akan ngelakuin?, kata seorang senior panutan gue. Gue pribadi sih nganggap kalo pernikahan adalah suatu step yang penting dalam kehidupan karena banyak alasan. Namun yang paling penting, nikah kalo udah siap mental. Jangan nikah karena ngeliat orang lain udah nikah atau karena ngeliat postingan-postingan pake hashtag #relationshipgoals di media sosial. Yang lebih penting lagi, nikah kalo udah ada pasangannya. Gitu. mblo! *nunjuk muka sendiri*

Continue Reading...

Selasa, 25 Februari 2020

Crash Landing On You; Bikin Banyak Kepengen

"Sometimes the wrong train takes you to the right direction. It was like that for me, too" - Yoon Se Ri

Saat tulisan ini dibuat, penulis mengalami hari yang sangat gloomy. Mungkin karena pengaruh hujan dan lagu-lagu sendu dari pemutar musik. Gloomy ini juga diduga adalah efek lanjutan dari selesainya drama Crash Landing On You. Yang baca blog gue (kalo ada) pasti tau gue gak akan nulis review (?) kalo drama atau filmnya gak berkesan buat gue. Gue emang anaknya gitu. Ape lu? *galak*

Yang pake seragam godaan iman banget deh
Trus kenapa CLOY ini berkesan saudara-saudara? Apakah karena pesona Hyun Bin saat pamer dadanya yang bidang dan punggungnya yang lebar? Aku tidak sedangkal itu, ferguso. Kamu pikir aku cewek apaan? Tergoda pada hal seperti itu? Tentu saja... benar... Gue lemah sama aktor-aktor (cakep) Korea pake seragam tentara. Pas aja gitu. Tapi apakah itu satu-satunya alasan. Tentu saja tidak, marimar.

Ada yang nanya CLOY ini sama gak sih ama Descendants of The Sun yang fenomenal. Kalo menurut gue CLOY lebih bagus. Bukan berarti DoTS jelek ya. Gue juga suka kok. Tapi CLOY ini ngebawa cerita yang beda tentang dunia militer. Di sini Hyun Bin jadi tentara Korea Utara cuy!  Jarang-jarang kan lead actor di drakor jadi tentara Korut. Son Ye Jin yang jadi lawan mainnya diceritain seorang anak konglomerat yang lagi paralayang dan masuk ke perbatasan Korut karena angin tornado. Pertemuan tentara Korut dan warga Korsel di perbatasan jadi awal semua cerita yang rasanya kayak nano-nano. Lo bisa dibikin nangis, senyum-senyum, ketawa ngakak, deg-degan, bingung dalam satu waktu. Gue jamin, drakor ini gak akan ngebosenin.

Suapin aku, bang
Terlepas dari ceritanya yang tergolong fiksi, gue paling kagum sama penggambaran suasana di Korea Utara. Meskipun tempat syuting setting Korea Utaranya katanya di Korea Selatan dan Mongolia, lo bener-bener kayak diseret ke tempat asing yang gak pernah lo liat di drakor yang lain sebelumnya dan lo yakini kalo itu di Korut. Hebat kan? Gak cuma setting tempat, aktor-aktornya baik yang utama maupun pendukung total banget ngomong pake aksen Korea Utara. Ada beberapa cameo yang bikin senyum-senyum sendiri. Unik dan lucu banget. Pas nonton ada beberapa part yang gue ulang-ulang. Emang sekoplak itu. Cuma adegan sedihnya juga banyak, bikin baper. Bucin lintas negara dan lintas ideologi yang melibatkan keamanan nasional. Dahsyat.

Selain munculnya naluri ingin tahu lebih jauh dengan hubungan Korsel dan Korut, muncul juga keinginan lain yang agak mustahil. Pengen jadi anak angkatnya Hari Tanoe! Biar gak usah mikir panjang buat ke Swiss, tinggal berangkat gak perlu khawatir besok mau makan apa. Drama ini apik banget ngambil keindahan landscape Swiss. Pegunungan, danau, rumah-rumah unik semuanya bagus banget. Naluri berpetualang jadi membara lagi pengen ngunjungin tempat-tempat semacam itu. Sayang, isi rekening berkata lain.

Pengen nyebuurrrr
Pengen liburan ya allah

Yang terakhir dan yang terutama pastinya pesona Hyun Bin. Perasaan doi gak setinggi dan secakep ini pas di Memories of Alhambra deh. Atau apa gue yang gak nyadar? Whatever. Yang jelas Hyun Bin di drama ini kayak dewa. Kalo kata Damian, sempurnaaaaa. Apalagi bagian dia pake seragam tentara. Why oh whyyyy. Why is he so damn hot in that uniform?! Aksen Korea Utaranya juga bikin gemes, pengen gigit. Tatapannya gue rasa bisa bikin kecoa kebalik sendiri. Aktingnya gak usah dikomenin lagilah ya. Senior mah susah dilawan. Pas juga dapet lawan maen yang gak kaleng-kaleng. Di salah satu komenan video youtube bilang gini "chemistry mereka berdua bisa ngidupin listrik buat seluruh wilayah Korea Utara". Ya saking bagusnya. Finally ya, kita bisa move on dari Song-Song couple di DoTS.

Mbak, gantian napa
Continue Reading...

Senin, 16 September 2019

Search WWW; All About Women's Power

"A woman is like a tea bag. You can't tell how strong she is until you put her into hot water" - Eleanor Roosevelt

Ngomongin drama korea kayaknya gak bakal abis-abis. Setiap minggu ada aja drakor baru yang tayang sampe waktu rasanya gak cukup banyak buat nonton itu semua. Produksinya juga makin gila-gilaan gak maen-maen. Pilihan cerita dan genrenya beragam tinggal pilih mana suka. Sepanjang gue nonton drakor, banyak yang munculin peran utama perempuan yang tertindas, lemah tapi mampu bangkit saat berada di titik bawah. Yang pemeran utamanya cewek semua juga ada, yang ngulik sisi kehidupan tiap pemeran. Tapi, Search WWW buat gue adalah drakor yang bener-bener nunjukin sisi kuat perempuan. Semacam drama women empowerment gitulah. Gue bahas di sini karena emang beda dari drakor biasanya.


Pemeran utamanya udah jelas perempuan semua. Bahkan peran-peran pembantu yang nempatin posisi penting dalam ceritanya dipegang sama perempuan. Misalnya nih ketua perusahaan yang berkuasa dan kaya raya, biasanya kan laki-laki (tua) tuh, di drama ini dipegangnya sama perempuan (tua) dong. Dari judulnya sih bisa kebaca kalo ceritanya seputar dunia internet. Yang jadi main role atau fokus cerita adalah tiga perempuan yang semuanya cantik, pinter dan menarik. Mereka bertiga punya latar belakang yang beda-beda tapi semuanya punya passion dan dedikasi pada pekerjaan yang gede. Bakal banyak scene di mana lo bakal bilang "wagelaseh" saking kerennya mereka. Permasalahan pribadi yang dihadapi juga beda-beda bentuknya, relatable dan gak lebay. Drama ini pengen ngegambarin kalo sehebat apapun perempuan di dunia kerja, mereka juga kadang galau kalo urusannya sama perasaan. Nah bedanya lagi, mereka galau ya sewajarnya aja. Galau ya galau tapi less drama. Gue malah amazing banget pas mereka kadang lebih banyak pake logika pas berhadapan ama masalah baik itu urusan kerjaan ataupun percintaan. Beberapa kali gue bilang gini "kalo gue jadi dia pasti gitu juga sih". Penulis ceritanya bikin konflik dan penyelesaian masalahnya naro kita di posisi abu-abu, gak hitam gak putih. 

Keteguhan mereka megang nilai-nilai yang diyakini walaupun banyak yang menentang atau gak suka menurut gue salah satu poin penting dalam drama ini. Tau kapan harus  terlihat kuat dan pada siapa harus nunjukin kelemahan juga list selanjutnya kenapa cerita di drama ini bagus banget menurut gue. Walaupun mereka badass banget, tetep diliatin mereka juga bisa down trus nangis kejer kalo emang bebannya udah berat banget. Jadi masuk akal. Bener-bener jarang banget (seenggaknya setau gue) drakor yang ceritanya kayak gini. Di drama ini bukan berarti gak ada peran cowo sama sekali. Mereka ada buat ngaduk-ngaduk hati cewe-cewe setrong ini. Gue juga bakal lemah sih kalo cowo-cowonya modelan gitu semua haha. Buat yang lagi berhadapan sama cewe setrong dan mandiri, bisa belajar dari cowo-cowo di drama ini. Cewenya udah logis banget kebayang jadi cowonya harus lebih logis lagi. Cewe-cewenya pinter, nah kebayang kan cara cowo-cowo ngimbangin mereka gimana. Teknik tarik ulurnya bangke banget juga sih.

Aaaaaa, pokoknya harus nonton ini. Terutama buat cewe-cewe di luaran sana yang lagi down atau butuh panutan, drama ini bakal menghibur banget. Gak perlu mikir berat-berat, gampang paham sama jalan ceritanya. 
Continue Reading...

Senin, 04 Februari 2019

Sky Castle; Orang Tua, Pendidikan dan Ambisi

"Educating the mind without educating the heart is no education at all" - Aristotle

Lagi-lagi gue dikagetin sama drama korea cerdas dan beda dari yang biasanya kita tonton. Itulah kenapa ulasannya layak masuk blog gue (macam terkenal aja blognya). Seperti biasa, gue dikasih rekomendasi drama korea dari temen. Judulnya Sky Castle. Gak langsung gue tonton walaupun udah gue masukin ke list "must to watch" dikarenakan gue jarang banget nonton drama yang on-going (sementara ditayangin di Korea). Soalnya kalo penasaran, masih harus nunggu seminggu buat nonton episode berikutnya. Menunggu itu gak enak. Apalagi yang ditunggu gak nyadar kalo ditungguin tau-tau udah sama orang lain (apaan sih). Gue lebih milih nonton drama yang udah tamat di Koreanya jadi gak perlu nunggu kalo penasaran. Ngikutin cara ini, siap-siap aja mata jereng kelamaan natap layar hape, laptop atau tv. Semuanya tergantung selera, mana yang dianggap nyaman karena kita di dalam hidup ini seyogyanya mencari kenyamanan bukan? (serah dah!)


Setelah iseng-iseng baca review Sky Castle dan konsisten 'diracunin' sama temen, gue akhirnya memutuskan buat nonton walaupun masih on-going dan baru episode awal-awal. Ini yang namanya keluar dari zona nyaman cuy. Serial ini tayang dua kali seminggu di Korea jadi penantian gak terlalu lama itungannya. Paling gak itu pikiran gue di awal.

Drama ini bercerita tentang perumahan mewah dan ekslusif bernama Sky Castle yang dihuni oleh orang-orang kaya berprofesi dokter dan pengacara. Ceritanya fokus pada kehidupan masing-masing keluarga di mana para orang tua berambisi untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah bergengsi dan kampus ternama. Tentunya dengan jurusan yang sudah ditentukan dari awal. Tujuannya tentu saja untuk mempertahankan gengsi dan kehormatan keluarga. Bagi para orang tua ini, wajib hukumnya anak-anak mereka ngikutin kesuksesan mereka. Kesuksesan tersebut cuma bisa diraih dengan masuk sekolah dan universitas ternama. Para orang tua ini gak pernah baca quotes-quotes motivasi ala-ala tentang makna kesuksesan kayaknya. Fyi, SKY ternyata singkatan dari Seoul, Korea dan Yonsei. Mereka ada tiga nama universitas terbaik di Korea Selatan yang jadi impian banyak orang. Menurut referensi yang gue baca, di sana kita lulusan dari universitas mana ngaruh banget sama kehidupan setelah kuliah terutama di dunia kerja. Jadi pilihan universitas di sana jadi pertimbangan penting.

Dalam drama Sky Castle ini digambarin kalo para orang tua ini berlomba-lomba buat nge-hire tutor terkenal, nyari akademi atau bimbingan belajar terbaik buat anak-anak mereka tanpa peduli sama harganya. Dalam prosesnya, usaha-usaha inilah yang kemudian bikin masalah dan bikin semuanya kacau. Kekacauannya susah digambarkan karena njlimet, in good way. That's why you you semua harus nonton. Yang bikin unik drama ini selain tanpa cinta-cintaan dan adegan romantis adalah nentuin protagonis dan antagonisnya. Ada sih yang bisa langsung dilabelin protagonis atau antagonis tapi beberapa karakter sulit buat dilabelin. Karena semakin diikuti ceritanya, kita semakin ngerti kenapa mereka ngambil pilihan-pilihan itu. Realistis dan tampak nyata. Kisahnya deket dengan banyak terjadi di sekitar kita meskipun gue sendiri belum lihat yang seekstrim itu.

Walaupun di sekitar gue gak ada yang ekstrim kayak di drama ini, tapi paling gak gue banyak liat anak-anak yang tertekan karena dituntut untuk jadi seperti yang dipengenin orang tua. Di kampus gue nemu beberapa temen yang masuk jurusan di luar keinginannya hanya karena paksaan orang tua. Ada yang endingnya biasa aja, ada yang endingnya gak bagus. Itulah kenyataan pahit yang terjadi di dalam sistem pendidikan dan sistem sosial kita sekarang. Harus diakui kalo pandangan dari orang lain jadi hal yang penting banget bagi sebagian besar orang atau keluarga. Bahkan salah satu karakter di Sky Castle bilang gini, "Jaman sekarang orang gak dilihat dari pertemanan atau loyalitasnya tapi dari pendidikan dan kedudukannya". Makjleb!

Orang tua perlu banget sih nonton ini. Calon orang tua juga perlu. Pesan-pesan moralnya banyak. Jalan ceritanya gak usah ditanya lagi, bikin penasaran di setiap akhir episode. Twistnya juga banyak dan bikin emosi diaduk-aduk sepanjang nonton. Akting semua pemainnya juga keren banget. Tonton deh. Sambil kita membayangkan dunia atau lingkungan sekitar kita yang bebas dari penilaian menggunakan standar yang udah ada. Dunia atau lingkungan di mana orang bebas jadi apa aja yang dipengenin tanpa tekanan dari orang lain dan tanpa takut mengambil pilihan hanya karena penilaian orang. Cuma bisa ngebayangin karena semua hanyalah utopia belaka. Hihihi
Continue Reading...

Kamis, 24 Januari 2019

Mr. Sunshine; Drama TV Rasa Film

"Nobody can give you freedom. Nobody can give you equality or justice. If you are a man, you take it!" - Malcolm X

Gue udah nonton puluhan drama korea tapi belum pernah ada yang gue bahas lewat tulisan di blog. Gue dulu gak tertarik sama sekali sama drakor karena dalam pikiran gue drakor itu menye-menye, lebay dan ngabisin waktu buat nontonnya. Drakor rata-rata terdiri dari 16 episode yang durasinya sekitar satu jam per episodenya. Apalagi jaman dulu kalo mau nonton drakor harus beli dvd bajakan paling kurang 4 keping per drama yang artinya uang yang harus dikeluarkan lebih banyak. Maklum anak kos. Tapi yang namanya virus gak bisa ditolak dan datang tiba-tiba tanpa lo sadari. Gue inget drakor yang pertama kali gue tonton judulnya You're Beautiful tanpa tau nama-nama pemainnya cuma ingat mukanya doang. Setelah itu gak langsung suka banget tapi waktu ada temen yang rekomendasiin drakor yang menurut dia bagus gue coba untuk nonton. Temen yang rekomendasiin itu cowok dan gue percaya penilaian cowok tentang drama korea karena udah jadi rahasia umum kalo drakor itu identik sebagai tontonan cewek-cewek. Salah satu yang direkomendasiin temen gue ini judulnya Gentlemen's Dignity. Ceritanya tentang kehidupan laki-laki gitu dan menurut temen gue ceritanya relatable sama mereka. Bhaiqlah. You win. Sejak itu gue jadi penonton drakor.

Gue nonton drakor yang menurut orang lain bagus. Gue jarang nonton drakor yang emang pengen gue nonton tanpa ada jaminan itu bagus atau engga. Awalnya gue cuma nonton drakor yang pemainnya sering gue liat mukanya entah di berita atau youtube. Ya macam Lee Min Ho gitulah. Atau emang yang good looking. Gue inget nonton Boys Over Flowers, Meteor Garden versi Korea sampe dua atau tiga kali. Wasting time banget. Di situ gue baru ngerasain yang namanya virus. Makin ke sini, makin sering nonton drakor dan juga serial tv barat yang ceritanya njlimet, gue mulai bosan dengan drama yang ceritanya bisa ketebak atau gitu-gitu aja. Selera jadi bergeser dan gue sampe sekarang lebih mementingkan jalan ceritanya daripada pemainnya.

Menurut penilaian pribadi gue, produksi drama korea ini gak maen-maen. Gue kagum mereka bisa bikin drama-drama menarik yang kualitasnya setara film-film bioskop. Bukan macam sinetron sampah Indonesia yang kayak gak niat bikinnya. Cuma menang di jumlah episode bejibun tanpa peduli sama kualitas cerita maupun gambarnya.


Mr. Sunshine adalah salah satu drakor yang baru aja gue tonton dan membekas di pikiran gue. Bikin baper iya, tapi lebih dari itu. Drakornya nambah kekaguman gue sama keseriusan orang-orang di sana bikin drama yang ditayangin di tv. Drama ini diperanin Lee Byung Hun. Kalo liat mukanya bisa langsung kenal karena doi udah maen di film Hollywood macam G.I. Joe sama Red 2. Settingnya sekitar tahun 1800an akhir sampe 1900an awal pas Korea namanya masih Joseon dan lagi dalam masa penjajahan Jepang. Dalam masa ini masih kental perbedaan kelas antara budak dan bangsawan. Nah drama ini menceritakan tentang salah satu anak budak yang kabur ke Amerika karena perlakuan keji majikan ke keluarganya. Selain itu di sisi lain ada anak bangsawan cewek yang orang tuanya jadi pejuang tapi terbunuh di Jepang pas lagi ngejalanin misi. Lead ceweknya ini diperanin sama Kim Tae Ri. Ini pertama kali gue liat dramanya dia.

Setelah gede, Choi Yoo Jin (Lee Byung Hun) jadi tentara berkewarganegaraan Amerika dan Go Ae Sin (Kim Tae Ri) tetep jadi wanita bangsawan tapi diam-diam dilatih jadi pejuang kemerdekaan. Gak cuma mereka berdua, ada beberapa karakter lagi yang punya peran penting dalam drama ini. Yang gak suka drama latar jaman dulu, mungkin gak bakal suka drama ini. Tapi percayalah ini drama korea dengan sinematografi terbaik yang pernah gue tonton. Kita kayak dibawa ke masa lalu dengan cerita cinta, pengkhianatan, diplomasi, perjuangan, peperangan, kesetiaan, pilihan dan masih banyak lagi. Campur aduk tapi apik. Dengan cerita yang mudah dimengerti, kita kayak lagi nonton film berdurasi panjang. Penggambaran karakternya juga bagus dengan akting pemain-pemainnya yang gak usah diragukan lagi. Yang bisa gue jamin lagi habis nonton ini pasti langsung benci banget sama tentara Jepang trus jadi inget penjajahan mereka di Indonesia yang cuma 3,5 tahun tapi membekas. Meskipun begitu, gue terhibur sama beberapa adegan pertarungan pedang samurai. Itu keren banget. Oh iya, kostum-kostum ala wania Barat-nya lucu-lucu. Karena ini dramanya settingan masa perjuangan, jadi banyak yang mati gitu. Scene mati beberapa karakter ngaduk-ngaduk perasaan dan bikin nangis. Asli sedih coy. Gak semuanya tragis, di sini juga banyak adegan lucunya dan romansanya dalem. Bitter sweet gitulah. 

Buat yang suka drama korea apalagi suka sejarah wajib nonton Mr. Sunshine sih. Habis nonton pasti langsung pengen nguasain Bahasa Jepang, Korea dan Inggris sekaligus. Pengen jalan-jalan juga trus duduk di bukit gitu sambil merenung. Tsah!
Continue Reading...

About

Blogroll

About