Jumat, 25 Oktober 2019

Untuk Kamu di Umur Tiga Puluh Tahun

Hai kamu, how's life?
Bagaimana rasanya menginjak kepala tiga?

Sebelumnya, ku ucapkan selamat ulang tahun. Ada yang mengatakan saat ulang tahun kita bertambah umur tapi sebenarnya jatah umur kita berkurang di dunia. Kudoakan semoga sisanya berapa pun itu membuatmu senantiasa bisa bermanfaat bagi banyak makhluk.

Hidup rasanya banyak kesulitan ya setahun terakhir, tahun penghujung kamu berumur 20-an.
It's okay, sayang. Nyatanya kamu sudah tiba di titik ini. Mungkin belum sebuah titik puncak, tapi paling tidak kamu masih bertahan sejauh ini.

Aku ingin mengajakmu melihat sebentar ke belakang. Tidak apa-apa, kan?
Aku ingat terakhir kamu sempat mencatat apa saja yang kamu capai di setiap pertambahan umurmu dari lahir sampai sekarang. Perjalanan hidup yang menurutku menakjubkan, hidup yang mungkin didambakan beberapa orang. Mungkin untukmu itu adalah sebuah perjalanan yang biasa-biasa saja dan belum ada apa-apanya dibandingkan orang lain. Kukira wajar untuk berpikir seperti itu. Lagipula, kita adalah manusia biasa.

Aku sangat tahu bahwa yang kamu lewati sejauh ini adalah sebuah perjuangan yang tidak mudah. Begitu banyak tangis dan kesepian yang datang. Aku tahu berapa malam yang kamu lewatkan sendiri sambil merenung, menangis kemudian berdoa dalam gelap kepada Tuhanmu. Aku pun tahu seberapa banyak kamu terlihat bahagia di depan orang lain tapi hatimu merasakan hal lain. Selain tidak ingin membuat orang terdekatmu khawatir, kamu juga memilih untuk membagi kesedihan hanya dengan orang yang bisa dipercaya dan mengerti.

Sekarang coba kita lihat sebanyak apa pengalaman yang sudah kamu dapatkan sejauh ini. Amat banyak. Kamu adalah salah satu orang yang beruntung bisa mendatangi banyak tempat, menimba ilmu di sekolah-sekolah terbaik, kemudian memperoleh banyak sekali teman yang kemudian menjadi sahabat setia. Kamu memiliki keluarga yang tidak sempurna tetapi selalu bisa memberikan ketenangan dan kebahagiaan yang tidak dimiliki orang lain. Kamu memiliki banyak orang yang dapat diandalkan dalam masa-masa sulit. Orang-orang yang akan membantumu tanpa banyak mempertanyakan pilihan-pilihanmu. Mereka, baik yang mempunyai pertalian darah atau pun orang asing yang sedekat saudara.

Beberapa pria juga pernah datang dan menjadi istimewa bagimu dalam beberapa waktu. Pria yang pernah memberimu cinta begitu pun sebaliknya. Kamu tahu sayang, tak ada yang pernah sia-sia dari waktu yang telah dijalani. Orang akan selalu datang dan pergi karena begitulah hukum alam yang berlaku. Orang yang datang bisa memberi kebahagiaan maupun kesedihan. Satu yang pasti, mereka memberikan pelajaran hidup yang berbeda-beda. Pelajaran penting untuk menjalani hari-hari selanjutnya. Pelajaran yang belum tentu didapatkan semua orang.

Di umur ketiga puluhmu ini, aku ingin mengatakan bahwa,

Mengeluh adalah hal yang manusiawi.
Marahlah jika ingin marah dengan mempertimbangkan konsekuensinya.
Menangislah jika itu membuatmu lebih baik.
Tetaplah menjadi dirimu sendiri karena kamu istimewa.
Bersyukurlah atas apa pun yang kamu lewati dan miliki.
Ikhlaskan dan terimalah masa lalu yang baik maupun buruk.
Cobalah memaafkan orang-orang yang pernah menyakiti hatimu.
Tetap berbuat baik sebisa dan semampumu kepada siapa pun.
Terus lakukan kegemaranmu dan apapun yang bisa membuatmu bahagia.
Mengobrollah lebih banyak dengan ayah ibumu agar di masa tua mereka tidak merasa kesepian.
Sayangi dan hargai saudaramu, sahabatmu dan orang-orang yang selalu ada untukmu.
Tetap tersenyum dan tularkan kebahagiaan sebanyak mungkin.
Ingatlah bahwa setiap orang punya pergumulan masing-masing, cobalah mengerti.
Tak ada batasan umur untuk bermimpi. Kejarlah apa yang kamu cita-citakan dan tetap yakin kamu bisa melakukan apa pun.
Teruslah belajar karena ilmu tak pernah berkesudahan.
Akan masih banyak hal yang akan terjadi, yang tidak sesuai dengan keinginanmu, di luar kekuatanmu. Oleh karena itu, pasrahkan seluruh hidupmu kepada Yang Maha Kuasa.

Satu hal lagi yang harus kamu tahu,
Aku dan banyak orang mencintaimu. Sangat.

Continue Reading...

Gundala; Pride of Indonesia!

"Jangan ikut campur urusan orang lain. Belajar urus diri lo sendiri" - Awang

Tuh dengerin kata Awang. Agak susah tapi ya buat orang-orang jaman now apalagi yang ekstrovert kayak gue. Tapi kita lagi gak ngebahas tentang kehidupan di dunia fana ini, kita lagi mau ngebahas tentang film superhero (jagoan) Indonesia yang baru aja tayang, Gundala Putra Petir. Film ini banyak yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia, paling gak yang suka nonton film atau yang baca komiknya. Kalo gue yang pertama karena gue terus terang gak baca komiknya. Sering denger doang selewat. Baru mulai cari tau pas Joko Anwar, sutradara film ini ngumumin tentang produksinya.


Jadi, Gundala ini tokoh komik yang diangkat ke layar lebar dan diproduksi secara serius. Serius dalam artian sebaik-baiknya, sebagus-bagusnya, semaksimalnya kemampuan sineas Indonesia biar jadi keren. Syukur kalo bisa nyamain film-film Marvel. Ya paling gak DC-lah. Itu udah tarif bawah kalo di dunia ojol. Cuma kalo gak nyamain juga gak apa-apa. Namanya juga usaha. Dan gue baru tau kalo Gundala ini salah satu karakter yang ada di semesta Bumi Langit. Ternyata karakter jagoan dari komik lama ini banyak banget. Gue taunya cuma Si Buta Dari Gua Hantu sama Mandala. Maklum, soalnya masa kecil dan remaja gue terenggut nonton Angling Darma sama Misteri Gunung Merapi. Gue beneran gak tau tuh kalo ada yang namanya Godam, Sri Asih, Virgo, Tira, Aquanus etc. Nah film Gundala ini ceritanya jadi pembuka rangkaian Bumi Langit Cinematic Universe. Kayak Iron Man gitulah pas ngebuka Marvel Cinematic Universe. Kenapa Gundala harus dibahas? Ya karena ini produk Indonesia. Indonesia bikin film superhero yang lumayan itu prestasi.


Gundala nama aslinya Sancaka, diperanin sama Abimana Aryasatya yang entah kenapa di peran ini jadi cakep banget. Sebelum-sebelumnya juga cakep sih tapi di sini berlipat-lipat cakepnya. Duh. Kehidupan Sancaka dari kecil diceritain di film ini. Ceritain gimana orang tuanya yang berjuang buat ngelawan ketidakadilan yang bikin bapaknya meninggal dan ibunya ngilang. Dari situ Sancaka berjuang idup sendiri. Akting adek yang jadi Sancaka kecil wagelaseh. Keren banget. Jadi pengen gue angkat jadi sodara rasanya. Dalam perjuangan hidup sendiri, Sancaka kecil ketemu sama cowok remaja namanya Awang dan ngajarin bela diri. Sayangnya mereka kepisah pas lagi ngejar kereta. Sancaka trus gede aja gitu berubah jadi cakep walaupun cuma pake baju satpam.


Film ini banyak adegan berantemnya. Adegan berantemnya bagus walaupun adegan berantem kayak gitu udah sering kita liat di film-film action Indonesia yang lain. Sancaka ngeluarin petirnya cuma beberapa kali, mungkin karena budget CGI yang mahal. Mungkin ya. Gak dijelasin detail kenapa Sancaka tau-tau bisa ngeluarin petir. Atau guenya yang gak merhatiin. Kalo menurut komiknya sih doi anak Raja Petir gitulah. Sancaka yang awalnya cuek sama keadaan sekitar karena gak mau ikut campur urusan orang lain (karena inget pesan Awang), mulai ngebela orang-orang gak bersalah trus lama-lama jadi vigilante macam Arrow gitu. Yang minta bantuannya modelan Tara Basro, ya bergetarlah jiwa patriotisme babang Sancaka.


Villain di sini namanya Pengkor, diperanin sama aktor Malaysia Bront Palarae. Salah satu yang aktingnya ciamik juga. Penceritaan tentang masa kecilnya dan gimana dia jadi Pengkor yang sekarang itu singkat tapi joss. Dia juga di film ini jadi bapaknya anak-anak. Anak-anak ini adalah anak-anak yatim yang dia bantu dan dilatih jadi pembunuh bayaran dengan profesi yang beragam. Anak-anak bapak yang muncul di Gundala castnya mantep-mantep banget walaupun pas mereka muncul kurang greget. Entah kurang dieksplor atau emang adegan berantemnya kurang bagus.


Plot cerita film Gundala kata sutradaranya Joko Anwar sedikit nyindir kondisi Indonesia. Perjuangan kaum buruh, orang-orang tertindas dan lemah. Gak lupa juga ada wakil-wakil rakyatnya. Untung di sini yang ditonjolin wakil rakyat yang memihak kepentingan yang empunya suara. Kalo dalam dunia nyata you knowlah yaaa.

Kayak film-film superhero khususnya Marvel, Gundala juga punya after credit scene yang ngasih liat tokoh lain dari Bumi Langit Cinematic Universe buat ngasih penonton kisi-kisi film-film selanjutnya. Salah satu villain yang awalnya temen Pengkor yaitu Ghazul (diperanin Ario Bayu) juga ngambil peran penting karena ngebangkitin salah satu villain terkuat yaitu Ki Wilawuk. Soooo, dari kisi-kisi ini bikin gak sabar buat nonton film-film selanjutnya.

Untuk sinematografi gue sih suka aja. Tone-nya enak diliat. Kalo udah sering liat film atau serial DC pasti udah gak asing. Dark-nya mirip-mirip. Jokesnya juga oke dan pas penempatannya. Cuma ya masih banyak yang perlu dibenerin lagi. Budgetnya dinaikin lagi sih bisa pecah. Tapi di balik segala kekurangannya, menurut gue Gundala jadi pembuka yang bagus buat film-film 'jagoan' Indonesia selanjutnya. Gak pernah nyangka sebenernya Indonesia bisa punya film sejenis ini dan gak kampring.

Bang, gak mau nambah istri gitu? Aku siap
Continue Reading...

About

Blogroll

About