Sudah lebih dari seminggu, acara televisi didominasi oleh berita tentang jatuhnya pesawat Sukhoi SuperJet 100. Pesawat baru yang sedang diuji coba. Pesawat buatan Rusia ini jatuh setelah menabrak Gunung Salak. Dari berita yang sempat aku dengar, tidak ada korban selamat dan memerlukan waktu lama untuk mengevakuasi korban serta menemukan serpihan pesawat itu karena medannya yang sulit. Seingatku, sudah beberapa kali pendaki gunung hilang di gunung tersebut dan kabarnya memang banyak hal-hal mistis di sana. Untuk masalah yang terakhir itu percaya tidak percaya tergantung anda.
Bosan dengan beritanya sebenarnya tidak. Setiap orang ingin tahu perkembangan beritanya walaupun tidak mengenal sama sekali korbannya. Aku sendiri, sangat ingin tahu beritanya. Tetapi sebagai informasi, aku sangat benci dengan berita kecelakaan pesawat. Alasannya? Aku memang tidak suka. Segala hal yang berbau kecelakaan pesawat. Siapa yang suka dengan kecelakaan pesawat? Hanya orang sinting yang suka dengan hal tragis seperti itu. Sebenarnya, sebuah kecelakaan pesawat memberi pengalaman pahit bagiku. Semuanya mengingatkan aku dengan kejadian sekitar 9 bulan yang lalu.
Kejadian 9 bulan yang lalu? Pesawat cooper yang jatuh di pegunungan yang terletak beberapa kilometer dari kota Manado, Sulawesi Utara yang di dalamnya ada 1 pilot 1 co-pilot dan 8 penumpang berkewarganegaraan Indonesia dan asing. Semuanya meninggal dengan kondisi yang mengenaskan. Tidak ada yang selamat. Sejak sore menunggu berita dengan berbagai perasaan dan ekspetasi. Suatu keadaan yang tidak bisa digambarkan. Telepon tidak pernah lepas dari tangan. Dini hari mendengar berita bahwa tidak ada penumpang yang selamat. Tangis meledak karena kaget dan sedih yang luar biasa. Mengapa sedihnya luar biasa? Karena salah satu korbannya adalah seorang mantan kekasih dan merupakan salah satu teman terdekat.
Kejadiannya masih begitu nyata, tidak bisa dilupakan. Mendengar pesawat jatuh? Aku benci. Kalau bisa aku tidak mau menontonnya.
Kejadian 9 bulan yang lalu? Pesawat cooper yang jatuh di pegunungan yang terletak beberapa kilometer dari kota Manado, Sulawesi Utara yang di dalamnya ada 1 pilot 1 co-pilot dan 8 penumpang berkewarganegaraan Indonesia dan asing. Semuanya meninggal dengan kondisi yang mengenaskan. Tidak ada yang selamat. Sejak sore menunggu berita dengan berbagai perasaan dan ekspetasi. Suatu keadaan yang tidak bisa digambarkan. Telepon tidak pernah lepas dari tangan. Dini hari mendengar berita bahwa tidak ada penumpang yang selamat. Tangis meledak karena kaget dan sedih yang luar biasa. Mengapa sedihnya luar biasa? Karena salah satu korbannya adalah seorang mantan kekasih dan merupakan salah satu teman terdekat.
Kejadiannya masih begitu nyata, tidak bisa dilupakan. Mendengar pesawat jatuh? Aku benci. Kalau bisa aku tidak mau menontonnya.
